Warga Pasirsari Kesulitan Air Bersih
PASIRSARI - Akibat banjir yang menerjang
selama satu minggu, saat ini warga RT 4 RW 6 Kelurahan Pasirsari
kesulitan air bersih. Air yang berasal dari sumur milik warga, tak
dapat dikonsumsi karena sudah tercemar. Sedangkan air Pamsimas yang
menjadi sumber utama pemenuhan air bersih, masih mengalami kerusakan.
Akibatnya, warga setiap hari harus mengambil air dari pabrik Dupantex
yang letaknya 2 kilometer dari pemukiman.
Rahmat Syawal (61), salah satu warga yang ditemui mengaku, banjir sudah menerjang rumahnya selama dua minggu. Selain rumahnya, masih ada ratusan rumah lain yang juga tergenangi air setinggi 20 sentimeter tersebut. "Banjir sudah dua minggu tidak surut. Kalau siang memang agak menurun ketinggiannya, tapi malamnya sekitar pukul 10.00 WIB kembali naik," akunya.
Akibat banjir tersebut, Rahmat bersama keluarganya kesulitan untuk tidur. Mengingat hampir seluruh bagian rumah tergenang air. Perabotan miliknya juga terpaksa harus diungsikan ke tempat lain, atau diletakkan diatas tempat yang lebih tinggi. Selain itu, dirinya juga mengaku mulai mengalami kesulitan ekonomi karena seluruh anggota keluarganya tidak dapat pergi bekerja.
Kondisi yang dialami Syawal dan warga lainnya, makin diperparah dengan sulitnya mendapatkan air bersih untuk dikonsumsi.
Dikatakan, Syawal lagi, setiap hari dirinya harus bolak balik mengambil air sebanyak 30 liter dari salah satu pabrik tekstil untuk kebutuhan konsumsi, dan memasak sehari-hari. "Di rumah saya ada sumur, tapi sekarang rasanya pahit. Air Pamsimas juga sekarang rusak dan tidak keluar," keluhnya lagi.
Terpisah, Ketua RW 6 Sodikin (50) menjelaskan, di wilayahnya tercatat ada tiga dari enam RT yang menjadi langganan banjir yaitu RT 4, 5 dan 6 dengan jumlah penduduk per RT yang mencapai 50 hingga 60 KK. Banjir yang terjadi di diwilayah tersebut berasal dari air rob, dan juga luapan air sungai Meduri.
Selain itu, lanjutnya, tidak berfungsinya saluran air karena terhalang oleh bangunan warga juga semakin memperparah banjir yang terjadi. "Bangunan warga tentu saja menghalangi saluran. Sehingga air tidak bisa mengalir dan menggenang di rumah penduduk. Saluran yang dulu mempunyai lebar dua meter saat ini sudah menyusut menjadi satu meter saja. Tentu saja ukuran tersebut tidak cukup untuk menampung debit air yang besar," terangnya.
Untuk itu, Sodikin mengaku telah mengajukan usulan ke pihak kelurahan untuk melakukan tindakan perbaikan infrastruktur guna mencegah banjir. "Kami sudah usulkan solusi ke kelurahan mulai dari peninggian jalan hingga normalisasi saluran. Namun saat ini hanya beberapa titik peninggian jalan saja yang baru terealisasi," ucapnya lagi.
Sedangkan mengenai kesulitan air bersih, Sodikin mengaku bahwa letak wilayahnya tak terjangkau air bersih dari Pamsimas. Sudah berjalan beberapa bulan, Pamsimas yang mengalir ke RW-nya beberapa kali mengalami kerusakan. "Beberapa kali diperbaiki juga rusak lagi. Sementara, warga mengambil air bersih dari pabrik tekstil di daerah Kabupaten Pekalongan," pungkasnya. (ap16)
sumber
Rahmat Syawal (61), salah satu warga yang ditemui mengaku, banjir sudah menerjang rumahnya selama dua minggu. Selain rumahnya, masih ada ratusan rumah lain yang juga tergenangi air setinggi 20 sentimeter tersebut. "Banjir sudah dua minggu tidak surut. Kalau siang memang agak menurun ketinggiannya, tapi malamnya sekitar pukul 10.00 WIB kembali naik," akunya.
Akibat banjir tersebut, Rahmat bersama keluarganya kesulitan untuk tidur. Mengingat hampir seluruh bagian rumah tergenang air. Perabotan miliknya juga terpaksa harus diungsikan ke tempat lain, atau diletakkan diatas tempat yang lebih tinggi. Selain itu, dirinya juga mengaku mulai mengalami kesulitan ekonomi karena seluruh anggota keluarganya tidak dapat pergi bekerja.
Kondisi yang dialami Syawal dan warga lainnya, makin diperparah dengan sulitnya mendapatkan air bersih untuk dikonsumsi.
Dikatakan, Syawal lagi, setiap hari dirinya harus bolak balik mengambil air sebanyak 30 liter dari salah satu pabrik tekstil untuk kebutuhan konsumsi, dan memasak sehari-hari. "Di rumah saya ada sumur, tapi sekarang rasanya pahit. Air Pamsimas juga sekarang rusak dan tidak keluar," keluhnya lagi.
Terpisah, Ketua RW 6 Sodikin (50) menjelaskan, di wilayahnya tercatat ada tiga dari enam RT yang menjadi langganan banjir yaitu RT 4, 5 dan 6 dengan jumlah penduduk per RT yang mencapai 50 hingga 60 KK. Banjir yang terjadi di diwilayah tersebut berasal dari air rob, dan juga luapan air sungai Meduri.
Selain itu, lanjutnya, tidak berfungsinya saluran air karena terhalang oleh bangunan warga juga semakin memperparah banjir yang terjadi. "Bangunan warga tentu saja menghalangi saluran. Sehingga air tidak bisa mengalir dan menggenang di rumah penduduk. Saluran yang dulu mempunyai lebar dua meter saat ini sudah menyusut menjadi satu meter saja. Tentu saja ukuran tersebut tidak cukup untuk menampung debit air yang besar," terangnya.
Untuk itu, Sodikin mengaku telah mengajukan usulan ke pihak kelurahan untuk melakukan tindakan perbaikan infrastruktur guna mencegah banjir. "Kami sudah usulkan solusi ke kelurahan mulai dari peninggian jalan hingga normalisasi saluran. Namun saat ini hanya beberapa titik peninggian jalan saja yang baru terealisasi," ucapnya lagi.
Sedangkan mengenai kesulitan air bersih, Sodikin mengaku bahwa letak wilayahnya tak terjangkau air bersih dari Pamsimas. Sudah berjalan beberapa bulan, Pamsimas yang mengalir ke RW-nya beberapa kali mengalami kerusakan. "Beberapa kali diperbaiki juga rusak lagi. Sementara, warga mengambil air bersih dari pabrik tekstil di daerah Kabupaten Pekalongan," pungkasnya. (ap16)
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar