114 Perajin Batik Pekalongan Terancam Gulung Tikar
REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Sebanyak 114 perajin batik Kota
Pekalongan, Jawa Tengah, terancam gulung tikar terkait dengan
melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sekretaris
Paguyuban Batik Pantura Kota Pekalongan, Muhsinin di Pekalongan, Senin
(2/9), mengatakan bahwa melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat mengakibatkan harga bahan baku batik naik sedang pemasaran
produk lesu.
"Akibat kondisi tersebut, para perajin sudah tidak mampu membeli bahan baku batik sehingga mereka memilih menutup usahanya. Sekitar 114 perajin batik kini terancam gulung tikar," tutur Muhsinin.
Ia mengatakan selain kenaikan harga bahan baku, keterpurukan para perajin batik juga karena adanya banjir rob yang melanda daerah setempat. "Banjir rob yang melanda Kota Pekalongan belum lama ini juga mengakibatkan para perajin berhenti berproduksi karena tempat pembatikan tergenang air," katanya.
Menurut Muhsinin, saat ini, para pengusaha batik mulai mengurangi produksi dan "merumahkan" para pembatiknya sambil menunggu stabilnya harga bahan baku batik.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Pekalongan, Wismo Adityo mengatakan bahwa melemahnya nilai rupiah terhadap kurs dolar AS adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat. "Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS memang telah berdampak pada kenaikan harga bahan baku. Akan tetapi kami hanya bisa membantu memasarkan dan mempromosikan produk batik," katanya.
"Akibat kondisi tersebut, para perajin sudah tidak mampu membeli bahan baku batik sehingga mereka memilih menutup usahanya. Sekitar 114 perajin batik kini terancam gulung tikar," tutur Muhsinin.
Ia mengatakan selain kenaikan harga bahan baku, keterpurukan para perajin batik juga karena adanya banjir rob yang melanda daerah setempat. "Banjir rob yang melanda Kota Pekalongan belum lama ini juga mengakibatkan para perajin berhenti berproduksi karena tempat pembatikan tergenang air," katanya.
Menurut Muhsinin, saat ini, para pengusaha batik mulai mengurangi produksi dan "merumahkan" para pembatiknya sambil menunggu stabilnya harga bahan baku batik.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Pekalongan, Wismo Adityo mengatakan bahwa melemahnya nilai rupiah terhadap kurs dolar AS adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat. "Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS memang telah berdampak pada kenaikan harga bahan baku. Akan tetapi kami hanya bisa membantu memasarkan dan mempromosikan produk batik," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar