Kamis, 22 Agustus 2013

Persoalan anggaran lembaga pemasyarakatan (Lapas)

Rutan Terpaksa Utang untuk Makanan Warga Binaan


WONOGIRI - Kondisi lembaga pemasyarakatan (Lapas) benar-benar memprihatinkan. Selain kapasitas yang overload, pengelola lapas dan rutan juga dihadapkan  pada persoalan anggaran.
 
Seperti yang terjadi di Rutan Kelas II B Wonogiri. Jumlah warga binaan baik yang berstatus narapidana maupun titipan sudah melebihi kapasitas dan melebihi pagu anggaran.

"Pagu anggaran ransum kami setiap tahun hanya untuk 115 orang. Indeksnya setiap irang Rp 7 ribu untuk tiga kali makan sehari. Tapi di sini jumlah warga binaan jauh lebih banyak dari kapasitas," kata Kepala Rutan Kelas II B Wonogiri Oka G Dharmawan kepada Radar Solo (Grup JPNN).

Karena itu, lanjut Oka, pihaknya kini terpaksa mengutang kepada pemborong makanan rutan.

Untuk tahun ini, kata Oka mengaku sudah berutang pembayaran konsumsi warga binaan sejak April lalu. Sementara untuk 2012, pihaknya masih berutang sekitar Rp 144 juta.

Utang pada 2012 rencananya akan dibayar setelah anggaran turun dalam waktu dekat ini. Sedangkan untuk utang yang tahun ini, Oka mendapatkan pemberitahuan akan mendapat anggaran antara Oktober hingga November mendatang.

Meski tak langsung dibayar, pemborong makanan rutan tetap mengirim makanan. Pemborong, kata dia, tidak boleh menghentikan pengiriman lantaran sudah terikat perjanjian.

Selain utang makanan warga binaan, Oka mengatakan pihaknya memiliki tunggakan listrik dan air. Jumlahnya mencapai puluhan juta rupiah. "Tunggakan air mencapai Rp 38 juta," ujarnya.

Oka sebenarnya khawatir jika tetap menunggak, maka PLN dan PDAM akan menghentikan pasokannya ke rutan. Karena itu belum lama ini, Oka mengaku melobi PLN dan PDAM untuk tidak memutus pasokannya ke rutan. (aw/uje/mas)     

 

 

Tidak ada komentar: