Senin, 21 Mei 2012

Pekalongan Berderap Kembalikan Kejayaan Kota Perikanan Tangkap


Pekalongan, ANTARA Jateng - Hasil perikanan tangkap Kota Pekalongan, Jawa Tengah, pada 1980 hingga 1990-an berada di puncak kejayaan dan bahkan pada kurun itu pelabuhan perikanan di kota tersebut termasuk terbesar di Indonesia.

Kejayaan Kota Batik itu di sektor perikanan tangkap ternyata memudar sejak awal abad ini akibat beberapa persoalan antara lain kenaikan harga bahan bakar, terbatasnya jangkauan penangkapan ikan, dan penjualan hasil tangkapan ikan di tengah laut.

Kemerosotan dan keterpurukan perikanan kini diharapkan bisa dipulihkan setelah pemerintah melalui Program Minapolitan April 2011 menetapkan Pekalongan sebagai kawasan perekonomian berbasis usaha perikanan tangkap.

Program tersebut diharapkan juga mampu meningkatkan produksi dan kualitas produk perikanan serta meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidayaan ikan dan pengolahan ikan di daerah setempat.

Pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Pekalongan Utara kini antara lain mencakup zona inti kawasan Pelabuhan Perikanan Nasional Pekalongan (PPNP) dengan pengembangan pelabuhan 'onshore' (permanen di pantai), pembangunan mal perikanan seluas tiga hektare, dan pembangunan UPT Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP).

Wali Kota Pekalongan, Basyir Achmad mengatakan, produksi ikan nelayan Pekalongan yang pada waktu lampau pernah mencapai 70 ribu ton per tahun, tetapi kini terus menurun hingga hanya mencapai 18 ribu ton sehingga dibutuhkan kebijakan yang tepat untuk mengembalikan masa keemasan.

Keterpurukan kondisi pelabuhan perikanan itu selain disebabkan meningkatnya biaya perbekalan, sarana dan prasarana yang kurang memadai, serta menurunnya sumber daya ikan di daerah 'fishing ground' juga akibat penjualan ikan di tengah laut.

Penjualan hasil tangkapan ikan di tengah laut, menyebabkan Pelabuhan Perikanan Nasional Pekalongan kehilangan nilai produksi ikan sekitar Rp1,4 miliar per hari.

Permasalahan lain, seperti dokumen perizinan kapal penangkap ikan yang harus dilengkapi nelayan untuk dapat berlayar juga terlalu banyak, yaitu sekitar 21 jenis juga menyebabkan nelayan kesulitan melaut.

"Kami mengusulkan perizinan melaut menjadi tujuh saja dan kalau biasa dilaksanakan satu atap," katanya.

Keseriusan Pemkot Pekalongan mengembalikan kejayaan pelabuhan perikanan ini tampak mulai menggeliat setelah pemerintah meluncurkan Program Minapolitan di Kota Pekalongan dan sejumlah daerah lainnya.

Menurut dia, berbagai upaya dilakukan Pemkot Pekalongan untuk meningkatkan hasil industri perikanan tangkap, salah satunya dengan rencana pembangunan kawasan minapolitan yang mencakup mencakup zona inti kawasan Pelabuhan Perikanan Nasional Pekalongan (PPNP) dengan pengembangan pelabuhan "onshore"(permanen di pantai) yang direncanakan dibangun pada 2014, pembangunan mal perikanan seluas tiga hektare, dan pembangunan UPT Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP).

Hanya saja, program pengembangan kawasan minapolitan itu tidak serta-merta terbangun dengan cepat melainkan akan bertahap.
Namun, dari hasil terobosan pemkot, seperti pemberdayaan belasan kapal penjemput ikan di tengah laut, pada 2011 industri perikanan tangkap mulai menggeliat mencapai 1,7 persen atau 18,6juta kilogram ikan atau naik dibanding tahun sebelumnya sebesar 18,3 juta kilogram ikan.

"Kenaikan tersebut berimbas pada peningkatan hasil raman atau tangkapan ikan yang dilelang di TPI yang mencapai 126 miliar. Karena itu, kami optimistis dengan pengembangan Program Minapolitan, kejayaan Kota Pekalongan sebagai pelabuhan perikanan terbesar akan diraih kembali," katanya.

Kepala Dinas Perikanan, Pertanian dan Kelautan Kota Pekalongan Candra Herawati mengatakan kotanya yang pernah memiliki pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia, bertekad menjadi kawasan minapolitan terkemuka di Asia Tenggara.

Meski saat ini kondisi perikanan tangkap Kota Pekalongan melorot menempati urutan tiga besar di Jawa Tengah, namun pemkot setempat tetap optimistis pelabuhan perikanan nasional Pekalongan mampu menjadikan kawasan minapolitan terkemuka.

Ia mengatakan bahwa pengembangan kawasan minapolitan ini akan diintegrasikan dengan pembangunan berbagai sektor dalam satu kawasan berbasis perikanan tangkap, penanganan banjir rob dan abrasi dengan pembangunan "revetment", penataan "folder", reklamasi pantai.

"Kami optimistis program pengembangan minapolitan akan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di wilayah utara yang saat ini masih tertinggal dari wilayah lainnya. Selain itu, bisa mengembalikan kejayaan Kota Pekalongan sebagai perlabuhan perikanan terbesar" katanya.

Kepala PNNP Pekalongan, Jainur Manurung mengatakan bahwa untuk mendukung program pengembangan kawasan minapolitan ini, akan dibangun pelabuhan permanen di pantai senilai Rp244,9 miliar.

Tahapan pembangunan pelabuhan "onshore" ini telah dimulai sejak 2011, yaitu dengan melakukan pembebasan lahan seluas 47.400 meter persegi, pematangan lahan, dan relokasi Sungai Sikenteng.

Selain itu, juga akan dibangun pemecah gelombang sepanjang pada 2012 hingga 2013, pembangunan dermaga, "trestle" seluas 225 m2 dan fasilitas pendukung lainnya.

"Dulu Pekalongan berkontribusi besar pada produksi ikan nasional sekitar 200 ton per hari. Kami sekarang berupaya meraih kembali kejayaan pelabuhan perikanan Kota Pekalongan," katanya.

sumber:www.persip.net & sumber:panoramio

Tidak ada komentar: