Pelaku teror bom maskapai Lion Air meninggal
Sindonews.com - Pelaku teror Pesawat Lion Air, Andrea
Giovanni Soreti (49) warga negara Italia meninggal dunia di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Sleman, dinihari tadi. Meninggalnya tahanan Lembaga
Permasyarakatan (Lapas) Sleman ini, diduga mengalami komplikasi
gangguan kesehatan.
Direktur RSUD Sleman, Joko Hastaryo mengatakan, Giovanni masuk rumah sakit pada Minggu 10 Februari 2013, sekira pukul 16.00 WIB. Dari awal mulai masuk ke rumah sakit, kesehatannya sudah menurun.
Karena kondisinya sudah mengkhawatirkan, RSUD Sleman menyarankan untuk dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki ruang ICU. Karena ruang ICU di RSUD Sleman sudah penuh.
"Kami sudah usahakan namun semua rumah sakit di Yogyakarta, ruang ICU penuh semua," kata dia di kantornya, Senin (11/2/2013).
Pasienpun dilakukan perawatan di Bansal Alamanda II. Perawatan, menurut Joko, tidak terlalu banyak perbedaan dari perawatan yang dilakukan di ICU. Hanya, di ruang ICU setiap saat pasien bisa dilakukan monitoring, dari kondisi tubuh, hingga detak nadinya.
"Kalau di Bangsal, monitoringnya dengan cara manual," ujarnya.
Dari diagnosis selama perawatan, pasien meninggal karena dehidrasi berat, sepsis, dan gagal ginjal.
"Komplikasi, namun belum mengerucut ke penyebab meninggal," katanya.
Sebagaimana yang diketahui, warga negara Italia tersebut sempat menjalani sidang pertamanya di Pengadilan Negeri (PN) Sleman, pada Kamis 7 Februari 2013 lalu. Giovanni didakwa melakukan tindak pidana teror, dengan mengatakan ada bom di bagasi pesawat Lion Air di Bandara Adisutjipto.
Menurut dokter dari pihak Lapas, Agustinus Sigit Tri, Giovanni beberapa hari belakangan ini kondisi tubuhnya. Terus menurun saat berada di Lapas. Dua hari sebelum meninggal, yang bersangkutan mengalami diare, dan konsumsi makan berkurang.
"Pasien juga mengalami kesulitan tidur, sempat kita juga carikan Hamburger dan Susu pada Minggu (10/2) siang lalu. Dari yang diketahui juga pasien sebelum-sebelumnya mengkonsumsi Alpra zolar (obat penenang) atau Kamlet," ujarnya.
Jenasah Giovanni sendiri saat ini masih berada di ruang jenasah RSUD Sleman. Adik dari Istri Giovanni (Umaya), Cahya Adi Purnama mengatakan, jenasah terlebih dahulu dibawa ke Perkumpulan Urusan Kematian Jogjakarta (PUKJ).
"Sementara ini kami sudah menghubungi pihak keluarga yang ada di Italia, namun belum ada respon," ucapnya.
Direktur RSUD Sleman, Joko Hastaryo mengatakan, Giovanni masuk rumah sakit pada Minggu 10 Februari 2013, sekira pukul 16.00 WIB. Dari awal mulai masuk ke rumah sakit, kesehatannya sudah menurun.
Karena kondisinya sudah mengkhawatirkan, RSUD Sleman menyarankan untuk dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki ruang ICU. Karena ruang ICU di RSUD Sleman sudah penuh.
"Kami sudah usahakan namun semua rumah sakit di Yogyakarta, ruang ICU penuh semua," kata dia di kantornya, Senin (11/2/2013).
Pasienpun dilakukan perawatan di Bansal Alamanda II. Perawatan, menurut Joko, tidak terlalu banyak perbedaan dari perawatan yang dilakukan di ICU. Hanya, di ruang ICU setiap saat pasien bisa dilakukan monitoring, dari kondisi tubuh, hingga detak nadinya.
"Kalau di Bangsal, monitoringnya dengan cara manual," ujarnya.
Dari diagnosis selama perawatan, pasien meninggal karena dehidrasi berat, sepsis, dan gagal ginjal.
"Komplikasi, namun belum mengerucut ke penyebab meninggal," katanya.
Sebagaimana yang diketahui, warga negara Italia tersebut sempat menjalani sidang pertamanya di Pengadilan Negeri (PN) Sleman, pada Kamis 7 Februari 2013 lalu. Giovanni didakwa melakukan tindak pidana teror, dengan mengatakan ada bom di bagasi pesawat Lion Air di Bandara Adisutjipto.
Menurut dokter dari pihak Lapas, Agustinus Sigit Tri, Giovanni beberapa hari belakangan ini kondisi tubuhnya. Terus menurun saat berada di Lapas. Dua hari sebelum meninggal, yang bersangkutan mengalami diare, dan konsumsi makan berkurang.
"Pasien juga mengalami kesulitan tidur, sempat kita juga carikan Hamburger dan Susu pada Minggu (10/2) siang lalu. Dari yang diketahui juga pasien sebelum-sebelumnya mengkonsumsi Alpra zolar (obat penenang) atau Kamlet," ujarnya.
Jenasah Giovanni sendiri saat ini masih berada di ruang jenasah RSUD Sleman. Adik dari Istri Giovanni (Umaya), Cahya Adi Purnama mengatakan, jenasah terlebih dahulu dibawa ke Perkumpulan Urusan Kematian Jogjakarta (PUKJ).
"Sementara ini kami sudah menghubungi pihak keluarga yang ada di Italia, namun belum ada respon," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar