Meski kawasan Desa Tratebang, Kecamatan
Wonokerto menjadi daerah langganan rob dengan berbagai ancaman penyakit
gatal-gatal dan lingkungan menjadi kumuh. Namun, warga di sana memilih
menetap tinggal di lokasi tersebut.
Dolzein salah satu warga Desa
Tratebang, Wonokerto mengemukakan, warga di desanya memilih menetap
bertempat tinggal di daerah pesisir Kabupaten Pekalongan karena daerah
tersebut sudah menjadi kampung halamannya serta sebagian besar tak
mampu membeli rumah untuk pindah, sehingga meski rob warga tetap
menetap.
Diakuinya, luapan air laut tersebut membuat lingkungan desanya kian
kumuh dan ancaman penyakit gatal-gatal tak bisa dihindari.
Namun
demikian, hal tersebut tidak membuat warga berniat untuk pindah daerah.
"Bagaiman mau pindah, uang untuk beli rumah di daerah lain tidak ada.
Ya harus menetap," ujarnya.
Berkaitan penanganan rob, warga pernah
melakukan rembug desa melalui program PNPM agar salah satu progra yang
disusun adalah mengatasi rob yang berada di desanya. Sebab, lanjut dia
berdasarkan analisa warga saat rembug desa tersebut air rob masuk ke
pemukiman warga melalui pintu air yang berada di sisi sebelah barat
balai desa.
Karena itu, pihaknya meminta agar pintu
air di sebelah barat balai fungsinya dimaksimalkan atau diperkuat guna
membendung air laut agar tak menggenangi pemukiman dan jalan desa.
Kepala Desa Tratebang Bambang Suwarno
menambahkan, persoalan rob di desanys sudah berkali-kali dimintakan
bantuan ke pemerintah daerah. Bahkan, baru-baru ini salah satu jalan di
desanya ditinggikan 30 centimeter agar tak tergenang rob.
Kades juga membenarkan mengenai
beberapa warga tetap memilih bertahan meski di desanya menjadi
langganan rob. Hal tersebut karena sudah menjadi kampung halaman serta
tak ada uang untuk pindah atau meninggikan rumah guna menghindari
genanangan rob.
sumber:dprd-pekalongankab.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar