Tolak Relokasi, Parti Galang Dukungan
KOTA - Pedagang pasar tiban atau parti, kembali
menggelar aksi untuk melawan keputusan Walikota yang berencana
merelokasi pedagang. Kali ini, ratusan pedagang menggelar aksi damai,
sekaligus menggalang dukungan dari masyarakat Kota Pekalongan di
Monumen Juang, Kamis (13/3).
Penggalangan dukungan tersebut, dituangkan dalam bentuk pembubuhan
tanda tangan oleh masyarakat pengguna jalan, sebagai simbol mendukung
keberadaan pasar tiban.
Ketua Pasti Bersatu, Arifianto menjelaskan, aksi yang dilakukan para
pedagang tersebut sebagai bentuk upaya para pedagang untuk meminta
dukungan dari masyarakat. Selain itu, para pedagang juga ingin
menunjukkan permasalahan yang sedang terjadi antara pasar tiban dengan
Pemkot Pekalongan.
enurut Arifianto, selama ini masyarakat tidak mengetahui akar
permasalahan yang terjadi antara pasar tiban dengan Pemkot yang membuat
sejumlah titik pasar tiban tidak lagi buka. “Yang pertama, kami ingin
menunjukkan bahwa pasar tiban masih diinginkan, masih dicintai
masyarakat. Karena, dalam beberapa kali masyarakat justru dibenturkan
dengan kami, saat adanya upaya relokasi. Walaupun kami tahu masyarakat
itu adalah masyarakat bayaran,” tegasnya.
Sehingga dalam aksi kali ini pihaknya akan memperlihatkan kepada
Walikota mengenai sikap masyarakat sebenarnya. “Kami akan masuk ke
strategi Pak Wali yang melibatkan masyarakat setempat untuk dibenturkan
dengan kami. Kali ini kami akan menunjukkan bahwa masyarakat setuju
dengan keberadaan pasar tiban,” imbuhnya.
Pria berambut gondrong tersebut juga mengatakan, akan merencanakan
aksi yang lebih besar lagi dengan jumlah massa yang jauh lebih banyak
jika kebijakan yang dikeluarkan Pemkot tak juga mendukung keberadaan
pasar tiban, dan tuntutan para pedagang tentang penolakan rencana
relokasi tak kunjung dipenuhi oleh Pemkot Pekalongan.
Kegiatan serupa, dilanjutkan Arifianto juga akan dilaksanakan di
beberapa titik lokasi pasar tiban. Pihaknya menargetkan, dapat
mengumpulkan sebanyak 5000 tanda tangan dari masyarakat Kota Pekalongan.
Setelah terkumpul, Parti akan membuat sebuah petisi yang diajukan kepada Pemkot Pekalongan tentang perijinan pasar tiban.
*Akan Diadukan ke Aburizal Bakrie.
Selain petisi kepada Pemkot, parti akan membuat surat yang akan
dikirim kepada Gubernur, Kemendagri, Presiden dan tak ketinggalan
kepada Aburizal Bakrie (ARB). Surat kepada Gubernur maupun Presiden,
ditujukan untuk mengadukan kebijakan Pemkot yang tidak pro terhadap
ekonomi kerakyatan.
Sementara surat kepada Ketua Umum DPP Partai Golkar, dimaksudkan
agar sebagai pimpinan tertinggi Parpol dimana dr HM Basyir Ahmad juga
ada di dalamnya, bisa melakukan pembinaan terhadap kadernya yang justru
mempunyai sikap yang bertolak belakang dengan visi ekonomi kerakyatan
yang selama ini digembar-gemborkan ARB.
“Karena secara kelembagaan ARB jelas mendukung ekonomi kerakyatan.
Yang kami minta adalah komitmen ARB kepada jajaran atau pengurus yang
ada di bawahnya yang tidak berpihak pada pegiat ekonomi kerakyatan.
Harapannya Bapak ARB juga bisa memberikan teguran, kepada pemangku
kebijakan disini,” bebernya lagi.
Sementara mengenai upaya relokasi yang sejauh ini masih terus
diupayakan Pemkot Pekalongan, Arifianto dengan tegas tetap akan menolak
untuk pindah, dan akan bertahan membuka pasar tiban di lokasi semula.
Pasalnya menurut Arifianto, Pemkot sama sekali tak menerapkan asas
keadilan dalam mengaplikasikan undang-undang maupun peraturan yang
dijadikan dasar relokasi pasar tiban.
Arifianto memberi contoh, di jalan Teratai saat ini banyak PK5
bermunculan, dan menggunakan bahu jalan untuk berjualan justru setelah
pasar tiban dipindah. “Kita lihat banyak Pk5 muncul dan berjualan di
bahu jalan tapi dibiarkan saja. Kami ingin perjuangkan keadilan
disini,” ujarnya.
Marzuki (39), salah seorang pengendara sepeda motor yang ikut
membubuhkan tanda tangannya mengaku mendukung keberadaan pasar tiban.
Menurutnya, selain memudahkan masyarakat dalam mencari barang yang
dibutuhkan, pasar tiban juga menjadi hiburan tersendiri. “Kalau masalah
macet kan hanya seminggu sekali. Jadi tidak masalah sebetulnya,” tutur
Marzuki yang mengaku warga Sampangan. (nul)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar