Senin, 24 September 2012

Perayaan Pekalongan Kostum Batik Karnaval

Pekalongan Kostum Batik Karnaval
 
PEKALONGAN – Peserta kostum batik karnaval akan diskualifikasi apabila mengenakan batik printing. Karena itu merupakan salah satu ketentuan mutlak yang diterapkan panitia dalam perayaan Pekalongan Kostum Batik Karnaval, Oktober mendatang. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan (Dishubparbud) Drs Doyo Budi Wibowo MM pada kesempatan work shop menjelang Pekalongan Kostum Batik Karnaval. “Jadi yang membedakan kita dengan Solo adalah penggunaan batik nonprinting. Peserta harus mengenakan kostum dengan bahan kain batik tulis atau cap,” katanya.


Pada kegiatannya dalam rangka memeriahkan Pekan Batik Nusantara 2012 itu, pihaknya sengaja memperpanjang waktu bagi masyarakat yang ingin berpatisipasi mengikuti karnaval batik. Meski telah dilakukan work shop, namun masih akan digelar lagi work shop serupa. “Ini untuk memberikan kesempatan bagi peserta untuk membuat kostum sebaik mungkin dengan referensi-referensi yang disampaikan pada work shop. Kemudian juga memberikan kesempatan pada masyarakat lain yang belum mendaftar, agar mendaftarkan diri di Kantor Bagian Pariwisata dan Kebudayaan Jetayu,” kata dia. Dijelaskan, saat ini pihaknya masih ingin menjaring partisipasi mesyarakat sebanyak-banyaknya untuk kegiatan tersebut. Melalui kegiatan itu, ungkapnya, diharapkan potensi batik di Kota Pekalongan menjadi ikon baik di kancah nasional maupun internasional dari Kota Batik Dunia.
Kostum dan Gerakan
Sementara Heru Prasetya, dari Rumah Karnaval Indonesia, selaku pihak yang memberikan work shop menambahkan, pada kesempatan kegiatan kali kedua di Kota pekalongan, selain kostum pihaknya juga memberikan materi mengenai koreografi. Pasalnya pada kegiatan kali kedua ini, peserta tidak hanya akan dinilai berdasarkan kostum. Mengingat mereka akan berjalan dihadapan khalayak ramai Kota Pekalongan, sambung dia, gerakan mereka harus bagus.
Makanya, sekarang ini kami selain fokus ke pemenahan kostum peserta juga konsentrasi pada koreografinya, karena semuanya menjadi pertimbangan utama penilaian. Jadi saat jalan di tengah masyarakat mereka harus bisa menjadi tontonan menarik melalui pengenaan kain batik nonprinting,” ujar dia. (H52-68)
(SUMBER : SUARA MERDEKA, 17-09-2012)

Tidak ada komentar: