- Diduga Disebabkan Makaroni Goreng
- Siswa SDN 2 Pekiringanalit, Kajen
KAJEN - Sebanyak 12 siswa SDN 2
Pekiringanalit yang ada di Desa Pekiringanalit, Kecamatan Kajen,
Kabupaten Pekalongan mengalami keracunan, Selasa pagi (23/10). Mereka
diduga keracunan setelah memakan makaroni goreng, sejenis kerupuk yang
dijajakan penjual keliling di sekolahnya.
Kepala Sekolah, SDN 2 Pekiringanalit, Sri Widada saat ditemui Radar
di ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kajen menjelaskan, saat itu
dia tengah memimpin rapat membahas tentang persiapan kegiatan ulang
tahun PGRI. Namun tiba-tiba dikagetkan dengan adanya laporan guru yang
akan meminjam mobilnya untuk membawa siswa ke RSUD guna mendapatkan
perawatan. Murid tersebut dikabarkan tengah keracunan makanan.
"Saya langsung cepat menuju ke sini, katanya sebelum keracunan
anak-anak ketika istirahat membeli jajan makaroni goreng sama penjual
keliling yang singgah ke sekolah," ungkapnya.
Menurutnya, sebanyak 12 siswanya yang keracunan makanan tersebut
sebelumnya sempat dibawa ke ruang UKS oleh para guru, dan selanjutnya
segera dilarikan ke RSUD Kajen guna mendapatkan pertolongan lebih
lanjut. Setelah mendapat perawatan di rumah sakit, para siswa yang
keracunan tersebut kondisinya berangsur-angsur mulai pulih.. Dan para
siswa tersebut diantarnya bernama Misrokhul, M Rifki, Suci Rahayu, Laem
Setia P, Gusna PM Firgiawan, febian K, Amelia, Ahmad Yohib dan Anisa.
"Saya belum tahu persis, apakah penjual jajanan itu yang biasa
mangkal di sekolah, atau penjual keliling yang singgah di sekolah.
Kalau penjual yang biasa di dalam sekolah selalu kita berikan arahan
pembinaan dalam menjual makanan bagi siswa," ungkapnya.
Rifki, siswa kelas V yang merupakan salah satu korban menjelaskan,
sewaktu istirahat pertama, sekitar pukul 9.30 WIB, dia bersama
teman-temannya membeli makarani, yang sebungkusnya di jual Rp 500.
Namun karena bau makanan ringan itu kurang sedap, akhirnya hanya empat
butir makaroni yang dimakannya, sedangkan sisanya diberikan kepada
temannya.
"Saya hanya makan empat butir, karena tidak enak saya kasihkan ke teman, perut terasa mual dan kepala pusing," katanya.
Hal yang sama dirasakan Mislahul Kharifah. Dia bersama teman
sekelasnya memberi jajan makaroni di samping sekolah dan memakannya
beramai-ramai. Namun selang beberapa jam kemudian perutnya mulas dan
muntah-muntah, sehingga dilarikan ke ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
untuk mendapatkan perawatan.
"Selain mual, tenggorokan juga panas setelah makan makanan itu," ungkapnya yang didampingi orang tuanya.
Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
(Dindikbud) Kabupaten Pekalongan, Rissa Sumarstyanto yang tengah
mengecek langsung ke lokasi menegaskan, bahwa telah seharusnya pihak
sekolah menjaga kesehatan para penjaja makanan di lingkungan
sekolahnya. Sehingga tidak akan terjadinya insiden keracunan masal. Hal
itu dapat dilakukan dengan ketelitian kepala sekolah untuk mengawasi
pedagang, sehingga akan diketahui dari siapa jajanan tersebut berasal.
"Kalau perlu di sekolahan itu ada ahli gizinya, paling tidak ada
upaya kejelian pihak sekolah agar tidak teledor dalam menerima penjual
jajanan di sekolah," tegasnya.
Sementara Kapolsek Kajen, AKP Zarkhonil menjelaskan, dengan
terjadinya keracunan yang menimpa para siswa, pihaknya langsung
mengamankan sampel jajanan yang diduga telah membuat keracunan. Dan
saat ini makanan tersebut tengah di cek di laboratorium. (jun)