Jumat, 06 September 2013

Kondisi pasokan sapi nasional, memprihatinkan?

Setahun Lebih Indonesia Tak Mampu Tambah Pasokan Sapi

MAJALENGKA, KOMPAS.com- Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT.RNI)  Ismed Hasan Putro, menyayangkan kondisi pasokan sapi yang tak juga membaik setahun terakhir ini. Bahkan tahun ini, Ia memerkirakan penurunan mencapai 2 juta ekor. Sementara 85 persen dari 14 juta pasokan, sebagian besar jenis sapi betina. 

Akibatnya terjadi kekurangan pasokan daging di pasar, sehingga membuka kesempatan bagi pengusaha hitam.  Menurut Ismed, pengusaha hitam ini hanya mementingkan laba dengan mengorbankan rakyat. 

"Kenapa dijual Rp 100.000? Itu namanya memeras rakyat. Setahun lebih kita tidak bisa tambah pasokan karena banyak yang terlibat. Bukan hanya Fathanah," kata Ismed dihadapan sarjana masuk desa, di Majalengka, Jawa Barat, Jumat (6/9/2013). 

"Wajar kalau Mentan enggak bisa diresuffle. Rente sapi itu melibatkan lingkungan hitam," kata Ismed.
Kepada para sarjana yang kini mengurusi penggemukan sapi di Majalengka tersebut, Ismed berharap dengan mengurus sapi merupakan langkah kecil untuk memperbaiki kondisi bangsa. 

"Jadi tugasnya bukan hanya ternak, ngasih makan, cek kesehatan. Kita harus selamatkan nutrisi bangsa dengan menyediakan daging sapi dengan harga wajar," jelasnya. 

Pada kesempatan itu, Ismed juga menyayangkan masih rendahnya konsumsi daging masyarakat Indonesia dibandingkan negara lain. Di Filipina, konsumsi daging mencapai 7 kilogram per orang per tahun. Di Malaysia 15 kilogram per orang per tahun. 

Di Jepang dan Korea di atas 35 kilogram per orang per tahun. Di Australia 35 kilogram per orang per tahun. Di Jerman dan Swedia sekitar 65 kilogram per orang per tahun. "Di Indonesia 1,8 kilogram per orang per tahun. Itu pun terkadang harus mati, karena ngantri pada bulan Ramadhan," ucapnya.
Editor : Erlangga Djumena 
sumber

Tidak ada komentar: