Sang Ibu Langsung Syok, Rizqi Meninggal Menyusul Sang Adik
Dari Peristiwa Pembunuhan Siswa Kelas VII SMPN 6 Pekalongan
Meninggalnya Rizqi Maulana Hidayat (13), siswa Kelas VII C SMPN 6 Pekalongan, meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga, kerabat, maupun guru dan teman sekolahnya. Orangtua korban mengaku, sebelumnya tak ada firasat apapun kalau putra tunggal mereka akan meninggal dunia dalam usia muda. Seperti apa? WAHYU HIDAYAT, Pekalongan
Tepat pukul 11.20 WIB, suasana tegang di dalam Mapolsek Buaran,
Pekalongan, berubah menjadi tangis kesedihan. Ibu korban, Sri
Handayani, langsung histeris, sesaat setelah mendengar kabar bahwa
Rizqi meninggal dunia.
Istri dari Hidayaturahman, warga Jalan Urip Sumoharjo, Pringlangu,
Pekalongan Barat, hanya dalam hitungan menit, langsung jatuh pingsan.
“Anakku..anakku. Ora entuk mati. Anakku ojo mati,” teriak Sri sambil
menangis keras dan meronta sebelum jatuh pingsan, sembari berusaha
tetap ditenangkan sejumlah kerabat dan anggota Polsek setempat.
Handayani sebenarnya sudah datang ke Mapolsek Buaran sejak pagi.
Namun, pihak kepolisian belum mengungkapkan jika sang anak sudah
meninggal dunia. Sang ibu hanya diajak oleh petugas ke Mapolsek
setempat, untuk memberikan keterangan mengenai sang anak mengenai
‘suatu hal yang sangat penting’ menyangkut Rizqi.
“Kalau kita kasih tahu sejak awal tentang kondisi korban, justru
nanti sang ibu akan langsung syok, padahal kita sangat membutuhkan
keterangan mengenai korban sebelum meninggal dunia. Karena,
bagaimanapun yang meninggal dunia itu anak tunggal dia,” ungkap
Kapolsek Buaran AKP Agus Riyanto.
Siapapun yang mendengar latar belakang keluarga tersebut, pasti
terenyuh. Sebab, pasangan suami istri Hidayaturahman dan Sri Handayani,
kini tak lagi mempunyai seorang putra.
Ayah korban, Hidayaturahman, atau yang biasa disapa Hidayat,
terlihat lebih tabah. Dia menuturkan jika empat bulan sebelumnya, ia
dan sang istri sudah kehilangan adik Rizqi. Putra bungsunya itu, sudah
lebih dulu meninggal dunia sekitar bulan Januari lalu, dalam usia
sangat muda yakni tiga tahun.
“Adiknya Rizki meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Semarang
karena kena radang otak,” ujar pria yang sehari-harinya bekerja sebagai
pembuang sampah di daerah Perumahan Binagriya ini.
Dia mengetahui kabar meninggalnya Rizki dari anggota Polsek Buaran,
yang menghubungi nomor HP-nya menggunakan HP sang istri. “Saya masih
kerja. Tiba-tiba ditelpon polisi pakai HP istri saya. Katanya suruh
datang ke Polsek Buaran. Penting,” tuturnya.
Sesampainya di Mapolsek, Hidayat diminta memastikan apakah sosok
remaja yang ada di kamera milik polisi adalah benar anaknya. Setelah
memastikan kebenaran tersebut, polisi baru memberitahukan tentang
kondisi yang dialami Rizqi. “Rizqi ternyata sudah meninggal dunia,”
ungkapnya sedih.
*) Pamit ke Warnet
Hidayat mengungkapkan jika dirinya tak punya firasat apapun sebelum
kematian sang anak. Dalam keseharian, Rizqi juga berperilaku wajar
seperti remaja pada umumnya. “Dia dekat dengan ibunya. Kalau ada
apa-apa, selalu ngomong ke ibunya,” terangnya.
Hanya saja, pada malam hari sehabis Isya, atau sekitar pukul 19.30,
Rizqi sempat pamit kepada sang ibu dan dirinya untuk minta izin akan
pergi ke warnet.
Saat itu, Rizqi pergi sambil membawa sebuah sepeda motor Yamaha
Jupiter Z. “Kalau ke warnet, ataupun ke tempat les, ia biasa pakai
sepeda motor. Tapi kalau berangkat sekolah, dia biasanya saya antar,”
jelasnya.
Rasa khawatir mulai muncul sekira pukul setengah 9 malam. Sebab,
Rizqi tak juga pulang. Sementara nomor HPnya juga tidak bisa dihubungi.
“Di luar area terus,” ujarnya.
Karenanya, pukul 9-10 malam, ia mencari sang anak ke beberapa tempat
dimana Rizqi biasa bermain. Tapi tak membuahkan hasil. Hingga pagi hari
tiba. “Waktu itu sempat kepikiran, mungkin dia ketiduran di rumah
temannya, gak tau di mana. Soalnya pernah juga kayak gitu. Ketiduran di
rumah teman setelah ngerjain PR bareng,” bebernya.
Kabar mengagetkan baru ia terima pada Kamis pagi harinya. Ternyata,
sang anak sudah meninggal dunia di daerah persawahan di Coprayan.
Sementara sepeda motornya sudah dibawa kabur pelaku. Maka, dirinya
berharap, pelaku yang sudah ditangkap polisi harus mendapat hukuman
setimpal. “Nggak tahu harus dihukum seperti apa, pokoknya pelaku harus
dihukum setimpal dengan perbuatan yang telah dilakukannya,” tegasnya.
Ditanya kapan jenazah sang anak akan dimakamkan, Hidayaturahman
belum bisa memastikan waktunya. Ia pun pasrah jika jasad sang anak
harus diotopsi. Hidayat juga masih bingung. Selain istri masih syok,
kakek Rizqi juga masih dalam kondisi sakit. “Belum tahu, Mas,” ujarnya
singkat.
*) Ulangan Terakhir
Sementara itu, dari pihak SMP Negeri 6 Pekalongan, hingga sore
kemarin masih terus berdatangan ke kamar jenazah RSUD Kraton maupun ke
rumah tinggal korban.
Diketahui, hari Rabu kemarin adalah hari terakhir bagi Rizqi untuk
mengikuti ujian kenaikan kelas (ujian akhir semester), sekaligus hari
terakhir di sekolahnya.
Wali Kelas VII C, yang juga ibu guru Rizqi, Tri Yulianti, menuturkan
bahwa pada Rabu (5/6), Rizqi masih berangkat mengikuti ujian akhir
semester. “Tidak ada yang aneh pada dirinya. Dia kemarin masih ikut
ulangan. Sesuai jadwal, ulangan baru berakhir hari Senin mendatang,”
ungkap Tri sembari menahan kesedihan.
Dalam kesehariannya di sekolah, Tri menuturkan jika Rizki termasuk siswa yang tidak nakal. “Prestasinya juga lumayan,” katanya.
Salah satu teman sekelas Rizqi, Marta, mengaku kaget mendengar kabar
meninggalnya Rizqi. Marta mengungkapkan kalau dirinya mendengar kabar
Rizki meninggal sekitar pukul 10.00 dari beberapa temannya. Ia pun
sempat tak yakin kebenaran kabar tersebut.
“Pertama dengar kabar itu sih kaget. Soalnya, kemarin di kelas masih
guyonan bareng. Kabar Rizqi meninggal ini sangat membuat kami sedih.
Apalagi, dengar-dengar adiknya beberapa bulan lalu juga meninggal
dunia,” paparnya, didampingi sejumlah guru dan teman-temannya, di depan
kamar jenazah RSUD Kraton. (way)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar