Perajin Batik Wajib Perhatikan Lingkungan
PEKALONGAN –
Pengusaha batik kecil dan menengah di Kota Pekalongan diimbau
memperhatikan kondisi lingkungan industri. Terutama menyangkut
pembuangan limbah air bekas pencelupan warna dan pencucian batik yang
mengandung berbagai zat kimia yang kerap mengakibatkan pencemaran
lingkungan. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (Disperindagkop dan UMKM) Kota Pekalongan Supriyono,
mengatakan, puluhan pengusaha batik berskala kecil dan menengah di Kota
Pekalongan belum miliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL),
sehingga kerap membuang limbah sisa pencucian batik ke sembarang
tempat, antara lain ke sungai.
“Sungai
di Kota Pekalongan tidak dapat bebas dari limbah batik. Sebab,
pertumbuhan ekonomi dan rakyat tidak lepas dari perkembangan industri
Meningkatnya perindustrian karena kebutuhan manusia semakin bertambah,”
terangnya. Menurut dia, keberadaan IPAL terpadu di Kelurahan Jenggot,
Kecamatan Pekalongan Selatan, saat ini sudah overload. Kepastian IPAL
terpadu tersebut tidak sebanding dengan jumlah limbah yang dibuang,
sehingga para produsen batik membuang sisa limbah batik ke sungai,
mengakibatkan sejumlah sungai yang melintas Kota Batik kondisi airnya
tidak lagi jernih atau coklat alami, tapi berubah aneka warna coklat
tercemar limbah.
“Seharusnya
para perajin batik membangun instansi limbah di setiap tempat produksi,
khususnya industri kecil menengah atau IKM sulit dikontrol,” ujarnya.
Untuk meminimalisasi pembuangan limbah ke sungai yang mengalir di
wilayah Pekalongan dan sekitarnya, tidak hanya melalui peringatan atau
imbauan kepada para penghasil limbah atau pelaku industri batik, tapi
seluruh pihak harus terlibat. Pemerintah, masyarakat, serta pengusaha
batik harus bersama – sama mengatasi limbah batik yang membahayakan
lingkungan. “Berbagai upaya sudah kami lakukan untuk mengurangi dampak
pencemaran limbah antara lain dengan pelatihan produksi batik ramaha
lingkungan yang rutin digelar setiap tahun, imbauan, serta pelatihan –
pelatihan lainnya terkait pengolahan limbah batik kepada pelaku IKM
batik,” paparnya.
Industri
Kota
Pekalongan sebelumnya dikenal sebagai kota jasa. Namun sejak beberapa
tahun terakhir sektor industri berkembang pesat, terutama industri
kerajinan batik, hampir di setiap kelurahan terdapat pembuatan batik
serta berbagai kerajinan berbahan batik dengan penjualan ke sejumlah
daerah di sekitar Pekalongan hingga luar Pulau Jawa. “Batik memang
menjadi mata pencarian utama sebagian besar warga Pekalongan. Tapi
hendaknya kita juga memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan
oleh aktivitas pembatikan. Kita tidak hanya dapat memproduksi, tapi
juga harus peduli terhadap lingkungan,” tandasnya.
Sementara
itu, salah seorang perajin batik, Zein (55), mengaku kerap membuang
limbah batik ke Sungai Loji yang mengalir tidak jauh dari tempat
produksi batiknya di kawasan kampung batik Kecamatan Pekalongan Utara.
“Sebenarnya kami ingin punya instalasi pembuangan limbah sendiri. Tapi
biaya dan lahan untuk pembuatan tidak tersedia, sehingga para perajin
batik di daerah ini terpaksa membuang limbah pewarnaan batik ke sungai
Loji,” ungkapnya. (mni/06)
(SUMBER : HARIAN PEKALONGAN, 02-03-2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar