Batik dari Sumatera Sampai Papua Ada di Pekalongan
detikTravel Community -
Pekalongan di
Jawa Tengah identik sebagai Kota Batik. Jalan-jalan ke sana, tentu tak
lengkap kalau tak mampir ke Museum Batik. Di sana, Anda bisa menemukan
batik dari Sumatera sampai Papua.
Batik (Bersih, Aman, Tentram, Indah dan Komunikatif) adalah moto Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Ini salah satu alasan yang membuat Pekalongan disebut sebagai Kota Batik. Selain itu industri batik di sini juga terkenal akan keragaman corak dan warnanya.
Pekalongan adalah sebuah kota di Pantura Jawa Tengah yang merupakan jalur utama Jakarta-Semarang-Surabaya. Pekalongan berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Batang di Timur dan Kabupaten Pekalongan di Barat dan Selatan.
Pekalongan terkenal dengan industri batik yang memiliki corak dan warna yang beragam yang disebut Batik Pesisiran. Batik Pekalongan juga banyak dijual di daerah-daerah yang masih menganut pakem batik keraton seperti Yogya dan Surakarta (Solo).
Banyak tempat-tempat yang menjadi "rumah" bagi kain batik pesisir khas Pekalongan. Kampung batik Pesindon dan Kauman adalah contoh industri batik di Pekalongan.
Selain itu, Anda juga bisa menemukan batik di Pasar Grosir Sentono, Museum Batik Nasional dengan koleksi kain batik se-Indonesia, dan yang baru diresmikan tanggal 2 Oktober 2012 yaitu IBC (International Batik Center). IBC yang merupakan pusat penjualan batik bergaya modern tapi tetap ada tawar-menawar.
Saya pastinya mengunjungi Museum Batik Nasional. Letaknya di Jl Jetayu No 10, di belakang taman dengan tulisan B-A-T-I-K yang bermotif batik pada masing-masing hurufnya.
Di sana wisatawan bisa melihat 1.089 koleksi kain batik dari seluruh Indonesia dan alat-alat untuk membatik. Kita juga dapat mengikuti kursus singkat di sana, ada yang gratis ada pula yang bayar.
Selain itu, karena pengunjungnya cukup sepi maka setiap rombongan akan dipandu oleh seorang pemandu. Ia akan menjelaskan secara umum isi dari museum.
Museum Batik memiliki 3 ruang pamer dan 1 ruang workshop. Ruang pamer 1 berisi batik-batik pesisiran, yakni batik Pekalongan, Cirebon dan Lasem. Di sana juga ada beragam alat untuk membuat batik seperti canting, kompor, dan berbagai zat pewarna alami dan sintetis.
Menurut pemandu, batik Pekalongan memiliki warna dan motif yang paling variatif. Tapi, motif yang umum digunakan adalah yang bernuansa pesisir seperti hewan dan tumbuhan laut.
Ragam motif dan warna batik Pekalongan tak lepas dari pengaruh pedagang-pedagang dari Cina, Arab, dan Belanda yang datang ke Indonesia melalui pelabuhan Pekalongan. Motif batik Pekalongan juga selalu mengikuti zaman. Contohnya saat zaman pendudukan Jepang di buat batik 'Jawa Hokokai' yang motifnya mirip kimono-kimono Jepang.
Tapi di ruangan ini yang menarik perhatian saya adalah Batik Khas Cirebon yaitu Mega Mendung. Motif ini berbentuk seperti awan-awan yang mengisi seluruh kain.
Masuk ke ruang pamer 2, wisatawan akan dihadapkan dengan batik-batik dari luar Jawa Tengah, seperti batik dari Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Papua.
Beragam warna dan motif benar-benar memperkaya kebudayaan Indonesia yang telah diakui UNESCO ini. Batik yang menurut saya menarik adalah batik dari Kalimantan dengan warna kuning-hitam khas Dayak.
Ruang pamer selanjutnya berisi batik-batik dari Yogya dan Solo. Batik-batik ini merupakan batik original keraton dengan warna yang didominasi coklat, putih dan hitam.
Batik-batik ini biasanya hanya dipakai pada acara keraton dan punya makna serta waktu penggunaan masing-masing. Beragam motif terkenal seperti sidomukti, garuda, parang rusak barong dan kawung ada di ruangan ini.
Selain itu ada juga batik-batik sumbangan dari tokoh-tokoh nasional seperti batik Pak Habibie dan Bu Ainun, serta Mantan Walikota Pekalongan. Sayangnya di semua ruang pamer tidak boleh memotret sembarangan, walau saya boleh masuk tanpa guide tapi tentu saja saya tidak melanggar aturan ini.
Di ruangan workshop, pengunjung bisa mencoba membatik. Untuk pelatihan dari awal sampai jadi batik kita dikenakan biaya sesuai ukuran kain. Paling mahal Rp 65.000/orang dengan durasi waktu 2-3 jam. Tapi yang gratisan juga ada, yaitu hanya membuat pola lalu menempelkan lilin atau malam di garis pinggir pola tersebut, dengan canting tentunya.
Setelah "sekolah" singkat batik di Museum Batik Nasional, saya mengunjungi IBC yang terletak di Daerah Wiradesa. Gapuranya berhias canting berukuran 6 meter dan wajan berdiamter 6 metera dengan tulisan IBC.
Masuk ke dalam, traveler akan melihat banyak kios batik dengan berbagai kualitas dan harga. Kita tinggal pilih saja sesuai selera dan kantong. Batik-batik motif lama sampai batik gaul dan pernak-pernik bermotif batik ada di sana. Pokoknya tempatnya batik banget dah! Di sana juga ada pendopo untuk berbagai pagelaran.
Kota Pekalongan memang menjadi salah satu surga bagi pecinta batik di Indonesia. Di sepanjang jalanan kota tersebar toko-toko dan tempat pengrajin batik karena memang industri batik di sini banyak dipegang oleh UKM. Keragaman dan kemodernan batiknya juga menjadi ciri khas tersendiri bagi kekayaan budaya Indonesia di mata dunia mewakili batik bergaya pesisiran.
Batik (Bersih, Aman, Tentram, Indah dan Komunikatif) adalah moto Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Ini salah satu alasan yang membuat Pekalongan disebut sebagai Kota Batik. Selain itu industri batik di sini juga terkenal akan keragaman corak dan warnanya.
Pekalongan adalah sebuah kota di Pantura Jawa Tengah yang merupakan jalur utama Jakarta-Semarang-Surabaya. Pekalongan berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Batang di Timur dan Kabupaten Pekalongan di Barat dan Selatan.
Pekalongan terkenal dengan industri batik yang memiliki corak dan warna yang beragam yang disebut Batik Pesisiran. Batik Pekalongan juga banyak dijual di daerah-daerah yang masih menganut pakem batik keraton seperti Yogya dan Surakarta (Solo).
Banyak tempat-tempat yang menjadi "rumah" bagi kain batik pesisir khas Pekalongan. Kampung batik Pesindon dan Kauman adalah contoh industri batik di Pekalongan.
Selain itu, Anda juga bisa menemukan batik di Pasar Grosir Sentono, Museum Batik Nasional dengan koleksi kain batik se-Indonesia, dan yang baru diresmikan tanggal 2 Oktober 2012 yaitu IBC (International Batik Center). IBC yang merupakan pusat penjualan batik bergaya modern tapi tetap ada tawar-menawar.
Saya pastinya mengunjungi Museum Batik Nasional. Letaknya di Jl Jetayu No 10, di belakang taman dengan tulisan B-A-T-I-K yang bermotif batik pada masing-masing hurufnya.
Di sana wisatawan bisa melihat 1.089 koleksi kain batik dari seluruh Indonesia dan alat-alat untuk membatik. Kita juga dapat mengikuti kursus singkat di sana, ada yang gratis ada pula yang bayar.
Selain itu, karena pengunjungnya cukup sepi maka setiap rombongan akan dipandu oleh seorang pemandu. Ia akan menjelaskan secara umum isi dari museum.
Museum Batik memiliki 3 ruang pamer dan 1 ruang workshop. Ruang pamer 1 berisi batik-batik pesisiran, yakni batik Pekalongan, Cirebon dan Lasem. Di sana juga ada beragam alat untuk membuat batik seperti canting, kompor, dan berbagai zat pewarna alami dan sintetis.
Menurut pemandu, batik Pekalongan memiliki warna dan motif yang paling variatif. Tapi, motif yang umum digunakan adalah yang bernuansa pesisir seperti hewan dan tumbuhan laut.
Ragam motif dan warna batik Pekalongan tak lepas dari pengaruh pedagang-pedagang dari Cina, Arab, dan Belanda yang datang ke Indonesia melalui pelabuhan Pekalongan. Motif batik Pekalongan juga selalu mengikuti zaman. Contohnya saat zaman pendudukan Jepang di buat batik 'Jawa Hokokai' yang motifnya mirip kimono-kimono Jepang.
Tapi di ruangan ini yang menarik perhatian saya adalah Batik Khas Cirebon yaitu Mega Mendung. Motif ini berbentuk seperti awan-awan yang mengisi seluruh kain.
Masuk ke ruang pamer 2, wisatawan akan dihadapkan dengan batik-batik dari luar Jawa Tengah, seperti batik dari Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Papua.
Beragam warna dan motif benar-benar memperkaya kebudayaan Indonesia yang telah diakui UNESCO ini. Batik yang menurut saya menarik adalah batik dari Kalimantan dengan warna kuning-hitam khas Dayak.
Ruang pamer selanjutnya berisi batik-batik dari Yogya dan Solo. Batik-batik ini merupakan batik original keraton dengan warna yang didominasi coklat, putih dan hitam.
Batik-batik ini biasanya hanya dipakai pada acara keraton dan punya makna serta waktu penggunaan masing-masing. Beragam motif terkenal seperti sidomukti, garuda, parang rusak barong dan kawung ada di ruangan ini.
Selain itu ada juga batik-batik sumbangan dari tokoh-tokoh nasional seperti batik Pak Habibie dan Bu Ainun, serta Mantan Walikota Pekalongan. Sayangnya di semua ruang pamer tidak boleh memotret sembarangan, walau saya boleh masuk tanpa guide tapi tentu saja saya tidak melanggar aturan ini.
Di ruangan workshop, pengunjung bisa mencoba membatik. Untuk pelatihan dari awal sampai jadi batik kita dikenakan biaya sesuai ukuran kain. Paling mahal Rp 65.000/orang dengan durasi waktu 2-3 jam. Tapi yang gratisan juga ada, yaitu hanya membuat pola lalu menempelkan lilin atau malam di garis pinggir pola tersebut, dengan canting tentunya.
Setelah "sekolah" singkat batik di Museum Batik Nasional, saya mengunjungi IBC yang terletak di Daerah Wiradesa. Gapuranya berhias canting berukuran 6 meter dan wajan berdiamter 6 metera dengan tulisan IBC.
Masuk ke dalam, traveler akan melihat banyak kios batik dengan berbagai kualitas dan harga. Kita tinggal pilih saja sesuai selera dan kantong. Batik-batik motif lama sampai batik gaul dan pernak-pernik bermotif batik ada di sana. Pokoknya tempatnya batik banget dah! Di sana juga ada pendopo untuk berbagai pagelaran.
Kota Pekalongan memang menjadi salah satu surga bagi pecinta batik di Indonesia. Di sepanjang jalanan kota tersebar toko-toko dan tempat pengrajin batik karena memang industri batik di sini banyak dipegang oleh UKM. Keragaman dan kemodernan batiknya juga menjadi ciri khas tersendiri bagi kekayaan budaya Indonesia di mata dunia mewakili batik bergaya pesisiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar