Mahasiswa Pekalongan Dikeroyok Suporter Semarang
*) Gara-Gara Pakai Motor Plat G
*) Terjadi Pasca Laga PSIS vs Persiku
*) Terjadi Pasca Laga PSIS vs Persiku
PEKALONGAN – Amir
Syamsudin (20), mahasiswa semester IV IKIP PGRI Semarang, menjadi
korban pengereroyokan yang diduga dilakukan oleh sebuah kelompok
suporter PSIS di Semarang, Senin (25/3) malam. Akibatnya, warga Gembong
Gg Beringin 3, Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, itu mengalami luka
serius di bagian kepala, sehingga harus menjalani 21 jahitan dan saat
ini masih dirawat di kamar no 2-1 ruang Wijayakusuma RSUD Kraton.
Kakak korban, Ahmad Mahrus (24),
menuturkan bahwa kekerasan yang dialami adiknya itu terjadi sesaat
setelah ada pertandingan antara PSIS Semarang melawan Persiku Kudus
yang berlangsung di Stadion Jatidiri Semarang, Senin (25/3) petang.
Aksi penganiayaan dan pengeroyokan terjadi selepas Maghrib.
Mahrus menyatakan, dirinya mendapat
keterangan mengenai kronologi peristiwa itu dari korban dan temannya.
Bahkan, teman korban yang juga sesama mahasiswa IKIP PGRI asal
Capgawen, Kedungwuni, bernama Fahmi Arsyad, itu ikut jadi korban
pengeroyokan. “Dia melihat langsung pengeroyokan yang dialami adik
saya. Bahkan dia ikut jadi korban, tapi berhasil menyelamatkan diri,”
ujarnya tadi malam.
Ia mengungkapkan, kejadian bermula saat
Amir bersama Fahmi berboncengan naik motor Yamaha Mio milik teman kos
mereka dari Tegal. Mereka berdua hendak mencari makan di warung dekat
kampus IKIP PGRI untuk berbuka puasa. “Karena saat itu adik saya sedang
berpuasa. Dia memang biasa puasa Senin Kamis,” imbuhnya. “Dan lagi,
adik saya sebenarnya tidak tahu menahu tentang pertandingan bola. Dia
tidak pernah ikut-ikutan nonton pertandingan sepakbola, atau menjadi
anggota suporter,” sambung Mahrus.
Sesampainya di sekitar Jalan Dr Cipto
dan Jalan Kartini, Semarang, tiba-tiba korban dipepet dari belakang
oleh dua pengendara motor. Kedua pemuda yang memepet itu memakai
atribut kelompok suporter PSIS Semarang. Sambil memepet korban, pelaku
berteriak kepada korban, “Raimu wong Pekalongan, yo!” tutur Mahrus,
menirukan suara para pelaku.
Korban dan temannya, serta kedua pemuda
Semarang tadi kemudian sama-sama berhenti. Suporter Semarang tadi,
langsung mengajak Amir dan Fahmi berkelahi. “Mereka katanya langsung
mencopot gesper dan memukulkannya ke kepala adik saya,” ungkapnya.
Beberapa saat berikutnya, tiba-tiba
datang puluhan suporter PSIS Semarang yang juga mengendarai sepeda
motor, ikut mengeroyok korban. Para pengeroyok itu sebagian besar
mengenakan kaos warna hitam dan sebagian lagi biru tua, bertuliskan
“Snex”. Amir dan Fahmi berusaha lari. Tetapi dikejar oleh sedikitnya
delapan orang. “Sebagian dari mereka katanya membawa senjata tajam,”
imbuhnya.
Amir pun tak bisa lari lagi. Sehingga,
langsung dikeroyok puluhan suporter itu. Sedangkan rekan korban, Fahmi,
sempat menerima beberapa pukulan. Namun kemudian berhasil lari
menyelamatkan diri.
Menurut Mahrus, Fahmi dari kejauhan
hanya bisa melihat Amir Syamsudin menjadi bulan-bulanan suporter
Semarang. Ia hanya bisa menangis sambil bersembunyi melihat sahabatnya
dipukuli dan diinjak-injak. Padahal saat itu korban sudah jatuh
pingsan. “Saat itu, sebenarnya banyak orang yang melihatnya. Tapi
mereka tidak berani berbuat apa-apa,” ungkapnya sedih.
Sementara, sepeda motor Yamaha Mio yang
dipakai korban, juga menjadi sasaran kemarahan para pelaku. Motor
tersebut selanjutnya diceburkan ke sungai di dekat lokasi kejadian.
Hingga kemudian, sejumlah anggota
polisi Semarang datang ke lokasi. Para suporter pengeroyok tadi,
berhamburan membubarkan diri. Amir dilarikan ke Rumah Sakit Panti
Wilasa di Jalan Dr Cipto. Karena menderita beberapa luka sobek dan luka
akibat pukulan benda keras di kepala. Pada bagian punggung juga memar.
Sedangkan Fahmi menderita luka memar di tangan. “Adik saya (Amir)
menderita luka di empat tempat pada bagian depan dan belakang kepala.
Dia harus mendapat 21 jahitan,” beber Mahrus.
Selanjutnya, pihak RS Panti Wilasa
Semarang merujuk Amir Syamsudin ke RSUD Kraton. Korban tiba di RSUD
Kraton pada hari Selasa (26/3) kemarin pukul 16.00. Setelah mendapat
perawatan di IGD, korban dipindah ke ruang Wijayakusuma.
Pada saat Radar Pekalongan mengecek
kondisi korban, terlihat bahwa korban masih lemah. Ia belum bisa diajak
berkomunikasi dengan lancar. “Sesekali dia tersadar dan bisa diajak
ngomong. Tapi masih lemes. Dia juga belum bisa bangun dari tempat
tidur,” imbuh kakak korban.
Lebih lanjut, Mahrus mengharapkan agar
pihak terkait di Pekalongan, khususnya manajemen Persip, Walikota,
maupun suporter Persip Pekalongan, untuk meminta pihak berwenang di
Semarang maupun manajemen PSIS agar meminta suporter Semarang untuk
tidak anarkis. Juga, berharap agar keamanan warga Pekalongan di Kota
Atlas tetap bisa terjamin.
“Harapannya supaya yang seperti ini
tidak terjadi lagi. Kasihan warga Pekalongan yang di Semarang, apakah
itu mahasiswa atau yang bekerja di sana. Harus ada jaminan keamanan di
sana supaya tetap merasa aman,” harapnya.
Sementara itu, Walikota Pekalongan,
yang juga Presiden Direktur PT Persip Pekalongan Raya, dr HM Basyir
Ahmad, mengaku prihatin dengan kejadian itu. Ia akan menindaklanjuti
kejadian itu, meskipun korban adalah warga Kabupaten Pekalongan.
“Segera akan kita tindaklanjuti. Saya akan ngomong ke pengurus suporter
Semarang agar kejadian ini tidak terulang lagi,” ujarnya. Meski begitu,
Walikota meminta supaya warga Pekalongan, khususnya suporter Persip,
tidak melakukan aksi balasan.
Diduga, aksi penganiayaan yang dialami
warga Pekalongan di Semarang, merupakan buntut dari adanya kericuhan di
Kota Pekalongan pasca laga Persip melawan PSIS beberapa waktu lalu. (way)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar