Blackberry Emoh Investasi di Indonesia, Apa Kata Dirut PT INTI?
Timlo.net — Sebagian masyarakat mungkin masih ingat
kasus Blackberry yang tidak mau investasi di Indonesia. Hal yang miris
dari kasus ini adalah, pasar terbesar Blackberry merupakan masyarakat
Indonesia, namun mereka justru investasi di Malaysia.
Menurut Direktur Utama PT INTI, Tikno Sutisna, kasus Blackberry
tersebut adalah bukti masih belum mendukungnya aturan bisnis produksi
ponsel di Indonesia. Salah satu aturan yang tidak mendukung produksi
ponsel dalam negeri adalah adanya pajak impor komponen ponsel. Padahal
untuk impor ponsel utuh tidak dikenakan pajak impor.
“RIM (Blackberry) yang pakai kan banyak di Indonesia, tapi kenapa
mereka bangun dan investasi di Malaysia. Kenapa dia enggak mau buka di
Indonesia ?, karena kepastian hukum dan segala macam itu. Ini
menyangkut investor,” kata Tikno ketika berbincang bersama merdeka.com di Kantornya, Jakarta, Rabu (18/9).
Selain belum jelasnya aturan kepastian hukum, di Indonesia sendiri
belum tercipta ekosistem produksi ponsel yang baik. Pemerintah tidak
bisa mengatur industri komponen sebagai industri pendukung produksi
ponsel sendiri. Untuk produksi ponsel di dalam negeri membutuhkan
komponen impor yang cukup banyak mencapai 70 persen. Namun dalam
mengimpor, pengusaha dikenakan pajak. Menurut Tikno Industri komponen
di Indonesia tidak ditata dengan baik.
“Kalau industri komponen tidak ditata dengan baik nanti harga
ponselnya jadi mahal dan masalah juga. Kita pasar yang banyak kok semua
ponsel di impor. Produksi di sini kan ada nilai tambah. Penggunaan
valas untuk impor jadi sedikit. Regulasi komitmen misalnya seperti di
China yang dipaksa itu boleh berjualan tapi harus produksi di sana
juga,” katanya.
PT INTI yang pernah memproduksi ponsel sendiri mengakui ekosistem
bisnis produksi ponsel di Indonesia masih kacau. Hal ini berdampak pada
penutupan produksi ponsel buatan anak bangsa bermerek IMO tersebut. PT
INTI tidak bisa bertahan karena jeratan pajak yang tinggi.
“Ini karena perdagangan bebas apakah mungkin masih bisa melakukan
perbaikan. China waktu menandatangani WTO itu mereka menyiapkan segala
halnya, kita tidak,” tutupnya.
sumber : merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar