Setahun Lebih Indonesia Tak Mampu Tambah Pasokan Sapi
MAJALENGKA, KOMPAS.com- Direktur Utama PT Rajawali
Nusantara Indonesia (PT.RNI) Ismed Hasan Putro, menyayangkan kondisi
pasokan sapi yang tak juga membaik setahun terakhir ini. Bahkan tahun
ini, Ia memerkirakan penurunan mencapai 2 juta ekor. Sementara 85
persen dari 14 juta pasokan, sebagian besar jenis sapi betina.
Akibatnya terjadi kekurangan pasokan daging di pasar, sehingga
membuka kesempatan bagi pengusaha hitam. Menurut Ismed, pengusaha
hitam ini hanya mementingkan laba dengan mengorbankan rakyat.
"Kenapa dijual Rp 100.000? Itu namanya memeras rakyat. Setahun
lebih kita tidak bisa tambah pasokan karena banyak yang terlibat. Bukan
hanya Fathanah," kata Ismed dihadapan sarjana masuk desa, di
Majalengka, Jawa Barat, Jumat (6/9/2013).
"Wajar kalau Mentan enggak bisa diresuffle. Rente sapi itu melibatkan lingkungan hitam," kata Ismed.
Kepada para sarjana yang kini mengurusi penggemukan sapi di
Majalengka tersebut, Ismed berharap dengan mengurus sapi merupakan
langkah kecil untuk memperbaiki kondisi bangsa.
"Jadi tugasnya bukan hanya ternak, ngasih makan, cek kesehatan.
Kita harus selamatkan nutrisi bangsa dengan menyediakan daging sapi
dengan harga wajar," jelasnya.
Pada kesempatan itu, Ismed juga menyayangkan masih rendahnya
konsumsi daging masyarakat Indonesia dibandingkan negara lain. Di
Filipina, konsumsi daging mencapai 7 kilogram per orang per tahun. Di
Malaysia 15 kilogram per orang per tahun.
Di Jepang dan Korea di atas
35 kilogram per orang per tahun. Di Australia 35 kilogram per orang
per tahun. Di Jerman dan Swedia sekitar 65 kilogram per orang per
tahun.
"Di Indonesia 1,8 kilogram per orang per tahun. Itu pun terkadang harus
mati, karena ngantri pada bulan Ramadhan," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar