PEKALONGAN - Ikan impor berbagai jenis dalam beberapa bulan terakhir
ini mulai beredar di pasar tradisional di Kota Pekalongan. Ikan jenis
salem dari China itu merupakan jenis ikan yang paling banyak masuk.
Harganya terbilang lebih murah dibanding ikan lokal. Ikan impor itu
biasanya dikemas dalam dus berukuran 30 x 50 cm dan dibungkus plastik
berisi 90-100 ekor, dengan harga jual Rp 90 ribu per dus. Jika
dibanding harga ikan lokal Rp 105 per dus, berisi 25-30 ekor ikan
layang.
Ikan impor itu biasanya digelar pagi hari, di depan pintu gerbang TPI Kota Pekalongan, dengan menggunakan truk box yang dilengkapi dengan mesin pendingin cool storage.
Menurut Arso (51), pedagang ikan segar, warga Kelurahan Panjang Baru RT 06 RW 11, Pekalongan Utara, ikan impor harganya lebih murah, sehingga peminat ikan impor semakin meningkat.
Ikan impor itu biasanya digelar pagi hari, di depan pintu gerbang TPI Kota Pekalongan, dengan menggunakan truk box yang dilengkapi dengan mesin pendingin cool storage.
Menurut Arso (51), pedagang ikan segar, warga Kelurahan Panjang Baru RT 06 RW 11, Pekalongan Utara, ikan impor harganya lebih murah, sehingga peminat ikan impor semakin meningkat.
ilustrasi
Bahkan hampir setiap hari, beberapa truk pemasok ikan impor, yang didatangkan dari Jakarta, selalu masuk dan membongkar muatan di sekitar TPI Kota Pekalongan. “Pasokan ikan impor dari China, setiap hari berlimpah, sehingga para produsen ikan pindang, selalu tidak kekurangan bahan baku. Bahkan jika pasokan ikan lokal menipis, maka ikan impor dapat memenuhi kebutuhan, bagi para pedagang ikan segar dan olahan,” kata Arso.
Salah satu pedagang ikan olahan, Rasidin (46), warga Desa Pekajangan, Kecamatan Buaran, mengaku selain membeli ikan lokal jenis layang, juga hampir setiap hari membeli ikan impor 8-11 dus untuk diolah menjadi ikan pindang, dan kemudian dipasarkan ke Pasar Wiradesa, Kabupaten Pekalongan.
Soal rasa, Rasidin mengaku sebenarnya ikan lokal lebih enak dibanding impor. Guna menyiasati dagangan, dirinya mencampur kedua ikan itu untuk jadi olahan. “Ikan lokal, setelah diolah rasanya lebih manis. Sedangkan ikan impor tidak begitu manis, makanya saya campur, karena bentuknya hampir sama dengan ikan lokal,” terangnya.(H63-90,47)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar