Konvensi
Ujian Nasional (UN) yang diselenggarakan selama dua hari mulai kemarin,
Kamis (26/9) hingga Jumat (27/9) telah menyepakati, bahwa UN tahun
depan tetap diselenggarakan, dengan komposisi penilaian akhir (UN
dibanding Ujian Sekolah) adalah 60 : 40
Wakil
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan
Musliar Kasim menyampaikan, jika negara ini ingin maju harus ada ujian
yang mengukur standar nasional itu sendiri. Menurut dia, perlu ada
ujian yang mengukur kompetensi peserta didik di akhir masa belajar di
satuan pendidikan.
“Akhirnya
kita sepakat untuk tetap tahun depan melaksanakan Ujian Nasional dengan
komposisi (UN:Nilai Sekolah) 60:40,” kata Musliar pada penutupan
Konvensi UN di Kemdikbud, Jakarta, Jumat (27/9).
Musliar
mengatakan, komposisi untuk menentukan nilai akhir ini masih sama
dengan penyelenggaraan UN pada tahun ini. Pada tahun-tahun ke depan, baik
nilai ujian sekolah maupun nilai UN keduanya menentukan kelulusan
peserta didik masing-masing dengan komposisi 100 persen. “Saya kira ini
langkah luar biasa yang bisa kita sepakati tadi malam dan tadi di
pleno,” katanya.
Terkait
penggandaan soal, lanjut Musliar, telah disepakati akan diserahkan ke
daerah. Namun, masih akan dibahas apakah berbasis region atau provinsi.
“Kalau
itu dicetak di masing-masing daerah belum tentu juga ada percetakan
yang mampu mencetak soal di daerah itu. Efektivitas pencetakan itu akan
kita pikirkan bersama-sama,” ujar Wamendikbud.
Sementara,
untuk butir-butir rumusan tentang pengawasan dan pengamanan akan
dimasukkan ke dalam POS. Sebelum POS itu disahkan akan dimintakan
masukan terlebih dahulu kepada dinas pendidikan provinsi.
“Misal
soal pemindaian dan pengiriman rapor kalau dimasukkan ke dalam rumusan
kan terlalu detil. Mungkin itu akan kita akomodasi ketika kita membuat
POS,” pungkas Musliar.
(Humas Kemdikbud/ES)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar