Menhut : Geotube Hanya Efektif Sementara
KOTA
– Permasalahan abrasi yang terus menimpa wilayah pesisir, termasuk Kota
Pekalongan, menjadi sorotan Menteri Kehutanan RI, Zulkifli Hasan SE MM.
Menurutnya, solusi berupa pembangunan geotube maupun penahan gelombang
lainnya yang berupa bangunan fisik, hanya akan efektif untuk sementara
waktu.
Sehingga untuk solusi jangka panjang. Menhut menyarankan agar Pemkot Pekalongan dapat menanam mangrove sebanyak-banyaknya sebagai salah satu upaya pencegahan abrasi. Hal itu disampaikan Menhut usai meresmikan bangunan Pusat Informasi Mangrove Kota Pekalongan, Selasa (17/12). Dibeberkannya, tanaman mangrove mempunyai banyak kelebihan untuk menahan abrasi. Menurut Zulkifli, tanaman mangrove lebih kuat dari beton sekalipun. Bahkan dapat menahan kecepatan laju tsunami hingga 40 persen.
Sehingga untuk solusi jangka panjang. Menhut menyarankan agar Pemkot Pekalongan dapat menanam mangrove sebanyak-banyaknya sebagai salah satu upaya pencegahan abrasi. Hal itu disampaikan Menhut usai meresmikan bangunan Pusat Informasi Mangrove Kota Pekalongan, Selasa (17/12). Dibeberkannya, tanaman mangrove mempunyai banyak kelebihan untuk menahan abrasi. Menurut Zulkifli, tanaman mangrove lebih kuat dari beton sekalipun. Bahkan dapat menahan kecepatan laju tsunami hingga 40 persen.
“Penahan
gelombang dalam bentuk fisik seperti geotube maupun bentuk lainnya,
hanya efektif sementara saja. Tanamlah mangrove sebanyak-banyaknya yang
lebih efektif untuk menahan abrasi. Tanaman tersebut sangat efektif
untuk mencegah serbuan gelombang laut, bahkan bisa mencegah bencana
alam,” tuturnya yang hadir dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon
Indonesia (HMPI).
Namun dirinya menyayangkan, di sepanjang pesisir pulau jawa kini hanya tersisa 40 persen tanaman mangrove, sisanya sudah berubah fungsi. Akan tetapi dikataknnya kondisi kritis mangrove saat ini sudah terlewati. Sedangkan saat ini sudah masuk tahap penanaman kembali tanam mangrove di wilayah pesisir.
Namun dirinya menyayangkan, di sepanjang pesisir pulau jawa kini hanya tersisa 40 persen tanaman mangrove, sisanya sudah berubah fungsi. Akan tetapi dikataknnya kondisi kritis mangrove saat ini sudah terlewati. Sedangkan saat ini sudah masuk tahap penanaman kembali tanam mangrove di wilayah pesisir.
Selain
mempunyai banyak fungsi untuk menahan abrasi dan gelombang,
dibeberkannya masih banyak fungsi lain yang bisa diambil dari tanaman
yang dapat hidup di air asin tersebut. Diantaranya adalah mangrove
sebagai tempat pemijahan biota laut, sehingga keberadaannya dapat
mendatangkan banyak ikan dan udang. Buah mangrove juga bisa dijadikan
sirup dan tepung. Sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi yang besar
bagi masyarakat.
Sementara
dalam rangka HMPI yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2010,
dikatakannya, masyarakat Indonesia sudah berhasil menanam lebih dari
satu milyar pohon yang menjadi target penanaman pertahunnya. Dari data
Kemenhut, pada tahun 2010, masyarakat berhasil menanam 1,3 miliar bibit
pohon. Jumlah tersebut meningkat pada tahun berikutnya, yaitu 1,5
miliar pohon. Tahun 2012 ada 1,6 miliar bibit pohon berhasil ditanam,
dan tahun ini diperkirakan mencapai angka 1,8 miliar pohon. Sementara
untuk tahun 2014 mendatang, pihaknya memprediksi bibit pohon yang
ditanam dapat mencapai angka 2 miliar bibit pohon.
Zulkifli
mengatakan, Pusat Informasi Mangrove diyakini akan sukses menjadi
destinasi wisata baru. Karena manfaatnya yang banyak, dirinya juga
optimis adanya hutan mangrove juga akan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi masyarakat. Wawalkot, H Alf Arslan Djunaid mengatakan, bahwa
sepanjang 7 kilometer garis pantai di Kota Pekalongan memang sudah
terjadi abrasi yang kemudian dapat mengganggu kehidupan masyarakat
pesisir. Karena dari 10 kelurahan yang ada di wilayah utara, semuanya
terkena rob. Untuk mengatasinya, Pemkot membangun beberapa fasilitas
seperti polder, geotube dan juga gencar menanam mangrove. (nul)
(SUMBER : RADAR PEKALONGAN, 18-12-2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar