Kamis, 19 April 2012

PENGEMBANGAN CITY BRANDING

Oleh Aan Djndan (Ketua Dewan Kesenin Kota Pekalongan)
Setiap kota pasti memiliki arti tersendiri bagi para penghuninya. Demikian pula dengan Kota Pekalongan, kota ini dengan ‘setia’ dihuni oleh penduduk yang memiliki persamaan, apakah itu persamaan cinta atau karena kebutuhan kerja dan berkarya di Kota Batik ini. Mari kita telaah lebih dekat lagi, bagaimana mengembangkan city Branding Pekalongan World’s City of Batik. Seperti halnya suatu produk, sebuah “Kota” adalah suatu ciptaan karya manusia yang besar, tempat untuk hidup, belajar, bekerja, berdagang, berkarya. Suatu tempat dimana penduduknya saling berkomunikasi, bertukar pendapat, berinteraksi dan saling membutuhkan. Keterkaitan ini akhirnya membuat hasil yang positif dalam masyarakat, maka berkembanglah tempat tersebut dan menyediakan penduduknyaa bekerjasama dan hidup berdampingan. Sebenarnya sejarah menunjukkan suatu kota sudah ada dan berkembang sejak awal abad Masehi. Namun sejak abad ke-19 semakin berkembang seperti kota-kota modern saat ini. “Competition for inward invesment, torism revenues and residents at various spatial scales intensified.” (Kohler, 1999). Kebutuhan yang semakin meningkat di kota tersebut dari masyarakat menjadikan ruang gerak ekonomi berputar, maka kota itu pun semakin berkembang sesuai dengan perkembangan inilah penduduk yang bercampur dan berbagai budaya yang berbeda-beda menyatu dan menjadikan kota tersebut unik. Kesadaran pemerintah daerah akan pentingnya memperkenalkan Kota Pekalongan dalam sebuah brand sebagaimana produk perlu adanya langkah-langkah strategis untuk mensukseskan brand tersebut. Branding sesungguhnya sangat penting bagi sebuah kota. Bagaimana turis mancanegara atau turis lokal ingin berkunjung jika mereka tidak mengenal bahkan tidak tahu apa dan bagaimana potensi yang dimiliki oleh kota tersebut. Jangan berharap investasi akan masuk jika kota yang anda huni tidak pernah dipromosikan.
STRATEGI PEMASARAN Berbeda dengan branding untuk produk atau jasa yang hanya dilakukan oleh perusahaan. City Branding tidak mungkin hanya dilakukan oleh pemerintah daerah karena City Branding berarti mempromosikan kota beserta isinya termasuk masyarakat dan kalangan industri yang harus dicatat adalah sebagaimana layaknya sebuah brand, sebuah kota juga harus memiliki fungsinya sendiri sebagai sebuah benefit yang akan di jual kepada khalayak. Kota Pekalongan sebagai kota Batik yang dipenuhi pengusaha dan pengrajin yang menawarkan keberagaman motif dan desain batik atau bahkan menjadi sebuah kota dagang tempat mencari kerja dan menanam investasi. Semua bisa saja dilakukan, tergantung pada potensi yang dimiliki, termasuk culture dan nature Kota Pekalongan itu sendiri. Sebagai bagian dari strategi pemasaran, city brand merupakan konsep yang muncul dari sebuah riset yang diawali oleh place branding. Kemudian berkembang pada riset country branding, city branding, city area branding, hingga destination branding. Dari rangkaian riset inilah kemudian muncul konsep city branding.
VISUAL DALAM CITY BRANDING Selain komitmen dan pembenahan infrastruktur, city brand tentunya juga membutuhkan wajah yang manis saat dipromosikan. Wajah yang manis ini hanya bisa ditampilkan lewat desain yang menarik tanpa meninggalkan makna dari brand yang akan dibangun. Dengan visual dan grafis yang bagus kita bisa menampilkan wajah yang menarik bagi kota kita. Disamping itu, visual juga berfungsi sebagai pengingat dan pembeda, bukankah wajah juga berfungsi sebagai pengingat dan pembeda? Dalam membuat visual untuk mempercantik wajah brand, ada beberapa elemen yang harus ada: logo, warna dan komposisi. Faktor visual ini menjadi sangat penting karena sebutan Kota Batik tidak hanya Pekalongan saja, tetapi di kota-kota lain juga identik dengan batik seperti Jogja, Solo, Cirebon dan kota lainnya. Artinya, banyak kompetitor yang juga bisa jadi memiliki positioning yang sama. Selain itu, brand yang sering dilihat biasanya akan diingat dan berakhir dengan dipilih. Namun dalam membuat visual atau grafis, perlu dipertimbangkan yang sesuai dan mendukung brand yang ingin diciptakan. Poster atau iklan pariwisata Pekalongan, logo Pekalongan world’s city of Batik dan keanekaragaman motif Batik, tidak hanya motif Pekalongan saja.
Pengembangan City Branding, Pekalongan world’s of city of Batik, mensyaratkan beberapa hal, antara lain, pertama: Benda-benda Cagar Budaya bersinergi dengan hasil budaya kekinian sebagai upaya menghidupkan roh historisnya, tentang Pekalongan tempo dulu, kedua: Mengoptimalkan potensi obyek wisata dengan corak / ciri sebagai unggulan daya tarik seperti potensi alam (Pantai Pasir Kencana, Pantai Slamaran. Wisata Mangrove di Desa Bandengan, wisata Kali Loji, wisata Sungai Binatur, wisata sawah / pertanian, peternakan khusus dan lain-lain), potensi kesenian (teater, seni rupa, grafiti, mural, patung, musik, tari-tarian), potensi kesenian Islami (Zapin, Sinthud Duror, Marawis, Gambus, Tombo Ati, Terbang Genjring dan Jawan), wisata ziarah, wisata pendidikan, wisata kuliner dan lain-lain. Ketiga: Publikasi sebagai bentuk lain dari pemasaran dengan memanfaatkan teknologi informatika, seperti; televisi, website, memasang baliho besar di bandara-bandara di Indonesia, tempat-tempat strategis di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung, dan lain-lain.
Keempat: mewujudkan logo city branding dalam bentuk monument, patung, taman, seni instalasi, kelima; diciptakannya obyek penunjang outdoor, seperti monument, patung, taman, seni instalasi dan pencitraan khusus di malam hari sebagai estetika public space, keenam; Revitalisasi kesenian yang hampir punah atau kurang popular dengan cara inovasi dan kreativitas dalam standar kekinian, ketujuh; Perlunya taman budaya sebagai pusat kegiatan kesenian dan kebudayaan dengan mengembalikan fungsi GOR Jetayu menjadi Gedung Societet atau Gedung rakyat yang memang diperuntukkan untuk kegiatan seni dan budaya, galeri seni rupa, ruang pertunjukan. Kedelapan; mengoptimalkan Museum Batik, bila perlu menambang museum, seperti Museum Kesejarahan Pekalongan, Museum ATBM, Museum Seni, dan lain-lain. Kesembilan; kegiatan yang bersifat lomba di bidang penulisan pariwisata antar pelajar, umum, wartawan dan pengelola hotel, lomba mewarnai dan menggambar city branding, lomba desain batik, lomba seni rupa (lukis, patung, foto, desain, kaos, mural, grafiti) festival seni pertunjukan dan pameran. Kesepuluh; pemberian penghargaan terhadap pelaku dan penjaga obyek wisata, kesebelas; menerbitkan majalah/buletin Travel Tour, keduabelas; mendorong biro perjalanan membuat destinasi Travel Tour ke Pekalongan, ketigabelas; mendorong masyarakat untuk berlomba-lomba berkreasi sebagai elemen penunjang promosi city branding.
Demikian langkah-langkah yang dapat ditempuh Pemkot Pekalongan dalam menyukseskan city branding. City branding yang kuat, selain memiliki kualifikasi sebagai sebuah brand yang memiliki kekuatan sejarah, juga didukung oleh kampanye yang bagus. sumber:dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: