Pekalongan Kostum Batik Karnaval
PEKALONGAN
– Peserta kostum batik karnaval akan diskualifikasi apabila mengenakan
batik printing. Karena itu merupakan salah satu ketentuan mutlak yang
diterapkan panitia dalam perayaan Pekalongan Kostum Batik Karnaval,
Oktober mendatang. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Perhubungan
Pariwisata dan Kebudayaan (Dishubparbud) Drs Doyo Budi Wibowo MM pada
kesempatan work shop menjelang
Pekalongan Kostum Batik Karnaval. “Jadi yang membedakan kita dengan
Solo adalah penggunaan batik nonprinting. Peserta harus mengenakan
kostum dengan bahan kain batik tulis atau cap,” katanya.
Pada
kegiatannya dalam rangka memeriahkan Pekan Batik Nusantara 2012 itu,
pihaknya sengaja memperpanjang waktu bagi masyarakat yang ingin
berpatisipasi mengikuti karnaval batik. Meski telah dilakukan work
shop, namun masih akan digelar lagi work shop
serupa. “Ini untuk memberikan kesempatan bagi peserta untuk membuat
kostum sebaik mungkin dengan referensi-referensi yang disampaikan pada
work shop. Kemudian juga memberikan kesempatan pada masyarakat lain
yang belum mendaftar, agar mendaftarkan diri di Kantor Bagian
Pariwisata dan Kebudayaan Jetayu,” kata dia. Dijelaskan, saat ini
pihaknya masih ingin menjaring partisipasi mesyarakat
sebanyak-banyaknya untuk kegiatan tersebut. Melalui kegiatan itu,
ungkapnya, diharapkan potensi batik di Kota Pekalongan menjadi ikon
baik di kancah nasional maupun internasional dari Kota Batik Dunia.
Kostum dan Gerakan
Sementara Heru Prasetya, dari Rumah Karnaval Indonesia, selaku pihak yang memberikan work shop
menambahkan, pada kesempatan kegiatan kali kedua di Kota pekalongan,
selain kostum pihaknya juga memberikan materi mengenai koreografi.
Pasalnya pada kegiatan kali kedua ini, peserta tidak hanya akan dinilai
berdasarkan kostum. Mengingat mereka akan berjalan dihadapan khalayak
ramai Kota Pekalongan, sambung dia, gerakan mereka harus bagus.
“Makanya,
sekarang ini kami selain fokus ke pemenahan kostum peserta juga
konsentrasi pada koreografinya, karena semuanya menjadi pertimbangan
utama penilaian. Jadi saat jalan di tengah masyarakat mereka harus bisa
menjadi tontonan menarik melalui pengenaan kain batik nonprinting,”
ujar dia. (H52-68)
(SUMBER : SUARA MERDEKA, 17-09-2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar