Mendukung Terwujudnya Pekalongan Sebagai Kota Kreatif Dunia
DIBALIK
keindahan, dan nama besar batik yang kini mampu dikenal ke mancanegara.
Penjagaan warisan budaya tak benda itu kini tidak hanya oleh
tanggungjawab pemerintah, tapi juga harus ada peran dari para pelaku
usaha untuk ikut mencerdaskan para konsumennya.
Semangat, kemauan, dan
kerja keras untuk menjaga kebanggaan tersebut, kini harus tetap terus
ada. Dasar filosofi itulah yang musti dikedepankan dalam aktivitas
sehari-hari para pengusaha ataupun marketing batik di Pekalongan.
Sebagai
pelaku usaha, batik itu bukan budaya yang diperjual belikan, namun yang
menjadikan batik terkesan pada kisaran harga mahal adalah lebih pada
sebuah nilai penghargaan dari para konsumen terhadap jasa proses seni
batik di kain mori saja. Batik biasanya berbentuk pakaian, selendang,
ataupun sarung, dan banyak lagi jenisnya.
Abdul Ghofar alias Mamik (43)
menyampaikan, demi mendukung terwujudnya Kota Pekalongan sebagai Kota
Kreatif Dunia, maka perajin harus melestarikan batik. “Kita para pelaku
usaha batik ini, harus sadar rasa kepedulian terhadap masyarakat itu
harus terus kita tingkatkan. Bukan justru menjatuhkan,” ucapnya,
Selasa, (7/5) pagi.
Mamik
menyadari secara biologis ia besar dan tumbuh menghirup udara Kota
Pekalongan. oleh karena itu menurutnya sangat wajar ketika kini hatinya
terpanggil untuk terus membawa misi selain berdagang batik, ia juga
memiliki misi mencerdaskan para konsumen batiknya.
Sehingga akan ikut
mengangkat citra baik Kota Pekalongan. “Saat ini yang harus kita
lakukan dalam berdagang maupun berproduksi batik, kita harus mampu ikut
peran kita harus mampu ikut peran aktif mencerdaskan konsumen.
Paling
tidak jelaskan pada para konsumen mana batik tulis mana yang bukan,
serta bagaimana proses produksinya? Itu yang terpenting,” ucap Mamik.
Sembari menunjukkan produk batik beserta kemasan-kemasan siap jual
miliknya, Mamik menceritakan, jika pada dasarnya awal tahun 1960 an
batik telah berada pada puncak kejayaannya. Konon menurutnya gaji para
pekerja batik mampu melebihi gaji PNS kala itu, Lantas bagaimana dengan
gaji para pengrajin batik di Pekalongan kini?
“Saat
dapat kesempatan fasilitas dari Pemerintah Kota Pekalongan yang
bekerjasama dengan Plaza Balikpapan untuk mengadakan pameran kemarin,
saya coba kemas pameran dengan juga membuka pelatihan membatik dengan
pewarna alam pada pengunjung disana.
Ini bukan semata misi ekonomi,
tapi juga untuk mengangkat citra batik kembali,” tambah terangnya.
Pemilik
Preketek Batik Kreatif itu berpandangan, kini harus mulai ada perubahan
mainset baik dari para pengusaha batik ataupun para konsumen.
“Yang
patut untuk dipraktikkan saat ini di dunia usaha batik Pekalongan ini,
adalah bagaimana para pengusaha batik mau berbagi ilmu mengenai ilmu
batik pada para konsumen. Padahal itu penting, untuk konsumen juga
dapat pengetahuan,” pungkasnya. (*)
(SUMBER : RADAR PEKALONGAN, 10-05-2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar