Bahan Baku Naik, Pengrajin Batik Kelimpungan
MELEMAHNYA nilai
mata tukar rupiah terhadap Dollar AMerika yang saat ini menembus Rp
11.000, berimbas pula pada melonjaknya bahan baku pembuatan kain batik.
Hal ini menyebabkan para pengrajin batik di Kota Pekalongan makin
kelimpungan. Seperti yang disampaikan Sodikin HS, salah seorang
pengrajin batik di Kelurahan Pasirsari, Pekalongan Barat. Ia
mengungkapkan, harga bahan dasar untuk membuat batik yang mengalami
kenaikan diantaranya adalah kain mori, lilin batik, serta gondorukem.
Sebelumnya,
harga bahan baku batik tersebut sudah naik. Kini, harganya semakin
melonjak lagi. "Harga kain mori sudah naik sejak Idul Fitri kemarin.
Dalam waktu dua hari terakhir ini, harganya terus naik, seiring dengan
turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar," katanya, Senin (26/8).
Pria yang juga menjadi Ketua Paguyuban Batik Serba Pass ini menuturkan,
harga kain mori saat ini mencapai Rp 8.400 per yard, atau sekitar 0,91
meter, dari yang sebelumnya di kisaran Rp 7.500. "Harga kain mori
semakin mahal. Dalam beberapa dari ini naiknya sekitar Rp 1.000 per
yard," ungkapnya.
Selain
itu, kenaikan juga terjadi untuk harga gondorukem. Dari yang semula Rp.
22.500 per kilogram, kini naik menjadi Rp 23.500 per kilogram. Dengan
adanya kenaikan bahan baku batik itu, maka ongkos produksi semakin
tinggi. Dikhawatirkan, jika kenaikan bahan baku terus terjadi, para
pengrajin batik banyak yang akan kesulitan melayani pesanan. "Kenaikan
bahan baku ini semakin menyulitkan para pengrajin batik masih lesu,"
imbuhnya.
Senada
diungkapkan pengrajin batik lainnya, Harris Riadi. pemilik usaha batik
'Green Batik' ini mengatakan tidak stabilnya bahan baku akhir-akhir ini
sangat menyulitkan para pengrajin batik. "Harganya tidak stabil, tiap
hari berubah dan cenderung naik. Gimana mau mulai kalau seperti ini
terus. Kasihan para pekerja. Saya sendiri sementara ini masih
produksinya batik yang pakai kertas semen, ini untuk menyambung hidup
para pekerja," ungkapnya.
Ia
mencontohkan, kenaikan harga yang sangat dirasakan terjadi untuk kain
mori. Kenaikannya rata-rata sekitar Rp 500 per yard. "Per hari ini
(kemarin,red) saja, kain jenis primisima sudah mencapai Rp 11.600 per
yard," terangnya. Begitupun dengan harga lilin batik, gondorukem,
hingga obat batik. "Misal, per kilo yang tadinya Rp 9 ribu, naik jadi
Rp 10 ribu. Kenaikannya beda-beda, tergantung jenisnya. Sedangkan obat
batik naik sekitar 10 persen dari harga sebelumnya. Kondisi seperti ini
pasti akan menyulitkan para pengrajin batik, terutama yang menengak ke
bawah," jelasnya.
Harris
mengungkapkan, kenaikan harga bahan baku batik sudah dirasakan sejak
adanya kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi beberapa
waktu lalu. "Setelah harga BBM naik, kita dihantam dengan naiknya bahan
baku batik. Sekarang nilai Dollar naik, akibatnya harga bahan baku
batik tambah lagi," imbuhnya. Ditambahkan, saat ini penjualan batik
masih cenderung lesu. "Pasca Lebaran, pasca kenaikan harga BBM, terus
sekarang nilai tukar rupiah melemah, ini makin menyusahkan kita. Nggak
tahu kapan harga bahan baku akan stabil dan penjualan batik meningkat
lagi. Apalagi sebentar lagi menjelang pemilu, yang pastinya akan
memengaruhi angka penjualan Batik," pngkasnya. (way)
(SUMBER : RADAR PEKALONGAN, 27-08-2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar