Sabtu, 08 Juni 2013

Pamit ke Warnet, ditemukan meninggal didaerah persawahan di Coprayan

Sang Ibu Langsung Syok, Rizqi Meninggal Menyusul Sang Adik
Dari Peristiwa Pembunuhan Siswa Kelas VII SMPN 6 Pekalongan
Meninggalnya Rizqi Maulana Hidayat (13), siswa Kelas VII C SMPN 6 Pekalongan, meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga, kerabat, maupun guru dan teman sekolahnya. Orangtua korban mengaku, sebelumnya tak ada firasat apapun kalau putra tunggal mereka akan meninggal dunia dalam usia muda. Seperti apa? WAHYU HIDAYAT, Pekalongan
Tepat pukul 11.20 WIB, suasana tegang di dalam Mapolsek Buaran, Pekalongan, berubah menjadi tangis kesedihan. Ibu korban, Sri Handayani, langsung histeris, sesaat setelah mendengar kabar bahwa Rizqi meninggal dunia.

Istri dari Hidayaturahman, warga Jalan Urip Sumoharjo, Pringlangu, Pekalongan Barat, hanya dalam hitungan menit, langsung jatuh pingsan. “Anakku..anakku. Ora entuk mati. Anakku ojo mati,” teriak Sri sambil menangis keras dan meronta sebelum jatuh pingsan, sembari berusaha tetap ditenangkan sejumlah kerabat dan anggota Polsek setempat.

Handayani sebenarnya sudah datang ke Mapolsek Buaran sejak pagi. Namun, pihak kepolisian belum mengungkapkan jika sang anak sudah meninggal dunia. Sang ibu hanya diajak oleh petugas ke Mapolsek setempat, untuk memberikan keterangan mengenai sang anak mengenai ‘suatu hal yang sangat penting’ menyangkut Rizqi.

“Kalau kita kasih tahu sejak awal tentang kondisi korban, justru nanti sang ibu akan langsung syok, padahal kita sangat membutuhkan keterangan mengenai korban sebelum meninggal dunia. Karena, bagaimanapun yang meninggal dunia itu anak tunggal dia,” ungkap Kapolsek Buaran AKP Agus Riyanto.

Siapapun yang mendengar latar belakang keluarga tersebut, pasti terenyuh. Sebab, pasangan suami istri Hidayaturahman dan Sri Handayani, kini tak lagi mempunyai seorang putra.

Ayah korban, Hidayaturahman, atau yang biasa disapa Hidayat, terlihat lebih tabah. Dia menuturkan jika empat bulan sebelumnya, ia dan sang istri sudah kehilangan adik Rizqi. Putra bungsunya itu, sudah lebih dulu meninggal dunia sekitar bulan Januari lalu, dalam usia sangat muda yakni tiga tahun.

“Adiknya Rizki meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Semarang karena kena radang otak,” ujar pria yang sehari-harinya bekerja sebagai pembuang sampah di daerah Perumahan Binagriya ini.

Dia mengetahui kabar meninggalnya Rizki dari anggota Polsek Buaran, yang menghubungi nomor HP-nya menggunakan HP sang istri. “Saya masih kerja. Tiba-tiba ditelpon polisi pakai HP istri saya. Katanya suruh datang ke Polsek Buaran. Penting,” tuturnya.

Sesampainya di Mapolsek, Hidayat diminta memastikan apakah sosok remaja yang ada di kamera milik polisi adalah benar anaknya. Setelah memastikan kebenaran tersebut, polisi baru memberitahukan tentang kondisi yang dialami Rizqi. “Rizqi ternyata sudah meninggal dunia,” ungkapnya sedih.

*) Pamit ke Warnet
Hidayat mengungkapkan jika dirinya tak punya firasat apapun sebelum kematian sang anak. Dalam keseharian, Rizqi juga berperilaku wajar seperti remaja pada umumnya. “Dia dekat dengan ibunya. Kalau ada apa-apa, selalu ngomong ke ibunya,” terangnya.

Hanya saja, pada malam hari sehabis Isya, atau sekitar pukul 19.30, Rizqi sempat pamit kepada sang ibu dan dirinya untuk minta izin akan pergi ke warnet.

Saat itu, Rizqi pergi sambil membawa sebuah sepeda motor Yamaha Jupiter Z. “Kalau ke warnet, ataupun ke tempat les, ia biasa pakai sepeda motor. Tapi kalau berangkat sekolah, dia biasanya saya antar,” jelasnya.

Rasa khawatir mulai muncul sekira pukul setengah 9 malam. Sebab, Rizqi tak juga pulang. Sementara nomor HPnya juga tidak bisa dihubungi. “Di luar area terus,” ujarnya.

Karenanya, pukul 9-10 malam, ia mencari sang anak ke beberapa tempat dimana Rizqi biasa bermain. Tapi tak membuahkan hasil. Hingga pagi hari tiba. “Waktu itu sempat kepikiran, mungkin dia ketiduran di rumah temannya, gak tau di mana. Soalnya pernah juga kayak gitu. Ketiduran di rumah teman setelah ngerjain PR bareng,” bebernya.

Kabar mengagetkan baru ia terima pada Kamis pagi harinya. Ternyata, sang anak sudah meninggal dunia di daerah persawahan di Coprayan. Sementara sepeda motornya sudah dibawa kabur pelaku. Maka, dirinya berharap, pelaku yang sudah ditangkap polisi harus mendapat hukuman setimpal. “Nggak tahu harus dihukum seperti apa, pokoknya pelaku harus dihukum setimpal dengan perbuatan yang telah dilakukannya,” tegasnya.

Ditanya kapan jenazah sang anak akan dimakamkan, Hidayaturahman belum bisa memastikan waktunya. Ia pun pasrah jika jasad sang anak harus diotopsi. Hidayat juga masih bingung. Selain istri masih syok, kakek Rizqi juga masih dalam kondisi sakit. “Belum tahu, Mas,” ujarnya singkat.

*) Ulangan Terakhir
Sementara itu, dari pihak SMP Negeri 6 Pekalongan, hingga sore kemarin masih terus berdatangan ke kamar jenazah RSUD Kraton maupun ke rumah tinggal korban.

Diketahui, hari Rabu kemarin adalah hari terakhir bagi Rizqi untuk mengikuti ujian kenaikan kelas (ujian akhir semester), sekaligus hari terakhir di sekolahnya.

Wali Kelas VII C, yang juga ibu guru Rizqi, Tri Yulianti, menuturkan bahwa pada Rabu (5/6), Rizqi masih berangkat mengikuti ujian akhir semester. “Tidak ada yang aneh pada dirinya. Dia kemarin masih ikut ulangan. Sesuai jadwal, ulangan baru berakhir hari Senin mendatang,” ungkap Tri sembari menahan kesedihan.

Dalam kesehariannya di sekolah, Tri menuturkan jika Rizki termasuk siswa yang tidak nakal. “Prestasinya juga lumayan,” katanya.

Salah satu teman sekelas Rizqi, Marta, mengaku kaget mendengar kabar meninggalnya Rizqi. Marta mengungkapkan kalau dirinya mendengar kabar Rizki meninggal sekitar pukul 10.00 dari beberapa temannya. Ia pun sempat tak yakin kebenaran kabar tersebut.

“Pertama dengar kabar itu sih kaget. Soalnya, kemarin di kelas masih guyonan bareng. Kabar Rizqi meninggal ini sangat membuat kami sedih. Apalagi, dengar-dengar adiknya beberapa bulan lalu juga meninggal dunia,” paparnya, didampingi sejumlah guru dan teman-temannya, di depan kamar jenazah RSUD Kraton. (way)

 

Tidak ada komentar: