Teknologi Jerman Dicoba untuk Atasi Abrasi
PEKALONGAN
– Abrasi di Pantai Kota Pekalongan terjadi terus, tanggul selalu dibuat
dengan metode konvensional, bangunan batu dan semen, sehingga selalu
jebol. Namun sekarang telah digunakan metode geotekstil dari Jerman.
Penggunaan metode geotekstil diusung oleh rekanan dari Jakarta.
Hasilnya telah menjadikan garis pantai bertambah sekitar 200-300 meter.
Bahkan tingkat rob atau luapan air laut ke daratan yang merembes
membanjiri perumahan-perumahan warga dalam beberapa bulan akhir telah
berkurang.
Hal
itu terungkap pada hasil pemantauan PT Prima Karya Anugerah Mandiri,
rekanan yang menggarap proyek penanggulangan masalah alam akibat abrasi
dan rob di Pantaisari. Kota Pekalongan. Rekanan tersebut sengaja datang
secaa berkala untuk memantau langsung proyek sepanjang 600-700 meter
yang telah digarap. Namun proyek tersebut akan digarap secara jangka
panjang, karena Pantai Kota Pekalongan memiliki garis pantai sepanjang
6 km.
Menurut
Benny Santoso dari PT Karya Prima Anugerah Mandiri, pihaknya merasa
puas dengan hasil yang terjadi selama 3 bulan terakhir dengan penerapan
teknologi Jerman pemasangan karung geotekstil untuk tanggul pantai dan
kantung geotekstil untuk penahanan gelombang di tengah laut.
“Dengan
pemasangan kantung geotekstil agak menjorok ke tengah laut terpaan air
pasang dapat tertahan dan tidak langsung menerpa daratan, kemudian
masih terhalang lagi oleh karung geotekstil, sehingga tekanan air saat
kedaratan berkurang dan hanya terjadi rembesan dari sela-sela karung,”
katanya. Melaui proses tersebut banyak pasir yang menjorok keluar
pantai sehingga terjadi sedimentasi secara alami dan garis pantai dalam
pantauan selama tiga bulan telah mengalami penambahan sebanyak sekitar
200-300 meter.
10 Tahun Lebih
Teknologi
dari Jerman tersebut dilakukan lantaran langkah konvensional yang
dilakukan selama ini dengan penanggulan menggunakan batu dan smeen
tidak tahan lama dan hancur hanya dalam hitungan bulan saja. “Sedangkan
teknologi kantung geotekstil dalam berbagai uji coba dan penelitian
yang telah dilakukan Puslitban Sumber Daya Alam di Bandung mampu
bertahan hingga 10 tahun lebih, sehingga selain menghemat dana miliaran
rupiah juga dapat terselesaikan secara cepat,” terangnya.
Gigih,
penjaga Krematorium Pekalongan yang berlokasi di daerah Pantai Sari
menyebutkan warga sekarang cukup lega karena telah terjadi pengurangan
luapan air laut dan daratan di Pantai Pekalongan. /;Kalau di sekitar
Krematorium ini dulu sudah menjadi lautan dan sekarang garis luar
tanggul karung geotekstil sudah menjadi daratan kembali sekitar 200
meter ada yang 300 meter juga,” tambah Gigih. (H52-69)
(SUMBER : SUARA MERDEKA, 22-11-2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar