Pemkab Pekalongan Santuni Korban Asusila
KAJEN – Kemajuan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, selain membawa
dampak positif, juga membawa dampak negatif terutama bagi generasi
muda yang miskin iman dan pengetahuan sehingga bukannya mendapatkan
manfaat, melainkan menjadi korban kecanggihan IT. Salah satunya, sebut
saja Bunga.
Malang benar nasib Bunga gadis asal Desa Ambokembang, Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Betapa tidak, hanya gara-gara handphone dia harus menanggung malu seumur hidupnya. Bunga hamil dan kini kehamilannya menginjak umur 8 bulan. Dia dihamili oleh mantan pacarnya Bram (nama samaran, 25 tahun), pria asal Doro. Bram yang bekerja sebagai buruh menjahit di Jakarta, sejak kehamilan Bunga langsung mencampakkannya begitu saja dengan tidak merasa bersalah dan bertanggungjawab.
Malang benar nasib Bunga gadis asal Desa Ambokembang, Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Betapa tidak, hanya gara-gara handphone dia harus menanggung malu seumur hidupnya. Bunga hamil dan kini kehamilannya menginjak umur 8 bulan. Dia dihamili oleh mantan pacarnya Bram (nama samaran, 25 tahun), pria asal Doro. Bram yang bekerja sebagai buruh menjahit di Jakarta, sejak kehamilan Bunga langsung mencampakkannya begitu saja dengan tidak merasa bersalah dan bertanggungjawab.
Bunga adalah anak ketiga dari 4 bersaudara dari pasangan AR (65 tahun) dan Ksp (45 tahun). Kedua kakaknya yaitu SR (35 tahun) sudah menikah dengan 2 anak tinggal di Jakarta dan MS (22 tahun). Keduanya sama-sama buruh menjahit. Sedangkan adik bungsunya yakni Rqb (12 tahun).
Alkisah, menurut penuturan Bunga, setahun lalu atau tepatnya pada Syawalan Lebaran tahun 2011, melalui facebook dia berkenalan dengan Bram. Dari perkenalan itu, lalu Bram mengajaknya jalan-jalan ke wilayah Doro guna lebih mengakrabkan antara keduanya. Dan dari beberapa kali jalan-jalan itulah, Bunga akhirnya direnggut keperawanannya oleh si Bram. Akhirnya setelah mengetahui Bunga hamil, Bram yang kata Bunga masih lajang, langsung “tancap gas” ke Jakarta dan tidak pernah datang lagi untuk menemuinya. “Begitu saya bilang ke mas Bram bahwa saya hamil, mas Bram langsung meminta handphone saya dan langsung minggat ke Jakarta tanpa mau bertanggungjawab,” ujar Bunga dengan nada sedih.
“Sejak perkenalan pertama si Bram itu tidak pernah menemui saya atau bapaknya sebagai orang tua Bunga. Setiap kali datang dia tidak pernah masuk gubuk kami, dia hanya berada di jalan sekitar rumah untuk janjian dengan Bunga,” timpal ibunya.
Pemerintah Kabupaten Pekalongan melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) dan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans), Selasa (10/7) memberikan santunan untuk Bunga yang merupakan korban asusila.
Kepala BPMPKB Ir. HB. Riyantini yang datang secara langsung didampingi Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Dra. Hj. Siti Masruroh, M.Si, menyerahkan bantuan berupa dipan/tempat tidur, kid ware (perlengkapan bayi) dan uang santunan. Turut mendampingi perwakilan Dinsosnakertrans dan Ketua PD Aisyiyah Kabupaten Pekalongan Hj. Nanik Sumarini yang juga memberikan santunan, serta perangkat desa setempat Sunarsih.
Dalam kesempatan itu Ir. HB. Riyantini yang biasa disapa Tining menyatakan bahwa pemberian bantuan dan santunan merupakan dari Pemerintah Kabupaten Pekalongan. “Bantuan dan santunan yang kami serahkan ini atas nama Pemerintah Kabupaten Pekalongan. Kami turut prihatin atas apa yang dialami keluarga ini,” ujarnya.
“Ini adalah suatu pelajaran bagi kita semua. Harapan kami ke depan jangan sampai terjadi lagi kepada keluarga yang lain,” imbuh Tining.
Sementara itu, perangkat desa/Kepala Dusun Desa Ambokembang Sunarsih menerangkan bahwa untuk persiapan persalinan si korban, pihaknya akan membantu memproses guna mendapatkan keringanan biaya yakni dengan Jampersal. “Kami akan bantu proses pembuatan Jampersal untuk persalinan mbak Bunga,” terang Sunarsih. (di2k)
sumber:www.pekalongankab.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar