Kamis, 13 Juni 2013

Di Bengkel Kriya,Dari Pustaka ke Usaha

Dari Pustaka ke Usaha, Perkuat Ekonomi Keluarga
*)Di Bengkel Kriya, Ibu-ibu Belajar Kuliner sampai Hasta Karya

BATANG – Ikhtiar Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (Perpusda) Kabupaten Batang mengkreasi bengkel kriya, ternyata tak pernah sia-sia. Filosofi dari pustaka ke usaha, benar-benar dirasakan manfaatnya oleh para ibu-ibu pemustaka, ibu rumah tangga (IRT), guru, dan bahkan karyawan, karena berkesempatan belajar berwirausaha untuk memperkuat ekonomi keluarga.

Belum lama ini, sekitar 50-an peserta, yang kesemuanya kaum hawa, pun menunjukkan antusiasmenya mengikuti prosesi pembuatan Jahe instan Alang-alang. Seorang pemustaka yang juga pelaku usaha UMKM asal Batang, Ir Arif Lelono, sukses memperagakan cara pembuatan minuman herbal yang menyehatkan berbahan dasar jahe dan alang-alang ini. Secara telaten, ibu-ibu memperhatikan prosesnya, dari meramu bahan, memanaskan dan mengaduknya menjadi adonan, hingga perlahan mengering menjadi serbuk jahe instan yang siap dikonsumsi.

“Kami sendiri ikut bergabung bersama puluhan ibu-ibu, belajar ketrampilan berusaha. Semangat mereka tentu tak sekadar untuk menyibukkan diri, tetapi juga menjadikan apa yang diperolehnya di bengkel kriya ini sebagai sebuah peluang usaha,” ungkap Kepala Perpusda, Dra Kusumastuti Setyaningsih, didampingi stafnya, Rahwan Astyo Wibowo, Senin (10/6).

Menurut dia, bengkel kriya didirikan untuk membantu pengembangan minat dan budaya baca. Secara khusus, perpusda mendorong tindak lanjut dari proses membaca, dengan belajar aneka ketrampilan, dari kuliner sampai hasta karya.

 “Dari pustaka ke usaha, program ini pun diupayakan dalam rangka memperkuat ekonomi keluarga. Karena berbagai ketrampilan yang diajarkan, kesemuanya bisa dipraktekan di rumah menjadi potensi ladang usaha. Setidaknya cara ini menegaskan, bahwa membaca tak pernah ada ruginya. Selain melapangkan wawasan, pun bisa diaktualisasikan dalam usaha,” terang Tuti.

Sebelum ini, Arif Lelono pun telah memberikan tiga materi kuliner yang tak kalah kreatif. Pertama pembuatan abon dari ikan tongkol. Kedua, pembuatan daging sintetis, yakni bagaimana meramu bahan non-daging menjadi kuliner dengan cita rasa daging, dengan bahan dasar gandum. Ketiga, pembuatan naget berbahan ikan dan udang.

“Sejumlah produk kuliner ini kan masih jarang kita temukan di pasaran, sehingga pangsa pasarnya pun terbuka lebar. Ini peluang ekonomi yang menjanjikan,” sambung Tuti.

Selain kuliner, bengkel kriya pun menyelenggarakan pelatihan pembuatan hasta karya, seperti penghantar pengantin, bros, dan lainnya. Narasumber sengaja dihadirkan dari kalangan pemustaka ataupun mereka yang ahli di bidangnya, untuk membagi pengalaman berketrampilan usaha.

“Harapan kami, nantinya para peserta bisa mengembangkan apa yang didapat di bengkel kriya ini, agar bisa dipasarkan secara mandiri. Kalau usahanya jalan, kan bisa tumbuh industri rumah tangga yang mampu menopang ekonomi keluarga,” pungkasnya. (ap22)

 

Tidak ada komentar: