Henry Kissinger Si Yahudi Perampok Kekayaan Alam Negeri Islam
VOA-ISLAM.COM -
Saat menerima penghargaan "World Statesman Award" dari Rabbi Yahudi
Arthur Schneier pendiri The Appeal of Conscience Foundation (ACF),
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono juga didampingi mantan Menteri Luar Negeri AS, Henry Kissinger. Lantas siapa sebenarnya Henry Kissinger?
Pemilik
nama lengkap Henry Alfred Kissinger ini lahir di Fürth, Bavaria,
Jerman, 27 Mei 1923. Setelah naiknya Nazi ke puncak kekuasaan, ia
beserta keluarganya lari ke Amerika Serikat pada 1938.
Henry
Kissinger belajar ilmu politik dan pada 1954 mendapat gelar doktor dari
Harvard University dan pada 1962 guru besar tata negara. Dari 1969 ia
menjadi Penasihat Keamanan Nasional USA.
Ia
Menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada 1973 bersama dengan Le Duc
Tho, namun Le Duc Tho menolak. Dari Agustus 1973 sampai 1977 ia
menjabat sebagai Menlu AS di bawah presiden Richard Nixon dan
diteruskan pada masa Gerald Ford.
Henry Kissinger bersama Presiden AS, Jimmy Carter tercatat memprakarsai perjanjian damai Camp David antara Mesir dan Israel.
Pada
tahun 1977, Anwar Sadat mengadakan kunjungan ke Jerusalem atas undangan
Perdana Menteri Israel, Menachem Begin yang merupakan awal perundingan
perdamaian antara Israel dan Mesir setelah perang Yom Ki Pur dan perang
enam hari antara Arab-Israel.
Pada
tahun 1978, terciptalah Perjanjian Damai Camp David, dimana Anwar Sadat
dan Menachem Begin menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Kebijakan ini
tentu ditentang umat Islam dunia waktu itu, lantaran Anwar Sadat
bersedia berunding dengan Zionis dan merugikan umat Islam hingga saat
ini.
Henry
Kissinger adalah penganut Yahudi, ia begitu dikenal keberpihakannya
terhadap Zionis dan mendukung imperisalisme terhadap negeri-negeri
Islam.
Seorang ulama Saudi, Syaikh Safar Hawali pernah menulis sebuah buku berjudul Wa’du Kissinjier (perjanjian Kissinger).
Syaikh
Safar hawali mengutip Koran Al Qabas, yang terbit di Kuwait pada
tanggal 3/5/1990 M memuat sebuah makalah dengan judul “Kisinger
bertanya kepada Bush,” Apa yang harus dilakukan bila seluruh rudal Arab
berada di satu pihak?”
Makalah
itu menulis; “Sesungguhnya keputusan yang diberikan oleh AS kepada
departemen luar negeri sebuah negara arab menegaskan bahwa planning
Yahudi bertujuan untuk menjadikan Israel sebelum tahun 2010 M sebagai
negara kawasan Teluk dengan angka demografi (jumlah penduduk) terbesar
setelah Mesir. Bukan hanya Yahudi dari Soviet saja yang mengadakan
imigrasi besar-besaran ke negara Ibrani itu, melainkan gelombang
imigran AS juga akan membanjiri Israel. Yang jelas, kondisi geografi
dan demografi banyak negara Arab akan berubah dari keadaan saat ini.
Bagaimana
bisa? Apa yang telah terjadi di Lebanon bisa menjadi contoh. Yahudi
meyakini bahwa peledakan (pembantaian terhadap Muslim Arab) yang telah
sukses di Lebanon, bisa dilakukan di negara-negara Arab lain. Tidak ada
problem, yang penting adalah meningkatkan aktivitas lobi Yahudi dalam
pemerintahan AS.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar