18 Desa di Pekalongan Endemis DBD
PEKALONGAN, suaramerdeka.com - Dinas Kesehatan
Kabupaten Pekalongan menyebutkan sebanyak 18 Desa di Kota Santri
tercatat endemis penyakit demam berdarah dengue (DBD). Hal itu
disampaikan Kasi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular
Dinkes, Suwondo, Rabu (27/3).
Adapun ke delapan belas desa
tesebut di antaranya Desa Pekuncen, Bligo, Pekajangan, Ambokembang,
Bugangan, Kedungwuni Barat, Kedungwuni Timur, Jetakkidul, Wangandowo,
Jejerwayang, dan Babalan Kidul. Kemudian, Kalimade, Karangsari,
Karanganyar serta Paninggaran.
Menurutnya, perilaku hidup yang
tidak sehat seperti membiarkan genangan air, membiarkan bak air mandi
kotor serta membuang sampah yang bisa menyebabkan kubangan air menjadi
potensi atau pemicu berkembangbiaknya nyamuk aiedes aegypti yang
menjadi perantara menyebarnya virus DBD.
ilustrasi
Untuk itu, pihaknya
mengharapkan program pemberantasan nyamuk dengan cara mengubur,
menguras dan menutup di masing-masing desa harus digalakkan. Pasalnya,
program tersebut cukup efektif untuk mengurangi berkembangbiaknya
nyamuk aides aegypti.
"Sekarang ini Nyamuk aides aegypi sudah
kebal dengan obat peptisida yang berada di pasaran, bahkan dengan
fogging pun tak maksimal serta dikhawatirkan mencemari lingkungan.
Untuk itu, langkah yang paling murah dan efektif adalah pemberantasan
sarang nyamuk," jelasnya.
Bahkan, lanjut dia, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh salah satu perguruan tinggi menyatakan,
sekarang ini nyamuk aides aegypti bisa berkembang biak di air kotor dan
sumur.
Dikatakan, ciri-ciri orang terserang virus demam
berdarah dengue adalah muncul bintik-bintik merah, kekentalan darah
meningkat, trombosit mencapai 1.000, dan tubuh demam. Namun, lanjut
dia, untuk mengetahui positif atau tidaknya orang terkena DBD harus
melalui tes di laboratorium.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar