Banjir Rendam Seluruh Kelurahan
17.000 KK Korban Banjir
KOTA -
Sedikitnya 3.000 warga Kota Pekalongan, sejak Jumat (17/1) hingga
Minggu (19/1) kemarin, terpaksa mengungsi ke sejumlah tempat yang lebih
aman. Itu dilakukan setelah rumah-rumah mereka terendam banjir sejak
Jumat, dan hingga kemarin siang banjir belum juga surut. Semua
kelurahan di Kota Pekalongan tak luput dari terjangan banjir.
Sebagian
besar warga korban banjir berada di wilayah Kecamatan Pekalongan Utara.
Wilayah ini tergolong paling parah terkena dampak banjir akibat hujan
deras dan air sungai yang meluap. Antara lain di Kelurahan Pabean,
Pekalongan Utara.
Banjir
menggenang seluruh wilayah Pabean, dengan kedalaman hingga satu meter.
Parahnya banjir di daerah ini, selain akibat hujan deras, juga karena
meluapnya sungai Bremi. Informasi dari Taruna Siaga Bencana (Tagana)
setempat, ada sedikitnya lima lokasi untuk tempat pengungsian, seperti
di MI, SD, dan beberapa tempat lainnya.
Demikian
pula yang terjadi di Kelurahan Degayu. Pemukiman warga di sisi sungai
Kledung, sebagian besar terendam sejak Jumat. Kemudian, diperparah lagi
dengan hujan deras yang mengguyur hingga Sabtu sore. Dusun Clumprit,
terpantau menjadi salah satu wilayah terparah yang dilanda banjir di
Degayu.
Sedangkan
di wilayah Krapyak Kidul hingga Krapyak Lor, hingga kemarin siang
terpantau masih tergenang. Ketinggian air di sepanjang Jalan Jlamprang
mencapai paha orang dewasa. Banjir di daerah tersebut, selain karena
limpahan air dari hujan, air dari Sungai Pekalongan, juga luapan dari
Banger Lama. Sebagian warga yang rumahnya terendam, mengungsi ke rumah
sanak saudara mereka. Sebagian lagi memilih di Masjid Aulia, yang juga
dijadikan posko banjir.
Untuk
wilayah Panjang Wetan, Kandang Panjang, dan Panjang Baru, genangan
mencapai juga mencapai ketinggian 70 cm. Jalan Kusuma Bangsa kemarin
masih terendam sekitar 50 cm. Banyak warga korban banjir yang mengungsi
di Aula STAIN. Untuk membantu korban banjir di wilayah tersebut, Pemkot
bersama TNI dari Kodim 0710, Tagana, PMI, dan relawan membuat posko di
dekat Taman Makam Pahlawan.
Walikota
Pekalongan dr HM Basyir Ahmad mengatakan, seluruh kelurahan di Kota
Batik tak luput dari terjangan banjir. "Semua kelurahan kena (banjir).
Dari 70 ribu KK (kepala keluarga, red), yang kena 17 ribu. Sebagian
besar di Pekalongan Utara. Ada juga sebagian di Barat dan Timur,"
katanya, Minggu (19/1).
Mengenai
berapa banyak warganya yang mengungsi, pihaknya belum bisa
menginventarisir jumlah pastinya. Sehari sebelumnya, katanya, terpantau
ada sekitar seribu orang lebih. Tetapi kemudian jumlahnya bertambah,
sampai 3.000-an orang.
"Kita
tidak bisa menginventarisir jumlah pastinya, karena lokasinya
terpisah-pisah, banyak dari mereka yang mengungsinya di rumah sanak
keluarga. Tapi kalau totalnya, semua ada 3.000-an orang. Sebagian besar
ada di Pekalongan Utara, sebagian di Pekalongan Barat," ungkapnya.
Evakuasi
Sementara itu, Sabtu (18/1) pagi hingga petang, warga sejumlah
kelurahan di Kecamatan Pekalongan Barat yang rumahnya terendam banjir,
berduyun-duyun mengungsi ke sejumlah lokasi. Banjir di wilayah ini,
paling parah terpantau terjadi di Kelurahan Tirto. Banjir tersebut
disebabkan meluapnya sungai Bremi, ditambah lagi dengan hujan deras
yang mengguyur sejak Jumat malam hingga Sabtu sore. Banjir sampai
sedada orang dewasa.
Sejak
Sabtu pagi, petugas Satpol PP Kota Pekalongan bersama para relawan,
antara lain dari tim SAR Pekalongan Rescue, membantu proses evakuasi
warga Tirto menggunakan sebuah perahu karet. Warga diungsikan ke balai
kelurahan, sebagian mengungsi di gudang Pusri, dan sebagian lagi ke
Masjid Al Karomah. Sedangkan banyak warga lainnya yang mengungsi secara
mandiri, menggunakan rakit dari pohon pisang maupun bambu.
Kasi
Pengembangan Kapasitas Satpol PP yang ikut serta mengevakuasi warga,
menuturkan proses evakuasi terhambat minimnya jumlah perahu karet.
"Sejak pagi tadi, hanya ada satu perahu karet," tuturnya.
Sehingga,
petugas dan tim SAR memutuskan untuk mengungsikan warga Tirto terlebih
dulu. Baru kemudian, perahu karet dibawa ke Pasirsari untuk mengungsi
korban banjir di sana. Di Pasirsari ini, ketinggian air mencapai dada
orang dewasa. Ini diakibatkan, wilayah tersebut terkena luapan air dari
Sungai Meduri dan Sungai Bremi. "Kita utamakan warga yang lansia,
anak-anak, dan ibu-ibu yang kita ungsikan pakai perahu karet,"
tambahnya.
Maka,
meski hujan deras mengguyur hingga Sabtu sore, proses evakuasi terus
berlangsung. Sebagian warga Pasirsari diungsikan ke Masjid Al Mustaqim,
di Jalan Sutan Syahrir. Sebagian besar lainnya di Masjid Al Karomah.
Maryanah
(40), warga Jalan Sutan Syahrir, Pasirsari, menuturkan banjir kali ini
merupakan yang terbesar. Belum pernah terjadi sebelumnya. "Sejak 40
tahun saya di sini, belum pernah kena banjir yang sebesar ini.
Paling-paling biasanya cuma tergenang sedikit, nggak seperti sekarang
ini," ungkapnya.
Pengungsian
Hingga Sabtu sore, korban banjir yang mengungsi di beberapa lokasi
seperti di Masjid Al Karomah, belum mendapatkan bantuan logistik dari
Pemkot. Bantuan makanan sore itu hanya berasal dari sejumlah donatur
dan relawan yang peduli. Sedangkan bantuan makanan dari Pemkot baru
didistribusikan pada Sabtu malam, yang berasal dari dapur umum yang
sudah didirikan.
Usman,
salah seorang koordinator dapur umum di Masjid Al Karomah, menuturkan
ada sedikitnya 600 warga korban banjir yang mengungsi di tempat
tersebut. Mereka memadati lantai satu dan lantai dua. "Yang lantai dua
sebagian besar untuk balita," katanya.
Para
pengungsi itu, sekitar 95 persen berasal dari Kelurahan Pasirsari,
Tirto, dan sebagian lagi dari Karangjompo, Jeruksari, Kecamatan Tirto,
Kabupaten Pekalongan. "Para pengungsi di sini butuh bantuan makanan,
selimut, obat-obatan, yang bayi butuh susu," terangnya.
Andi,
salah seorang koordinator relawan, menuturkan sejumlah relawan bersama
warga berinisiatif mendirikan dapur umum di Masjid Al Karomah, untuk
membantu pemenuhan kebutuhan makanan bagi para pengungsi korban banjir.
"Jangan sampai mereka terlambat mendapat pasokan makanan. Apalagi,
sejak pagi tadi hingga siang ini mereka belum makan," ujarnya kemarin.
Ani
(25), warga Pasirsari RT 05 RW 03, juga ikut mengungsi di Masjid Al
Karomah, bersama ibu dan dua anaknya yang masih bayi. Dia berharap,
selain bantuan makanan, pemerintah juga memberikan bantuan susu formula
untuk bayi. "Seperti untuk anak saya ini, dan beberapa pengungsi lain
yang juga punya bayi. Sampai siang ini saya belum dapat bantuan susu
bayi," ungkapnya kemarin siang.
Camat
Pekalongan Barat, Suyono, menyatakan ada 13 kelurahan di wilayahnya
yang terdampak banjir. Sedangkan korban banjir mencapai 7.690 warga.
Sebagian dari mereka sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman dari
banjir. Pihaknya juga mengaku sudah menyalurkan sejumlah bantuan bahan
makanan.
"Sampai
tadi, kami sudah kirim 53 kardus mie instan untuk Tirto, lalu Pasirsari
30 kardus, Podosugih 30 kardus, dan Bumirejo 30 kardus. Kita juga
membagikan lima tabung gas untuk kelurahan dan dana darurat tanggap
bencana," ujarnya, Minggu (19/1).
Selain
bahan makanan, bantuan yang disalurkan juga berupa perlengkapan untuk
bayi, yang berasal dari BNPB Provinsi Jateng. Namun, jumlahnya
terbatas. "Misalnya, untuk pengungsi di Masjid Al Karomah ini,
sementara kita kasih lima paket bantuan perlengkapan bayi dulu,"
ungkapnya.
sumber