Jumat, 16 Agustus 2013

Tradisi Syawalan

Tradisi Syawalan Meriah di Kendal dan Pekalongan

Metrotvnews.com, Pekalongan: Ribuan warga dari berbagai daerah di Indonesia mendatangi acara tradisi Syawalan di Kota Pekalongan dan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, JawaTengah.

Jalur pantura Kaliwungu terpaksa ditutup untuk menghindari kemacetan lebih panjang.

Pemantauan Media Indonesia di pantura, kamis (15/8), ribuan warga yang datang dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra, dan Kalimantan. Bahkan dari luar negeri ikut menghadiri acara tradisi Syawalan yang berlangsung di Kota Pekalongan dan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.

Akibat banyaknya warga yang datang di acara tradisi Syawalan tersebut, jalur pantura melalui Kota Kecamatan Kaliwungu, Kendal ditutup sejak Rabu (14/8) malam, baik untuk kendaran dari arah barat (Jakarta) maupun dari arah timur (Semarang) dan hanya kendaran yang berkepentingan dengan tradisi Syawalan di kota itu ataupun warga setempat.

"Kendaraan yang melintas di pantura hanya melalui jalur lingkar Kaliwungu, karena untuk menghindari kemacetan akibat keramaian tradisi Syawalan di sana," kata petugas Lalu lintas Polres Kendal.

Di Kota Pekalongan ribuan pengunjung memadati Gang VIII Kelurahan Krapyak Kidul, Kecamatan Pekalongan Utara dan di Gang IIIB Kelurahan Krapyak Lor, Kecamatan Pekalongan Utara untuk merayakan Syawalan yang dipusatkan di kedua tempat tersebut sejak pukul 06.00 WIB.

Sebelum prosesi pemotongan kue raksasa oleh Wali Kota Pekalongan M Basyir Achmad dan Wakil Wali Kota Pekalongan A Alf Arslan Djunaid kemudian dibagikan kepada warga yang datang, ratusan warga yang datang menggunakan kesempatan untuk melakukan foto di depan kue lopis yang ditelakkan di atas panggung setinggi 1 meter.

"Kita bersama keluarga lain sengaja datang ke sini, selain bersilaturahim dengan keluarga juga untuk menyaksikan lopis raksasa dan menunggu pembagian karena dipercaya warga akan menambah berkah di tahun mendatang," kata Rudiantoro, 41, warga Tanjungkarang, Bandarlampung, Lampung.

Hal senada juga diungkapkan Rahmawati, warga Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah mengaku setiap tahun selain berlebaran di kampung halaman di Pekalongan, sengaja menunggu acara Syawalan sebelum kembali ke Kalteng.

Koordinator Panitia Syawalan dan Pemotongan Lopis Raksasa Masduki mengatakan tahun ini lopis raksasa yang dibuat lebih besar dibanding tahun lalu, sehingga kembali mendapat penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Wali Kota Pekalongan M Basyir Achmad usai memotong lopis dengan cara memanjat tangga kayu mengatakan tradisi Syawalan semakin menarik dan setiap tahun lopis raksasa dibuat semakin besar, karena jumlah pengunjung semakin banyak.

"Saya bangga dan senang karena warga dapat bersuka ria bersilaturahim dan sekaligus menikmati lopis yang menjadi ciri khas Syawalan di sini," kata M basyir Achmad.

Ribuan warga juga merayakan tradisi Syawalan dengan mendatangi kawasan Makam Kyai Asy’ari di Desa Protomulyo, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten  Kendal sejak, Rabu (14/8) malam. Mereka datang untuk berziarah dan membacakan doa di komplek pemakaman patra ulama Kaliwungu tersebut.

"Biasanya setelah kami berdoa disini, kami mendatangi para ulama di beberapa pondok pesantren yang ada di Kaliwungu untuk meminta doa para ulama yang ada," kata Ashar, 44, warga Pedurungan, Kota Semarang.

Para peziarah  yng datang dari berbagai daerah seperti  Semarang, Demak, Pekalongan, Batang, Tegal, hingga Brebes sengaja datang ke Kalwungu untuk mendoakan Kyai Asy’ari yang juga dikenal sebagai Kyai Guru itu.

Juru makam  Khoironi mengatakan mulanya kegiatan ziarah ini hanya dilakukan oleh keluarga dan keturunan Kyai Asy’ari, namun lambat laun diikuti oleh masyarakat muslim di Kaliwungu dan Sekitarnya terutama pada saat bulan Syawal dan puncaknya pada tradisi Syawalan berlangsung tepat pada acara khoul dari Kyai Asy’ari pada 7 Syawal .

Tidak hanya berziarah ke makam Kyai Asy’ari, warga juga berziarah ke makam lain, seperti makam Sunan Katong, Pangeran Mandurejo yakni seorang Panglima Mataram dan Pangeran Pakuwaja, Kyai Mustofa, Kyai Musyafai serta Kyai Rukyat. (Akhmad Safuan)

Editor: Edwin Tirani

 

Tidak ada komentar: