Mikroba TeRB Menetralisir Limbah, Sehingga dapat Dikonsumsi Ikan
SEKITAR
lima bulan lalu, sejumlah penggiat Majlis Zikir Kraton (MZK) menyewa
sebidang tanah bengkok di Kelurahan Degayu. Sewaktu kaki mereka
menginjak lahan berlumpur itu, ternyata ta seberapa dalam. Itu
disebabkan oleh tanah yang mengeras di bawah lumpur.
“Tanah mengeras
karena penggunaan pestisida dan pupuk buatan secara berlebihan, dan
berlangsung selama bertahun – tahun,” ujar Muhamad, pembina MZK di
kliniknya di Jl. Progo, Selasa (21/5).
Dia
menjelaskan, pengerasan tanah pertanian inilah salah satu penyebab
meluasnya banjir, dan rob. Tanah kehilangan daya resapnya.
Akibatnya,
air yang menggenangi permukaan tanah meluap. Karena tanah tidak subur,
maka terjadi penurunan hasil pertanian. Tak hanya itu, lahan banjir
tersebut tak lagi dapat dipakai sebagai tempat bercocok tanam. Bakteri
TeRB dapat mengurai limbah industri tekstil, sampah, limbah tanah
pertanian dan perikanan, dan polusi udara.
Menurut
Muhamad, mikroba ini memiliki beberapa keunggulan. Pertama, TeRB dapat
hidup dengan atau tanpa udara. Dalam keadaan panas bahkan mencapai 200
derajat Celcius, bakteri TeRB bisa bertahan.
Bakteri ini tahan lama
hingga enam tahun, serta kebal terhadap zat kimia sintetis. Partikelnya
sangat kecil, sehingga bisa terbawa dalam penguapan air. Bakteri TeRB
juga tidak menyerang atau mengurai makhluk hidup. Jadi, ia aman jika
terhirup atau termakan atau terminum manusia dan hewan.
Tak
hanya di Degayu, MZK bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Pertanian
NU (LP2NU), dan Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM (Lapesdam) juga
mempunyai Desa Binaan di Perumahan Pesono Kandang Panjang. Masyarakat
sekutar desa binaan menyambut baik program MZK ini. Mereka pun
bergotong – royong menanami kembali tanah hasil mikrobar TeRB.
Beberapa
jenis sayur yang mereka tanam antara lain sawi dan cabai. Percobaan
mikroba TeRB diterapkan pula di beberapa pengolahan limbah batik. Untuk
kegiatan ini, ujar Muhamad, MZK bekerjasama dengan salah satu anggota
yang memiliki penampung limbah di Jlamprang. Penampung tersebut berupa
dua bak semen. Bak pertama berfungsi menampung air limbah selama sehari
kerja. Hal inibertujuan untuk membuat air mendekati kenetralan PH.
Bak
kedua diisi dengan kotoran sapi atau kerbau secukupnya. Di atasnya,
beri tangkai padi (damen), cacahan batang pohon pisang, daun lamtoro,
daun nangka, dan daun jambu biji. Komposisi tersebut berfungsi sebagai
media kembang biak TeRB. Lalu, masukan Nutrisi atau Mikroba TeRB ke
dalam air limbah dengan perbandingan 1:50 liter. Memasukkan TeRB
dilakukan sekali dalam seminggu. Apabila campuran dedaunan dan batang
pisang terlihat menyusut, pengelola juga dapat menambah secukupnya.
Setelah air tercampur dengan mikroba, barulah limbah tersebut dapat
dibuang ke selokan atau sungai.
Air
olahan limbah dapat dimanfaatkan untuk memelihara ikan. Untuk ini,
diperlukan dua kolam tambahan. Kolam ketiga berguna sebagai
penyaringan, berisi pasir, dakron, dan batu zeolit. Air hasil saringan
dialirkan ke bak keempat yaitu kolam ikan. Keunggulan kolam ikan TeRB
adalah, pembudidaya tak perlu susah payah memberi pakan. Mikroba bawaan
tersebut mengurai sisa-sisa bahan organik dari daun, sehingga dapat
dikonsumsi ikan.
Selain
bak semen, mikroba TeRB bisa dimanfaatkan di tempat menampungan limbah
yang masih berupa belumbang. Dengan bagitu, tanah di dasar belumbang
yang tadinya mengeras menjadi lebih gembur. Airpun meresap ke tanah
dengan lebih cepat dengan membawa mikroba. Tanah di dasar kolam dapat
digali untuk difungsikan sebagai media cocok tanam.
Muhammad mengaku,
pengembangbiakan mikroba ini baru berjalan sekitar lima bulan. Maka
dari itu, belum banyak lahan yang menjadi tempat perkembangbiakan TeRB.
Untuk mengatasi polusi udara, air campuran mikroba disemprotkan ke
udara terbuka. Penyemprotannya menggunakan alat khusus yang dipasang di
atap rumah.
Selain di Pekalongan, beberapa komunitas di DIY dan Bandung
juga mengembangbiakkan TeRB. Di lain tempat, Ketua Karang Taruna Degayu
Ahmad Soleh menyatakan, awalnya petani di sekitar tanah bengkok
mempertanyakan kegiatan MZK. Akan tetapi setelah Soleh menjelaskan
tujuan kegiatan mereka, para petani tersebut membiarkan mereka
mengujicoba lahan kosong itu. (*)
(SUMBER : RADAR PEKALONGAN, 22-05-2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar