Solar Ludes, Nelayan Nganggur
PANJANG WETAN –
Puluhan kapal nelayan Kota Pekalongan, terpantau masih berjejer rapi di
dermaga TPI, Senin (1/4). Terhitung, sudah sejak satu minggu terakhir
kapal-kapal tersebut belum kembali berangkat melaut dikarenakan
sulitnya mendapatkan solar.
Pasalnya, stok solar di dua SPBB sudah
ludes sejak pertengahan bulan lalu, dan diperkirakan baru tersedia
kembali besok (Selasa 2/4).
Salah satu pengurus kapal Lintas Grup
dan Jati Grup, Sahmad mengaku sudah tiga hari menunggu ketersediaan
solar. Kondisi demikian, tentunya sangat merugikan nelayan. “Untuk
kapal saya sudah dua hingga tiga hari parkir di dermaga menunggu solar.
Teman-teman yang lain bahkan ada yang sudah menunggu lebih lama,” tuturnya.
Menurut Sahmad, dirinya dan nelayan
lain rela jika harga solar akan dinaikkan. Yang terpenting adalah
ketersediaan solar agar nelayan dapat terus berangkat melaut. “Kami
bersedia jika harga solar harus dinaikkan. Namun kami juga ingin ada
jaminan terkait ketersediaan barangnya. Kalau begini, nelayan lebih
banyak menganggur,” keluhnya.
Sementara untuk kebutuhan kapalnya,
dikatakan Sahmad kebutuhan solar disesuaikan dengan lamanya melaut.
Jika kapal hanya melaut dalam tiga hari, solar yang dibutuhkan sebanyak
200 liter. Namun jika harus melaut sampai satu minggu, kapalnya
membutuhkan 600 hingga 700 liter solar.
Manajer KUD Makaryo Mino Musa’ad
Munaris yang dikonfirmasi mengatakan, memang stok solar di SPBB Makaryo
Mino masih tersisa 14 Kilo Liter (KL). Namun, itu juga setelah
melakukan pengalihan alokasi dari bulan lainnya sebanyak 96 KL. Jika
hanya mengandalkan alokasi normal per bulannya, tidak akan mencukupi
hingga akhir bulan. “Sisa 14 KL ini sementara kami prioritaskan dulu
untuk kapal-kapal kecil dari Kota Pekalongan. Karena untuk alokasi
bulan ini, baru akan disalurkan hari ini atau besok,” ucapnya.
Mengenai alokasi, dijelaskan Sa’ad
lagi, SPBB Makaryo Mino mendapatkan alokasi solar sebanyak 688 KL per
bulannya. Jumlah tersebut memang masih kurang dari kebutuhan riil di
lapangan. “Kami berharap agar ada penambahan alokasi dari Pertamina,”
pintanya.
Ditanya mengenai kebijakan pasokan yang
terhambat dari Pertamina? Sa’ad enggan memberikan penjelasan. Dirinya
hanya menunjukkan SMS dari External Relation Pertamina yang memberikan
imbauan agar setiap pertanyaan dari wartawan untuk ditanyakan langsung
kepada pihak External Relation Pertamina. Sementara dari pihak SPBU,
tidak diperkenankan untuk memberikan pernyataan apapun mengenai
kebijakan dari Pertamina. “Memang jika ditotal kebutuhan solar di dua
SPBB, angkanya berkisar 1356 KL per bulan.
Sementara untuk alokasi yang
tersedia saat ini di dua SPBU totalnya baru berkisar antara 1088 KL.
Jadi jika akan ada penambahan alokasi, hanya kurang sekitar 200 hingga
300 KL saja,” pungkasnya. (ap16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar