KomunitasIbu-ibu Multietnis Lestarikan Budaya Jawa 'Karawitan Ibu Pertiwi'
ALUNAN
gending dari alat gamelan mengalun di kawasan pecinan, Jalan Blimbing
Kota Pekalongan. Di sebuah rumah bangunan cagar budaya, terlihat
ibu-ibu sedang memainkan alat-alat musik tradisional warisan leluhur
itu. Mereka bukan seniman, tapi mereka memiliki niat tulus untuk
melestarikan kebudayaan Indonesia.
Memasuki
sebuah rumah tempat suara geningan itu mengalun, siapa sangka di
dalamnya sudah terdapat ibu-ibu yang usianya sudah tidak muda lagi.
Bahkan sebagian di antara mereka merupakan orang-ornag golongan lanjut
usia (lansia).
Tak
hanya itu, sebagian besar mereka juga merupakan golongan etnis
Tionghoa, sebagian lagi dari golongan etnis jawa. Itu pun semuanya
merupakan orang-orang awam dalam masalah kesenian, terlebih kesenian
gending jawa.
Yayang,
Ketua Kelompok Karawitan Ibu Pertiwi mengaku, kelompok teresbut
terbentuk dari ketidaksengajaan. Berawal dari kumpulan ibu-ibu yang
sering melihat latihan gamelan rahayu raras yang mengambil tempat
latihan di jalan Blimbing.
“Awalnya
latihan di Pemkot, tapi kemudian dialihkan ditempat lain. Jadi kami
sering melihat mereka dan mereka latihan hanya seminggu sekali.
Akhirnya kami menyatakan ingin belajar dan ditnaggapi baik. Akhirnya
latihan hanya beberpa orang saja,” bebernya.
Dengan
berjalannya waktu, dari yang latihan tersebut membawa teman untuk
bergabung, akhirnya semuanya di isi oleh kalangan ibu-ibu semuanya
sepakat membentuk kelompok bernama Ibu Pertiwi dengan pengasuh langsung
Hj Balqis Diab yang juga istri Wali Kota Pekalongan.
Yayng
mengaku pertama latihan membuat semuanya canggung. Karena sama sekali
tidak pernah mengenal alat musik tersebut apalagi memainkannya,
sehingga asal memukul saja. Kemudian dari pelatih diberikan angka-angka
nada untuk memudahkan lathan.
Bisa karena Biasa
Yayang
yang didmpingi Sekretaris Karawitan Glok Me dan Bendahara Lie Fung
menyebutkn, setelah beberapa kali latihan akhirnya semuanya mampu
menghafal dengan baik dan bisa memainkan beberpa tembang-tembang
karawitan.
“Bahkan
kami juga sudah beberapa kali pentas untuk kegiatan-kegiatan di Pemkot.
Sekarang setahun lebih kami sudah menguasai banyak lagi dan lebih siap
lagi jika diminta main dihadapan umum,” tandas yayang.
Sementara
Giok Me menambahkan, dari keingintahuannya, kemudian semangat tinggi
untuk belajar menjadikan tekad kuat melestarikan budaya Jawa. Terlebih
sekarang musik gamelan jarnag dimainkan dan kurang dikenal.
“Kami
juga nantiny menginginkan ada genersi-generasi penerus yang bisa
melestarikan kesenian ini. Sebab, kalau memang ada niat, semuanya
menjadi mudah. Kami yang sudah tua-tua saja bisa, apalagi yang muda,”
tambah Giok Me. (smnetwork/nur khareddin-06)
(SUMBER : HARIAN PEKALONGAN, 26-06-2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar