Juli, Double Track Pekalongan - Semarang Bisa Dilalui
SEMARANG, suaramerdeka.com - PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional IV Semarang, memastikan jalur rel ganda atau double track Pekalongan- Semarang bisa dilalui pada Juli mendatang. Keyakinan itu terkait proses pembangunan yang telah mencapai 80 persen.
''Juli nanti sudah bisa dilalui, pas untuk angkutan lebaran,'' ujar Kepala Bagian Hubungan Masyarakat, PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional IV Semarang, Surono.
Menurut Surono, double track itu melanjutkan dari arah barat jalur Pantai Utara di wilayah operasional IV, yakni dari Tegal-Pekalongan yang sudah bisa dilalui sejak tahun 2012 lalu.
"Untuk Pekalongan-Semarang merupakan tahap ke dua di daop IV, sekarang sudah 80 persen," ujar Surono.
ilustrasi
Selain mengerjakan pembangunan double track Pekalongan-Semarang, Direktorat Jenderal Kereta api juga membangun double track Semarang-Bojonegoro yang jaraknya mencapai 176 kilo meter, namun untuk jalur itu baru mencapai 50 persen dan kemungkinan baru terealisir akhir 2013 mendatang.
Pembangunan double track di jalur pantai utara dari Tegal-Pekalongan-Semarang hingga Bojonegoro mencapai 329 kilo meter. "Itu bisa menghemat waktu perjalanan kereta hingga dua jam dibanding saat jalur tunggal," ujar Surono menjelaskan.
Sementara itu Pakar Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Djoko Setijowarno menilai fasilitas double track itu sangat baik mengalihkan sektor transportasi ekonomi lewat jalur kereta api, ketika jalan nasional sepanjang pantai utara Jawa tak mampu untuk menunjang kegiatan ekonomi nasional. "Double track sangat baik untuk moda angkutan barang dan penumpang saat kondisi jalan nasional rusak," ujar Djoko .
Menurut dia, kondisi jalan raya Pantura saat ini banyak menimbulkan kecelakaan dan memunculkan ekonomi biaya tinggi dalam mendistribusikan barang. Kondisi ini akibat jalan Pantura yang sering rusak itu dinilai menghamburkan biaya perawatan dari alokasi dana pemerintah pusat.
Berdasarkan analisisnya menunjukan pembangunan jalan raya Pantura cenderung tak ramah lingkungan, hal ini dibuktikan banyaknya gunung dan bukit batu yang rusak dikeruk untuk pengadaan material pembangunan jalan. ''Sedangkan anggaranya sendiri sering dipotong untuk pungli sebagai ATM birokrasi dan legislatif,” katanya.
( Muhammad Syukron / CN19 / JBSM )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar