Sabtu, 25 Januari 2014

Kota Pekalongan terendam banjir

Banjir Rendam Seluruh Kelurahan
17.000 KK Korban Banjir
KOTA - Sedikitnya 3.000 warga Kota Pekalongan, sejak Jumat (17/1) hingga Minggu (19/1) kemarin, terpaksa mengungsi ke sejumlah tempat yang lebih aman. Itu dilakukan setelah rumah-rumah mereka terendam banjir sejak Jumat, dan hingga kemarin siang banjir belum juga surut. Semua kelurahan di Kota Pekalongan tak luput dari terjangan banjir. 
Sebagian besar warga korban banjir berada di wilayah Kecamatan Pekalongan Utara. Wilayah ini tergolong paling parah terkena dampak banjir akibat hujan deras dan air sungai yang meluap. Antara lain di Kelurahan Pabean, Pekalongan Utara.
Banjir menggenang seluruh wilayah Pabean, dengan kedalaman hingga satu meter. Parahnya banjir di daerah ini, selain akibat hujan deras, juga karena meluapnya sungai Bremi. Informasi dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) setempat, ada sedikitnya lima lokasi untuk tempat pengungsian, seperti di MI, SD, dan beberapa tempat lainnya. 
Demikian pula yang terjadi di Kelurahan Degayu. Pemukiman warga di sisi sungai Kledung, sebagian besar terendam sejak Jumat. Kemudian, diperparah lagi dengan hujan deras yang mengguyur hingga Sabtu sore. Dusun Clumprit, terpantau menjadi salah satu wilayah terparah yang dilanda banjir di Degayu. 
Sedangkan di wilayah Krapyak Kidul hingga Krapyak Lor, hingga kemarin siang terpantau masih tergenang. Ketinggian air di sepanjang Jalan Jlamprang mencapai paha orang dewasa. Banjir di daerah tersebut, selain karena limpahan air dari hujan, air dari Sungai Pekalongan, juga luapan dari Banger Lama. Sebagian warga yang rumahnya terendam, mengungsi ke rumah sanak saudara mereka. Sebagian lagi memilih di Masjid Aulia, yang juga dijadikan posko banjir. 
Untuk wilayah Panjang Wetan, Kandang Panjang, dan Panjang Baru, genangan mencapai juga mencapai ketinggian 70 cm. Jalan Kusuma Bangsa kemarin masih terendam sekitar 50 cm. Banyak warga korban banjir yang mengungsi di Aula STAIN. Untuk membantu korban banjir di wilayah tersebut, Pemkot bersama TNI dari Kodim 0710, Tagana, PMI, dan relawan membuat posko di dekat Taman Makam Pahlawan. 
Walikota Pekalongan dr HM Basyir Ahmad mengatakan, seluruh kelurahan di Kota Batik tak luput dari terjangan banjir. "Semua kelurahan kena (banjir). Dari 70 ribu KK (kepala keluarga, red), yang kena 17 ribu. Sebagian besar di Pekalongan Utara. Ada juga sebagian di Barat dan Timur," katanya, Minggu (19/1).
Mengenai berapa banyak warganya yang mengungsi, pihaknya belum bisa menginventarisir jumlah pastinya. Sehari sebelumnya, katanya, terpantau ada sekitar seribu orang lebih. Tetapi kemudian jumlahnya bertambah, sampai 3.000-an orang. 
"Kita tidak bisa menginventarisir jumlah pastinya, karena lokasinya terpisah-pisah, banyak dari mereka yang mengungsinya di rumah sanak keluarga. Tapi kalau totalnya, semua ada 3.000-an orang. Sebagian besar ada di Pekalongan Utara, sebagian di Pekalongan Barat," ungkapnya. 
Evakuasi
Sementara itu, Sabtu (18/1) pagi hingga petang, warga sejumlah kelurahan di Kecamatan Pekalongan Barat yang rumahnya terendam banjir, berduyun-duyun mengungsi ke sejumlah lokasi. Banjir di wilayah ini, paling parah terpantau terjadi di Kelurahan Tirto. Banjir tersebut disebabkan meluapnya sungai Bremi, ditambah lagi dengan hujan deras yang mengguyur sejak Jumat malam hingga Sabtu sore. Banjir sampai sedada orang dewasa. 
Sejak Sabtu pagi, petugas Satpol PP Kota Pekalongan bersama para relawan, antara lain dari tim SAR Pekalongan Rescue, membantu proses evakuasi warga Tirto menggunakan sebuah perahu karet. Warga diungsikan ke balai kelurahan, sebagian mengungsi di gudang Pusri, dan sebagian lagi ke Masjid Al Karomah. Sedangkan banyak warga lainnya yang mengungsi secara mandiri, menggunakan rakit dari pohon pisang maupun bambu. 
Kasi Pengembangan Kapasitas Satpol PP yang ikut serta mengevakuasi warga, menuturkan proses evakuasi terhambat minimnya jumlah perahu karet. "Sejak pagi tadi, hanya ada satu perahu karet," tuturnya.

Sehingga, petugas dan tim SAR memutuskan untuk mengungsikan warga Tirto terlebih dulu. Baru kemudian, perahu karet dibawa ke Pasirsari untuk mengungsi korban banjir di sana. Di Pasirsari ini, ketinggian air mencapai dada orang dewasa. Ini diakibatkan, wilayah tersebut terkena luapan air dari Sungai Meduri dan Sungai Bremi. "Kita utamakan warga yang lansia, anak-anak, dan ibu-ibu yang kita ungsikan pakai perahu karet," tambahnya. 
Maka, meski hujan deras mengguyur hingga Sabtu sore, proses evakuasi terus berlangsung. Sebagian warga Pasirsari diungsikan ke Masjid Al Mustaqim, di Jalan Sutan Syahrir. Sebagian besar lainnya di Masjid Al Karomah. 
Maryanah (40), warga Jalan Sutan Syahrir, Pasirsari, menuturkan banjir kali ini merupakan yang terbesar. Belum pernah terjadi sebelumnya. "Sejak 40 tahun saya di sini, belum pernah kena banjir yang sebesar ini. Paling-paling biasanya cuma tergenang sedikit, nggak seperti sekarang ini," ungkapnya. 
Pengungsian
Hingga Sabtu sore, korban banjir yang mengungsi di beberapa lokasi seperti di Masjid Al Karomah, belum mendapatkan bantuan logistik dari Pemkot. Bantuan makanan sore itu hanya berasal dari sejumlah donatur dan relawan yang peduli. Sedangkan bantuan makanan dari Pemkot baru didistribusikan pada Sabtu malam, yang berasal dari dapur umum yang sudah didirikan.
Usman, salah seorang koordinator dapur umum di Masjid Al Karomah, menuturkan ada sedikitnya 600 warga korban banjir yang mengungsi di tempat tersebut. Mereka memadati lantai satu dan lantai dua. "Yang lantai dua sebagian besar untuk balita," katanya. 
Para pengungsi itu, sekitar 95 persen berasal dari Kelurahan Pasirsari, Tirto, dan sebagian lagi dari Karangjompo, Jeruksari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. "Para pengungsi di sini butuh bantuan makanan, selimut, obat-obatan, yang bayi butuh susu," terangnya. 
Andi, salah seorang koordinator relawan, menuturkan sejumlah relawan bersama warga berinisiatif mendirikan dapur umum di Masjid Al Karomah, untuk membantu pemenuhan kebutuhan makanan bagi para pengungsi korban banjir. "Jangan sampai mereka terlambat mendapat pasokan makanan. Apalagi, sejak pagi tadi hingga siang ini mereka belum makan," ujarnya kemarin. 
Ani (25), warga Pasirsari RT 05 RW 03, juga ikut mengungsi di Masjid Al Karomah, bersama ibu dan dua anaknya yang masih bayi. Dia berharap, selain bantuan makanan, pemerintah juga memberikan bantuan susu formula untuk bayi. "Seperti untuk anak saya ini, dan beberapa pengungsi lain yang juga punya bayi. Sampai siang ini saya belum dapat bantuan susu bayi," ungkapnya kemarin siang. 
Camat Pekalongan Barat, Suyono, menyatakan ada 13 kelurahan di wilayahnya yang terdampak banjir. Sedangkan korban banjir mencapai 7.690 warga. Sebagian dari mereka sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman dari banjir. Pihaknya juga mengaku sudah menyalurkan sejumlah bantuan bahan makanan.
"Sampai tadi, kami sudah kirim 53 kardus mie instan untuk Tirto, lalu Pasirsari 30 kardus, Podosugih 30 kardus, dan Bumirejo 30 kardus. Kita juga membagikan lima tabung gas untuk kelurahan dan dana darurat tanggap bencana," ujarnya, Minggu (19/1). 
Selain bahan makanan, bantuan yang disalurkan juga berupa perlengkapan untuk bayi, yang berasal dari BNPB Provinsi Jateng. Namun, jumlahnya terbatas. "Misalnya, untuk pengungsi di Masjid Al Karomah ini, sementara kita kasih lima paket bantuan perlengkapan bayi dulu," ungkapnya.
sumber

Tidak ada komentar: