Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terbaik Kedua di G-20
Metrotvnews.com, Jakarta: Di tengah kondisi
terpuruknya perekonomian Indonesia, pemerintah justru mengklaim
sebaliknya. Pemerintah membeberkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
berada di urutan kedua dalam negara-negara yang tergabung pada G-20.
Demikian penegasan itu disampaikan Menteri Keuangan Chatib Basri saat memberikan kata sambutan dalam acara Seminar Nasional bertemakan Inisiatif Program National Interset Account (NIA) sebagai alternatif percepatan pertumbuhan ekspor nasional di kantornya, Jakarta, Selasa (10/9).
Demikian penegasan itu disampaikan Menteri Keuangan Chatib Basri saat memberikan kata sambutan dalam acara Seminar Nasional bertemakan Inisiatif Program National Interset Account (NIA) sebagai alternatif percepatan pertumbuhan ekspor nasional di kantornya, Jakarta, Selasa (10/9).
Menurut Chatib, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi dapat mencapai
5,8-5,9 persen sampai akhir 2013. Angka ini hanya kalah dari China yang
diprediksi mengalami pertumbuhan ekonomi mencapai tujuh persen sampai
akhir tahun ini. Di tempat ketiga yakni India dengan 4,8 persen yang
diprediksi bisa turun ke angka empat persen. Brasil dan Afrika Selatan
hanya sekitar 2 persen.
"Good news-nya ialah pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun berada di urutan kedua di antara negara-negara G-20," jelas Chatib. Ia membantah bahwa depresiasi nilai tukar yang menimpa rupiah tidak yang paling buruk. Menurutnya, nilai tukar rupee (India) dan yen (Jepang) merupakan yang tertinggi mengalami depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat.
"Good news-nya ialah pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun berada di urutan kedua di antara negara-negara G-20," jelas Chatib. Ia membantah bahwa depresiasi nilai tukar yang menimpa rupiah tidak yang paling buruk. Menurutnya, nilai tukar rupee (India) dan yen (Jepang) merupakan yang tertinggi mengalami depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat.
"India itu yang terburuk. Rupee mengalami depresiasi lebih dari 15
persen. Jepang juga mengalami hal yang sama. Tapi, pemerintah Jepang
sengaja mengalami penurunan nilai tukar untuk menggenjot ekspor dalam
negeri mereka," tegas Chatib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar