Kampung Arab Berpotensi Jadi Objek Wisata Budaya
PEKALONGAN – Puluhan anggota Pekalongan
Heritage Community dan beberapa komunitas lain di Kota Pekalongan
berjalan kaki menyusuri Jalan Surabaya. Kedatangan mereka untuk
menelusuri jejak kampung arab dalam acara Jalan-jalan Heritage Mengenal
Kampung Arab Kota Pekalongan, Minggu (2/3).
Jalan-jalan
Heritage Mengenal Kampung Arab Kota Pekalongan dimulai dari Masjid
Wakaf, kemudian peserta berjalan kaki menyusuri Jalan Surabaya.
Beberapa kali peserta singgah di sejumlah rumah dengan arsitektur kuno
yang masih dipertahankan hingga saat ini. Kampung arab berpotensi untuk
dijadikan objek wisata budaya.
Kendati
demikian, menurut pengamat arsitektur dan dosen Universitas Pekalongan
(Unikal), Sri Puji Astuti Soekardi, penanda Kampung Arab sudah banyak
yang hilang, baik tampilan maupun fungsinya. Menurut dia,
bangunan-bangunan di Kampung Arab saat ini arsitekturnya sudah berubah.
Selain itu, fungsinya pun sudah berubah menjadi pertokoan. “Saat saya
melakukan penelitian sepuluh tahun yang lalu, rumah-rumah di sini
bergaya kolonial (artdeco). Tapi sekarang keberadaan rumah-rumah
bergaya kolonial itu hampir punah,” paparnya.
Astuti
mengatakan, perubahan desain bergaya kolonial, serta pengalihan fungsi
tersebut berkaitan dengan perubahan ahli waris. Pemkot Pekalongan
diharapkan mempertajam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Bangunan Cagar budaya, melalui Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur
tentang perlindungan bangunan cagar budaya di wilayahnya. “Perda harus
lebih ketat. Renovasi diperbolehkan, sedikit saja. Tapi style (gaya)
lama harus tetap dipertahankan,” tandas Astuti.
Kearifan Lokal
Sebab,
menurut dia, Kampung Arab Kota Pekalongan berpotensi untuk dikembangkan
menjadi tujuan wisata budaya. “Kampung Arab ini sebenarnya berpotensi
untuk dikembangkan menjadi cultural tourism. Namun belum dikemas dengan
baik,” imbuh Astuti.
Pegiat
sejarah Kota Pekalongan Arif Dirhamsyah berharap kegiatan tersebut bisa
menumbuhkan generasi muda Kota Pekalongan untuk lebih mengenal budaya
masyarakat, terlebih kearifan lokal. “Karena mencintai kearifan lokal
merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap Tanah
Air,”ujar Arif.
Jalan-jalan
heritage Mengenal Kampung Arab Kota Pekalongan juga diikuti Olivier
Johannes Raap, penulis buku Soeka-soeka di Djawa Tempoe Doeloe, serta
empat warga Jerman sukarelawan Indonesia Internasional Work Camp
(IICW), serta anggota Komunitas Fotografi Pekalongan. (K30-74)
(SUMBER : SUARA MERDEKA, 25-03-2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar