Melihat Kondisi Museum Batik Paska Revitalisasi
Dilengkapi Ruang Audiovisual, Informasi Bagi Pengunjung Makin Lengkap
Museum Batik Pekalongan, saat ini tampil lebih cantik dan menarik. Perubahan yang dilakukan disana-sini saat revitalisasi, memberikan kesan yang lebih modern terhadap museum kebanggan warga Pekalongan tersebut. Salah satu yang paling menonjol adalah disulapnya ruang kantor Museum Batik menjadi ruang audiovisual. Seperti apa? M. AINUL ATHO, Museum Batik
HUJAN rintik hari itu (Minggu 7/4),
turun merata di seluruh sudut Kota Pekalongan, tak terkecuali di
kawasan Jetayu. Namun kondisi itu tampak tak menyurutkan semangat
sekelompok anak perempuan yang baru turun dari mobil minibus warna
putih.
Setengah berlari, tujuh orang anak
tersebut kemudian menuju ke pintu Museum Batik Pekalongan. Sekilas dari
muka, tak ada yang berubah dari gedung yang dahulu merupakan kantor
Balaikota tersebut.
Memasuki pintu museum, barulah
perubahan terpampang jelas. Di sisi kiri pintu, terdapat peta ruang
pamer lengkap dengan penjelasan koleksi dan motif yang ada di dalamnya.
Dari peta tersebut, pengunjung dapat
mengetahui lokasi ruang pamer dan penempatan koleksi batik museum.
Melangkah lebih jauh, bejana berukuran raksasa menyambut. Bejana yang
dinamai jedi itu, berbahan tembaga dan berfungsi sebagai tempat
‘nglorod’ kain batik dalam jumlah banyak.
“Dulu, jedi ini ditempatkan di ruang
workshop batik. Namun setelah revitalisasi, jedi dipindahkan kedepan
untuk mempercantik penampilan Museum,” jelas salah satu pemandu, Denny
Pujianto.
Diterangkan Denny, ‘nglorod’ merupakan
salah satu proses dalam membatik yang berfungsi untuk menghilangkan
malam atau lilin pada kain batik.
Lengkap menjelaskan tentang Jedi, Denny
kemudian menunjukkan ruangan baru yaitu ruang audiovisual. Dikatakan
Denny, pengunjung yang baru datang biasanya akan terlebih dulu disuguhi
berbagai informasi di ruang tersebut mulai dari sejarah musesum batik,
cara pembuatan batik dan berbagai kegiatan museum yang telah dilakukan.
Ruang audiovisual mempunyai deretan
masing-masing empat bangku di kanan kiri dengan kapasitas lima orang
per bangku. Artinya, ruang audiovisual bisa menampung hingga 40 orang
dalam sekali pertunjukkan.
Menyeberang dari ruang audiovisual,
Denny membuka pintu ruang kedai. Dalam ruang tersebut, dijual berbagai
sovenir berbau batik mulai dari kain, pakaian, dompet, bahkan helm
batik.
Di ruang kedai, juga dijual paket kit batik yang berisi
alat-alat membatik serta beberapa motif canting yang cantik sebagai
souvenir. “Disini pengunjung dapat membeli oleh-oleh atau souvenir
untuk keluarga dirumah,” tuturnya lagi.
Menuju ruang dalam, terlintas papan
peresmian Museum Batik lengkap dengan tanda tangan presiden SBY. Sang
presiden meresmikan Museum Batik pada 12 Juli 2006 bertepatan dengan
Hari Koperasi Nasional. Gedung Museum Batik sendiri, didirikan pada
1906.
Awalnya, gedung tersebut digunakan
sebagai kantor administrasi keuangan pabrik gula se eks karesidenan
Pekalongan. Sempat berubah menjadi kantor Balaikota, akhirnya pada 2006
gedung tersebut diresmikan menjadi Museum Batik.
Saat akan masuk lebih dalam, pemandu
mengingatkan agar tas dan beberapa barang bawaan dapat dititipkan di
loker. Keberadaan loker dalam Museum Batik juga merupakan penambahan
baru dalam revitalisasi yang rampung dilakukan 15 Desember 2012 lalu
tersebut. “Loker memang baru ada setelah revitalisasi yang lalu. Dengan
adanya loker, pengunjung dapat menitipkan barang bawaannya, sehingga
lebih nyaman dan aman mengunjungi museum,” ucapnya.
Berlanjut ke tujuan selanjutnya, Denny
mengajak untuk melihat ruang pamer Museum Batik. Paska revitalisasi,
tak ada penambahan ruang pamer museum, hanya nama dan display di
dalamnya saja yang dirubah sedemikian rupa hingga tampil lebih modern.
“Tiga ruang pamer yang sebelumnya bernama ruang pesisiran, nusantara
dan pedalaman, kini berubah menjadi ruang pamer I,II dan III. Display
di dalamnya ditata lebih menarik dan dilengkapi dengan penjelasan
detail masing-masing motif yang ditampilkan,” terang Denny.
Dari tiga ruang tersebut, yang paling
menarik adalah ruang pamer III. Tak hanya menampilkan motif-motif batik
pedalaman dari Joga dan Solo, di dalamnya juga dipajang beberapa
koleksi sumbangan tokoh terkenal, diantaranya batik sumbangan presiden
SBY dan Ibu Ani Yudhoyono, baju batik sumbangan Ibu Ainun Habibie, baju
batik sumbangan mantan Walikota Samsudiat dan juga Chaeron BA.
Sementara ruang pamer I, berisi motif batik pesisiran dari Pekalongan,
Cirebon dan Lasem dan ruang pamer II diisi motif batik nusantara
seperti motif Asmat dari Papua dan motif batik dari Palangkaraya,
Madura, Jombang dan Pacitan.
Modernisasi, memang menjadi kesan
menonjol pasca dilakukan revitalisasi pada museum yang mendapatkan
penghargaan best practice dari UNESCO tersebut. Meskipun modern,
atmosfir budaya tetap melekat kental di seluruh bagiannya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar