Kepemimpinan Yodi Terus Lakukan Terobosan
Wujudkan Birokrasi Bersih dan Ekonomi Bangkit
Pasangan Bupati Yoyok Riyo
Sudibyo-Wabup Soetadi (Yodi) terus berkomitmen melaksanakan agenda
perubahan di Kabupaten Batang. Berbagai langkah terobosan dilakukan
guna mewujudkan program birokrasi bersih dan ekonomi bangkit. Dalam 15
bulan kepemimpinan mereka, sudah banyak pencapaian yang dihadirkan.
Bisa disebut, Batang saat ini berada
pada era transisi menuju kebangkitan. Melalui momen peringatan HUT
Kabupaten Batang ke 47 yang jatuh hari ini, 8 April 2013, tekat untuk
melakukan perubahan terus dikuatkan. Kreatifitas ide-ide keduanya telah
melahirkan berbagai program visioner dan inovatif, dengan sasaran akhir
kesejahteraan masyarakat dan terwujudnya birokrasi melayani.
Keduanya juga sadar betul dengan
konsep, “pemimpin adalah orang yang telah selesai dengan dirinya”.
Karena itu, sejak dilantik mereka membangun prinsip kepemimpinan
teladan dan fokus memikirkan pelayanan pada masyarakat. Atau dalam
falsafah Jawa, sebagai pemimpin mereka berusaha “nambal sing bolong,
ndandani sing rusak, ngluruske sing bengkong”.
Dalam usaha mewujudkan birokrasi bersih
misalnya, Bupati Yoyok Riyo Sudibyo mengambil langkah berani. Bupati
menggandeng lembaga-lembaga anti korupsi seperti ICW, TII, dan KPK.
Jika pemerintah daerah lain seperti enggan untuk berhubungan dengan
mereka, Yoyok Riyo Sudibyo justru mengundang mereka masuk guna
mendorong terciptanya pemerintah bersih.
Yoyok juga meminta seluruh jajaran
birokrasi menandatangani pakta integritas untuk tidak korupsi. Langkah
ini menjadikan Batang menjadi daerah pertama di Jateng dalam
pencanangan zona Integritas menuju wilayah bebas korupsi. “Ini komitmen
untuk memenuhi harapan masyarakat agar Pemkab Batang bersih dari
korupsi, maka saya canangkan zona Integritas wilayah bebas korupsi
(WBK),” katanya.
Selain itu, Yoyok juga membuat
terobosan dengan mendirikan Unit Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
(UPKP2) yang diciptakan guna menampung pengaduan pelayanan publik,
termasuk jika ada proyek pembangunan bermasalah. Tidak hanya itu, untuk
mendorong ketertiban keuangan daerah, Yoyok meminta pejabat di BPKP
Jateng sebagai Kepala DPPKAD di Batang.
“Keseriusan juga kami dibuktikan dengan
penyelesaian kasus peninggalan dari 2003 hingga sekarang yang mencapai
219 kasus, saat ini tinggal dua tunggakan kasus yang belum selesai,”
tegasnya.
Efisiensi dan Peningkatan PAD
Bupati Yoyok Riyo Sudibyo juga berusaha
melakukan perubahan mindset pada jajaran birokrasi. Aparat pemerintah
diarahkan betul untuk melayani kepentingan masyarakat. Disamping itu,
pendapatan daerah berusaha digenjot dan efisiensi penggunaan anggaran
diperketat. Pada 2012 misalnya, terjadi lonjakan peningkatan pendapatan
daerah sampai Rp 14,4 Milyar dibanding tahun sebelumnya.
Sementara, efisiensi belanja pegawai
berhasil dilakukan sampai angka Rp 42,4 Milyar, dan efisiensi pengadaan
barang jasa Rp 21,3 Milyar. Bahkan, selama satu tahun lebih
pemerintahannya, terjadi peningkatan nilai asset Pemkab sampai Rp 347,2
Milyar. Dana-dana tersebut dikembalikan lagi untuk pembangunan bagi
masyarakat.
“Kita juga berhasil meningkatkan jumlah
paket lelang elektronik yang signifikan. Dari 87 paket di 2011 menjadi
240 di 2012. Atau terjadi efisiensi sampai Rp 9,66 miliar (9,14 persen)
dan itu masuk ke kas daerah,” tutur Yoyok.
Selain langkah yang bersifat
struktural, Bupati Yoyok Riyo Sudibyo menghadirkan sikap egaliter dalam
kepemimpinannya. Itu dibuktikan dengan meninggalkan kesan protokoler di
berbagai acara dan rajin blusukan ke masyarakat, termasuk menggunakan
sepeda bersama ajudannya. Gaya kepemimpinan merakyat seperti ini
membuat dirinya justru lebih mudah berdekatan dengan rakyat.
Yoyok juga menggelar acara Bapak Bupati
Mendengar (BBM) satu bulan sekali di rumah dinas. Melalui forum ini
Bupati berdialog mendengarkan keluh kesah masyarakat serta mencari
solusi atas permasalahan yang diajukan. Di Indonesia, bisa jadi hanya
ada di Batang dimana seorang bupati berdialog dalam forum terbuka
dengan masyarakat secara rutin sebulan sekali.
Terkait dengan program ekonomi bangkit,
kebijakan fundamental juga dilakukan. Pembenahan infrastruktur
difokuskan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Seperti pembangunan dan
rehabilitasi jalan kabupaten sepanjang 16.515 km di 7 Kecamatan,
rehabilitasi jalan jembatan perdesaan sepanjang 29.772 km di 56 desa,
sampai rehabilitasi irigasi, pintu air dan normalisasi saluran sungai
sebanyak 113 paket. Selain itu, kebijakan pro investasi terus
dikuatkan. Itu dibuktikan dengan di 2012, realisasi perizinan mencapai
2.820 izin.
Selain itu juga berhasil merealisasikan
investor 626 perusahaan dengan nilai investasi Rp 132 Milyar dan tenaga
kerja terserap sampai 2.520 orang. Untuk menumbuhkan semangat
berwirausaha, setiap bulan diadakan kelas bisnis bagi pelajar, umum dan
UMKM dengan bupati sebagai motivator. Selain itu juga digelar gema
implementasi visi ekonomi bangkit yang dihadiri 564 peserta. Kegiatan
ini bertujuan memberi motivasi wirausaha bagi masyarakat kerjasama
Pemkab dengan Syariah Bisnis School.
“Pada bidang perdagangan kita juga
telah menyelesaikan rehab di tiga pasar sekaligus yakni Pasar
Warungasem Rp 1,5 Milyar, Pasar Bawang Rp 300 juta, dan Plelen Rp 900
juta. Kita juga rutin bertemu sebulan sekali dengan Gapoktan untuk
mendukung mendorong kemajuan pertanian Batang,” terangnya.
Tak Ambil Gaji
Di bidang pendidikan sendiri, Bupati
berhasil meletakkan landasan pendidikan dasar 9 tahun di mana SD dan
SMP bebas pungutan. Bupati juga berhasil merehabilitasi ruang kelas dan
gedung perpustakaan SD, SMP, SMA, SMK, sebanyak 405 unit dengan
anggaran Rp 35,9 Milyar. Yoyok juga tidak mengambil gaji sebagai
Bupati, karena gajinya diserahkan untuk beasiswa siswa tidak mampu dan
siswa berprestasi.
“Sejak 2006 sampai jadi Bupati sekarang, sudah sekitar 600 siswa yang diberi beasiswa. Sampai akhir masa jabatan, saya bernadzar bisa memberi beasiswa pada 1.000 siswa tidak mampu dan berprestasi di Batang,” papar Yoyok.
Di bidang kesehatan, Bupati Yoyok Riyo
Sudibyo berhasil menghadirkan alat cuci darah penderita gagal ginjal
(hemodialisa) di RSUD Batang setelah 18 tahun tak memilikinya. Selain
itu, RSUD Batang kini juga memiliki alat bedah canggih Laparascopy.
Pasien dari warga miskin yang memakai Jamkesmas atau Jamkesda
digratiskan ketika dioperasi memakai alat tersebut. (ap12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar