Lokasi Wisata yang Itu-itu Saja, Bisa Bikin Kapok Wisatawan
Dari Kegiatan Diskusi Pariwisata di Graha Pena Radar Pekalongan (2/habis)
Membangun pariwisata tidak semata-mata hanya memikirkan penambahan lokasi dan destinasi baru saja. Infrastruktur seperti jalan, dan keberadaan transportasi juga perlu diperhatikan. Lantas? M. AINUL ATHO, Graha Pena Radar Pekalongan
PULUHAN gelas teh kemasan kosong
terpampang mendominasi di meja diskusi. Tak seperti gelas yang kosong,
kondisi peserta diskusi justru sebaliknya, mereka terlihat tetap segar
bugar meski perbincangan sudah berlangsung lebih dari dua jam.
Tema yang menarik, membuat mereka
enggan beranjak dari kursi masing-masing. Bermacam masukan dan usulan
muncul dalam diskusi yang dimoderatori langsung oleh GM Radar
Pekalongan, Ade Asep Syarifudin tersebut.
pantai slamaran
Infrastruktur, menjadi sorotan utama
dalam pembahasan. Jalan, trasportasi umum serta fasilitas tempat wisata
yang belum memenuhi syarat, dan perlu ditambah.
Ketua FKUB Kota Pekalongan, Ahmad
Marzuqi yang juga hadir dalam kegiatan itu berpesan agar Pemkot dapat
bergerak cepat menambah fasilitas atau infrastruktur pariwisata di Kota
Pekalongan.
Karena, jika tetap pada posisi ini
ditakutkan para wisatawan yang datang akan kapok. Karena melihat
kondisi pariwisata di Kota Pekalongan yang hanya seperti ini. “Baiknya
Pemkot harus bergerak cepat menambah infrastruktur atau fasilitas
pariwisata lagi. Agar menambah variasi dan memberikan banyak pilihan
bagi wisatawan,” ucapnya.
Masukan tersebut langsung ditimpali
owner Eklesia Tour and Travel, Handoko. Dirinya mengaku kebingungan
untuk menawarkan paket wisata di Kota Pekalongan. “Hampir semua tujuan
wisata disini arahnya membahagiakan ibu-ibu saja. Bayangkan ke Kampoeng
Batik, belanjaa, ke Pasar Setono juga belanja. Lalu, anak-anak yang
diajak harus lari kemana,” ucapnya.
Menanggapi hal itu, perwakilan dari
Hotel Dafam, Fathurozi, mengatakan bahwa demi membagi fokus
perkembangan di setiap lokasi pariwisata, perlu dibentuk klaster.
Sehingga, masing-masing lokasi atau tipe wisata bisa berkembang secara
berkesinambungan, karena ada yang menangani secara terus menerus.
“Nanti melalui klaster bisa digenjot penambahan infrastrukturnya.
Selain itu, per klaster juga diharuskan membuat event rutin agar dapat
menghidupkan klasternya tersebut,” tuturnya.
Sedangkan mengenai trasportasi, Erik,
perwakilan dari Kampoeng Batik Pesindon juga mengajukan usul agar
transportasi tradisional seperti becak, dapat dimaksimalkan kembali.
Contohnya dengan menghias atau memperbarui tampilan becak yang nantinya
khusus masuk dalam becak wisata. “Akan sangat menarik jika mengunjungi
destinasi wisata di Kota Pekalongan menggunakan becak,” kata Erik.
Doyo sendiri, mengakui apa yang
dikeluhkan para peserta tersebut. Dirinya juga mempunyai kekhawatiran
yang sama terkait destinasi wisata yang itu-itu saja. Makanya, Doyo
mengharapkan adanya peran serta baik dari masyarakat, atau pihak swasta
agar pembangunan wisata berjalan cepat. “Namun masukan ini tetap akan
saya teruskan kepada Walikota agar menjadi perhatian khusus,” janjinya.
Sementara mengenai transportasi, selain
setuju terkait becak wisata, dikatakan Doyo pihaknya juga tengah
mensiasati agar kedepan ada satu Kereta Api yang keberangkatannya dari
Stasiun Pekalongan. “Tegal sudah ada, Kaligung dan Cirek. Masak tidak
bisa digeser sedikit agar bisa berangkat dari Stasiun Pekalongan. Kami
masih coba upayakan hal tersebut,” jelasnya lagi.
Memang, diskusi pariwisata yang akan
digelar rutin perbulan itu masih berlangsung ngalor ngidul dan belum
ada fokus pembahasan yang ditentukan. Namun, setidaknya dari kegiatan
tersebut bisa terlihatbahwa semangat dan antusias semua elemen di Kota
Pekalongan terhadap pariwisata cukup tinggi. Sehingga, ada harapan
kedepan bahwa pariwisata akan berkembang pesat. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar