Batang – Pemerintah Kabupaten Batang menjamin pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap berkapasitas
2.000 megawatt, tidak akan merugikan masyarakat Batang. PLTU juga tidak akan
merusak lingkungan karena menggunakan teknologi Jepang dan berbahan baku
batubara.
”Pembangunan PLTU akan memberikan
kontribusi positif terhadap warga dan pemerintah sendiri. Warga petani yang
tanahnya digunakan untuk lokasi PLTU tidak perlu khawatir akan kehilangan mata
pencaharian, karena kita akan mengakomodir mereka agar dapat bekerja di PLTU
atau membuka usaha di sekitar lokasi PLTU, “ kata Plt Sekda Batang Drs
Suharyanto pada sarasehan pembangunan PLTU dengan jajaran media massa di
Batang, Kamis (21/6).
Menurut Suharyanto, Pemkab Batang akan
mendukung segala investasi termasuk PLTU jika memberikan kontribusi positif
terhadap kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Batang.
“Pembangunan PLTU ini akan menjadi kebangkitan investasi di Kabupaten Batang,”
ujarnya.
Disebutkan Suharyanto PLTU Batang merupakan proyek
pertama yang akan menjadi percontohan terhadap proyek insfrastruktur lainnya
dan terbesar di Asia Tenggara. Pada akhir 2016, proyek ini ditargetkan sudah dapat
dioperasikan untuk jaringan kelistrikan Jawa-Bali dengan pasokan listrik
sebesar 2.000 megawatt. “Proyek PLTU di Batang akan menjadi barometer pada
pihak swasta dalam menentukan pilihan berinvestasi,” katanya.
Sementara itu Staf Ahli Direksi PT PLN Persero Kantor
Pusat Jakarta Ir Asistia Setiawan mengungkapkan, kapasitas terbangun PLTU
Batang sebesar 2 x 1000 megawatt dengan estimasi biaya investasi $ US 3 milyar.
“Proyek PLTU ini akan mampu memenuhi kebutuhan daya listrik untuk menutupi
kebutuhan listrik Jawa-Bali yang tumbuh 8 persen per tahun di tahun 2016,” kata
Asistia.
Dikatakan Asistia, PLTU Batang nantinya akan menggunakan
teknologi Clean Coal Technology, supercritical atau ultra-supercritical.
Teknologi Supercritical boiler akan menghasilkan emisi lebih rendah, lebih
efisien, lebih bankable, dan cost-competitive.
“Sedang untuk menggerakkan mesin, nantinya digunakan batubara. Bahan ini
merupakan bahan bakar termurah berdasarkan kajian least-cost-of-supply,
sehingga dapat menurunkan
biaya pokok produksi (BPP) PLN dan pada akhirnya akan menurunkan kebutuhan subsidi PLN,” jelasnya
sumber: **Newsroom HumasKab.Batang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar