Kamis, 19 April 2012

Apresiasi dan Rasa Cinta Generasi Muda pada Budaya Asli Menurun

Pekalongan, Info Publik – Salah satu masalah yang dihadapi Indonesia saat ini adalah menurunnya jiwa apresiasi dan rasa kecintaan generasi muda terhadap budaya asli Bangsa Indonesia. Hal itu Seiring dengan arus globalisasi dan modernisasi generasi muda sekarang cenderung terpengaruh doktrin bahwa budaya asing yang diasosiasikan dengan gaya hidup yang modern atau ”Gaul” lebih ngetrend. Hal ini memerlukan upaya antisipasi agar warisan budaya Bangsa kita yang begitu adiluhung tidak hilang tergerus oleh perubahan jaman. Demikian disampaikan Sekda Kota Pekalongan Dwi Arie Putranto pada pembukaan kegiatan Pameran Keliling II dengan tema Meniti Jejak Peradaban Jawa Tengah Melalui Koleksi Museum, Kearsipan dan Pustaka Jawa Tengah. Acara itu digelar di eks Rumah Dinas Residen Pekalongan (sekarang Bakorwil III Jateng), Rabu (18/4).
Menurut Arie Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah peninggalan sejarah budaya bangsa yang beranekaragam tidaklah ketinggalan oleh budaya asing. ”Indonesia memiliki peninggalan sejarah budaya yang bernilai sangat tinggi dan budaya ketimuran yang mengedepankan sikap, perilaku dan budi pekerti yang sopan santun dan ramah tamah,” katanya. Selain itu Kota Pekalongan merupakan daerah yang memiliki potensi peninggalan warisan budaya bangsa yang beranekaragam. ”Banyak kita jumpai tempat-tempat peninggalan bersejarah seperti Gedung tempat pameran kali ini adalah gedung eks. Karisidenan yang merupakan peninggalan penjajah belanda yang masih berdiri kokoh dan sebagai benda cagar budaya yang perlu dilestarikan. Salah satu upaya untuk melestarikan pusaka peninggalan sejarah budaya bangsa adalah dengan menyelenggarakan Pameran Keliling Museum-museum Kearsipan dan Pustaka Jawa Tengah,” tegasnya. Ditambahkanya, Pameran ini merupakan upaya mendekatkan museum dan Badan Arsip serta Pustaka kepada masyarakat, utamanya masyarakat provinsi Jawa Tengah khususnya masyarakat Kota Pekalongan. ”Keberadaan Museum itu sendiri memiliki peran yang sangat esensial, sebagai upaya pelestarian hasil budaya, rekaman peradaban dan sejarah perjalanan bangsa,” tambahnya. Terlebih sasaran peran selain masyarakat umum juga di tujukan untuk generasi muda untuk mengenal dan memahami sejarah dan budaya asli bangsanya, karena generasi muda memiliki kewajiban besar untuk menjaga dan melestarikan apa yang di miliki oleh bangsanya. Karena sejarah hadir bukan untuk membelengu langkah kita melainkan sebagai panduan untuk belajar dan bijak dalam menentukan masa depan. Dwi Arie Putranto pada kesempatan tersebut juga menyitir ucapan presiden pertama indonesia Ir. Soekarno yang menyatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya. Karenanya dengan melihat jejak kebesaran bangsa kita di masa lampau bahkan sejak jaman kerajaan maupun masa prasejarah yang terekam dalam koleksi-koleksi di museum hendaknya dapat semakin mempertebal rasa cinta dan rasa menghargai akan benda-benda pusaka peninggalan sejarah budaya bangsa, utamanya di mata generasi muda sekarang ini. Sementara itu Kepala UPTD Museum Batik Pekalongan sebagai ketua Panitia penyelenggara Tanti Lusiani pada laporannya mengatakan pameran kali ini merupakan salah satu bahwa sumber pengetahuan dan wahana untuk mempelajari sejarah budaya bangsa yang dapat di jadikan sebagai objek yang kreatif dan edukatif agi generasi muda. Hal ini dapat di lakukan dengan cara pendekatan persuasif baik itu pelajar maupun sosialisasi kepada masyarakat umum.
Paradigma bahwa museum sebagai tempat menyimpan benda-benda yang terkesan angker tentu perlu kita ubah dengan merubah cara museum yang lebih baik karena salah satu peran museum adalah memberikan stimulan dan fungsi edutainment yang menggabungkan unsur pendidikan dan rekreasi, serta menjadi objek wisata iptek. Bahkan lebih jauh saya mengharapkan kepada museum-museum dan badan arsip di indonesia dapat tampil sebagai ruang digital, sehingga lebih memberi kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi. Menurut Tanti pameran ini di ikuti oleh museum Jawa Tengah Ranggawarsita, badan arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, Monumen Pers Nasional Surakarta, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah, Yayasan Pusaka Iwan Tirta Jakarta dan Museum Batik Pekalongan. (MC /Humas & Protokol/AN Takari) sumber : www.pekalongankota.go.id

Tidak ada komentar: