KAJEN – Pondok Pesantren (Ponpes) itu bagaikan bengkel, PLN, pabrik
gelap dan penjawat. Ibarat bengkel, bahwa Ponpes itu memperbaiki
karakter/moral anak-anak yang sebelumnya kurang baik menjadi baik.
Ibarat PLN yakni sebagai pusat penerangan bagi orang-orang yang belum
tahu menjadi tahu dan bagi orang-orang yang selama ini mungkin masih
pikirannnya gelap, setelah masuk Ponpes pikirannya menjadi terang.
Ibarat pabrik gelap, artinya bahwa Ponpes itu memberikan tuntunan. Dan
Ponpes ibarat penjawat (kerangka layang-layang) yang artinya bahwa
orang-orang yang awalnya hanya menjadi pengangguran atau beban
masyarakat, dengan masuk ke Ponpes maka orang-orang tersebut akan
menjadi berkarya, bermanfaat bagi orang lain dan berkarir.
Demikian disampaikan Bupati Pekalongan Drs. H. A. Antono, M.Si saat sambutan pada acara Haflah Attasyakur Al-Ikhtitam Ponpes Salaf Putra-Putri Baitul Muqoddas Kranji Kedungwuni, Sabtu (7/7) malam.
“Oleh karena itu tidak ada kata lain, saya selaku Bupati mengucapkan terima kasih. Karena secara sepintas saja saya sampaikan ada empat peran yakni peran memperbaiki (bengkel), peran menerangi (PLN), peran menuntun (pabrik gelap), dan peran menguatkan (penjawat),” ucap Bupati.
“Ini kelihatannya memang sederhana, tetapi menurut yang saya tangkap, terima dan nalar peran Ponpes sangat luar biasa. Dan saya bersyukur mudah-mudahan anak-anak kita yang menuntut ilmu di Ponpes ini nantinya di masyarakat betul-betul dapat berperan seperti yang orang tua harapkan, seperti yang sesepuh harapkan, seperti yang para alim dan kyai harapkan, maupun seperti Pemerintah harapkan,” ujarnya.
“Harapan saya mudah-mudahan apa yang telah kita lakukan bersama-sama menjaga negara, menjaga Kabupaten Pekalongan, menjaga Kecamatan Kedungwuni, menjaga Kranji ini betul-betul kita pertahankan. Sehingga suasananya tetap kondusif dan aman,” harapnya.
Kenapa Antono selaku Bupati mengucapkan terima kasih atas peran bapak/ibu sekalian khususnya para santri terhadap kondusifitas? Sebab jaman sekarang yang namanya perang itu macam-macam. Kalau perangnya itu dengan senjata itu urusannya TNI dan itu mudah karena kelihatan, tetapi kalau perangnya itu perang non tentara yakni perangnya perang olok-olokan, didepan publik sudah menghujat, membuat malu, perangnya itu pamer kekayaan, pangkat, dan derajat serta pamer kekuasaan, perangnya itu sombong, perangnya itu lupa akan masyarakat sekitarnya. Mestinya yang menjadi panglima adalah kawan-kawan kita, saudara-saudara kita yang bisa membimbing masalah moral. Maka mau atau tidak mau, suka atau tidak suka peran para alim dan kyai sangat kita harapkan.
Menurut Drs. H. A. Antono, M.Si ancaman sekarang sudah luar biasa, ancaman sudah masuk rumah, ancaman sudah masuk kamar. Ada yang lebih sadis lagi yakni acaman sudah masuk kantong/ saku pakaian kita yakni handphone. Handphone ini juga ancaman bagi kta sekalian apabila kita tidak jernih, tidak cerdas, tidak bijak.
Dalam kesempatan itu orang nomor satu di Kabupaten Pekalongan memohon doa restu atas apa yang harus dilakukan dalam memimpin Kabupaten Pekalongan. “Tantangan dan harapan masyarakat masih banyak. Sehingga tidak mungkin seorang Antono harus bekerja sendirian tanpa didukung dan didoakan oleh masyarakat semua khususnya para alim dan kyai,” ujarnya.
Sementara itu Pengasuh Ponpes Baitul Muqoddas, KH. Tajudin Sholeh, dalam sambutan menyampaikan bahwa dewasa ini Ponpes salaf seperti yang dipimpinnya sudah mulai berkurang jumlahnya dan tidak eksis. Hal itu terjadi dikarenakan kurangya minat dari masyarakat. Disamping itu karena kurangya promosi atau publikasi dari masyarakat juga. “Untuk itu kami mohon bantuan bapak/ibu sekalian untuk mensosialisasikannya kepada masyarakat atau keluarga,” ungkapnya.
Kepada Bupati Pekalongan selaku pengemban amanah rakyat, kyai kharismatik itu mempersilahkan untuk mengelola, mengatur dan menata pemerintah Kabupaten Pekalongan. “Kami dukung program-program pemerintah dan kami tidak akan ikut campur urusan pemerintahan,” katanya.
Sedangkan KH. Nasrul Arif Abdurrahman Khudori dari Magelang dalam mauidhoh khasanah menyampaikan bahwa ilmu agama hanya dapat diperoleh dengan baik di Ponpes untuk menata akhlak dan menuntut ilmu bagi anak-anak kita. “Maka sudah tepatlah bagi bapak/ibu yang sudah menitipkan putra-putrinya di Ponpes untuk belajar,” tuturnya.
Acara syukuran mengaji selama satu tahun itu dihadiri oleh Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan Asip Kholbihi, SH., M.Si, Sekcam Kedungwuni dan Muspika, alim-ulama, serta ratusan wali santri dan santri Ponpes Baitul Muqoddas. (di2k)
sumber:www.pekalongankab.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar