Bupati : Empat Pilar Kehidupan Senantiasa Dipedomani dan Dijalankan dengan Penuh Tanggungjawab
KAJEN – Sebagai warga Negara Indonesia, kita wajib menjaga empat pilar
kehidupan berbangsa yakni falsafah Pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhineka Tunggal Ika. Mari, kita buktikan bahwa Islam bisa menjawab
berbagai persoalan bangsa dan persoalan dunia dan Islam sungguh menjadi
rahmat bagi semesta alam. Mari kita pedomani dan jalankan keempat pilar
kehidupan berbangsa ini dengan penuh tanggungjawab.
Demikian sambutan tertulis Bupati Pekalongan Drs. H. A. Antono, M.Si yang dibacakan oleh Sekda Ir. H. Susiyanto, MM pada acara haflah Dzikro Maulid Menyambut Bulan Ramadhan, Selasa (17/7) malam di halaman Masjid Agung Al-Muhtaram Kajen.
Acara tersebut diprakarsai oleh Bupati Pekalongan, Ketua DPRD, Kapolres Pekalongan dan Dandim 0710 Pekalongan. Dihadiri oleh para habaib, kyai, alim-ulama dan diikuti oleh puluhribu jamaah baik TNI/Polri maupun sipil yang datang dari seluruh penjuru wilayah di Kabupaten/Kota Pekalongan bahkan dari Kabupaten Batang dan Pemalang.
Bupati, secara tertulis dalam kesempatan malam hari itu
menyampaikan rasa bangganya atas berkumpul dan menyatunya dari berbagai
elemen masyarakat baik TNI/Polri, para ulama, pemerintah dan
masyarakat. Kita bisa saling asih, saling asah, dan saling asuh serta
saling berbagi sebagai warga Kabupaten Pekalongan yang ingin
bersama-sama membangun bangsa, masyarakat dan lingkungannya.
Dan dalam momen itu, kata Bupati, kita juga bisa mencari makna Maulid Nabi, yaitu perlunya meneladani peri kehidupan Nabi dalam mewujudkan kerukunan, persatuan dan kesatuan umat yang mempunyai corak ragam perbedaan. Karena persatuan dan kesatuan rakyat merupakan modal dasar dalam membangun Kabupaten Pekalongan yang tercinta ini. Selain itu, untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkuat ukhuwah Islamiyah, juga memperteguh landasan keimanan kepada Allah SWT.
Lebih jauh, orang nomor satu di Kabupaten Pekalongan menegaskan bahwa peringatan Maulid Nabi juga sebagai sarana introspeksi bagi kita dalam meneladani setiap pikiran, ucapan dan tindakan Nabi Agung Muhammad SAW yang akhlakul kharimah dalam kiprah pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan Negara.
Sementara itu Ketua DPRD H. Asip Kholbihi, SH., M.Si selaku ketua penyelenggara menyampaikan peringatan Dzikro Maulidurrosal adalah sejarah tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW dan keagungan dakwah Beliau. Peringatan ini sekaligus kita jadikan spirit/semangat dalam menyambut bulan Ramadhan 1433 H. Semoga kita semua yang hadir di Masjid Al Muhtaram Kajen ini termasuk dalam golongan umat Rasulullah SAW.
“Harapan kami mudah-mudahan dengan berkumpulnya elemen-elemen masyarakat, ada pejabat pemerintah, ada para habaib, ada para kyai, ada masyarakat umum, akan membuat dorongan dan dukungan doa untuk terselenggaranya pembangunan di Kabupaten Pekalongan ini dari tahun ke tahun semakin baik,” harap Asip.
Menurutnya, salah satu faktor terwujudnya pembangunan di Kabupaten Pekalongan secara baik adalah dengan adanya dukungan dari masyarakat luas dan utamanya doa dari para kyai dan habaib. Sebab tugas pemerintah sangat berat, dimana Bupati setiap hari harus mengatur bagaimana pembangunan yang sudah disepakati dapat berjalan dengan baik.
Sementara Dandim 0710 Pekalongan mempunyai beban
bagaimana wilayah Kabupaten Pekalongan ini tidak ada terorisnya, tidak
ada ancaman yang berarti. Sehingga masyarakat Kabupaten Pekalongan
seluruhnya dapat tidur dengan pulas. Sedangkan Kapolres Pekalongan
mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten
Pekalongan, sehingga seluruh masyarakat bisa merasa aman, tentram,
sehat dan yang paling penting dapat melaksanakan ibadah kepada Allah
SWT dengan tidak ancaman dan halangan dari kelompok maupun golongan
apatis.
“Oleh karena itu melalui majelis inilah kami memohon doa restu dan dukungan masyarakat seluruhnya agar jalannya roda pemerintahan di Kabupaten Pekalongan ini dapat sesuai dengan tuntutan syariat dan yang penting sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga para pejabatnya dapat mengemban amanah dengan baik,” terang Ketua DPRD itu.
Sedangkan Dandim 0710 Pekalongan Letkol. Kav. Wahyu Eko P. dalam sambutan menuturkan bahwa masyarakat Indonesia sangat besar dengan beribu-ribu suku yang ada dan dengan jumlah pulau yang banyak pula serta beraneka ragam/bhinneka tunggal ika seperti yang tertuang dalam Pancasila. Walau berbeda-beda tetapi kita mempunyai satu tujuan yaitu memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan.
Terkait dengan tupoksi TNI dalam membantu tugas pemerintah, Dandim menjelaskan bahwa ancaman dan tantangan yang kita hadapi sekarang ini sangatlah kompleks. Bahwasanannya kalau itu sifatnya militer, maka yang menghadapi adalah tentara. Namun sekarang ini ancaman banyak sekali, ada yang bersifat ekonomi, ada yang bersifat agama, ada yang bersifat sosial dan lain sebagainya yang sudah masuk ke dalam lingkungan kita.
“Dengan berkumpulnya kita di majelis ini dapat memperkuat persaudaraan kita. Rapatkan barisan untuk melawan ancaman-ancaman tersebut. Dan ancaman-ancaman itu tidak dapat dihadapi oleh TNI/Polri, melainkan dengan agama yaitu oleh para habaib, para kyai dan alim-ulama,” ujarnya.
Habib Ismail Fajrie Al-Athas selaku penceramah pertama, menyampaikan bahwa sungguh sebuah kemuliaan yang luar biasa pada malam hari itu masih bisa bertemu pada majelis yang mulia. Hanya beberapa hari sebelum datangnya bulan yang termulia, Allah SWT memberi kita ijin untuk berkumpul bersama para ulama, para habaib, para kyai. Ini adalah kenikmatan yang luar biasa, karena salah satunya yang penting dari majelis seperti ini bukan hanya kita mengingat dan memuji Nabi Muhammad SAW, tetapi juga majelis seperti ini adalah majelis silaturahmi, dimana kita bisa bertemu dengan saudara-saudara seiman, dimana kita bisa melihat dan memandang para ulama dan para habaib sertai para kyai dan guru-guru kita semuanya. “Inilah alasan kuncinya kenapa kita mengadakan Maulid Nabi secara berjamaah,” tegas beliau.
Salah satu fungsi kegiatan berjamaah ini adalah untuk membiasakan mata kita untuk melihat hal-hal yang baik khususnya melihat para ulama, para kyai. Ini adalah kenikmatan yang luar biasa besarnya.
Mata dianggap oleh sebagian ulama-ulama besar, tokoh-tokoh tasawuf sebagai jendela hati. Jika kita ingin membersihkan hati, maka bersihkanlah mata. Apa-apa yang kita lihat, apa-apa yang kita biasakan kedua mata kita untuk memandang, ini nanti sangat berpengaruh dalam membentuk hati.
Maulana Habib Luthfy bin Ali bin Yahya selaku penceramah pamungkas pada malam hari itu, menerangkan bahwa puasa bulan Ramadhan bukan untuk umat akhir jaman saja tetapi sudah diberikan kepada para Nabi beserta umat-umatnya terdahulu.
Menurut Habib Luthfy, Islam telah mengatur dan mewajibkan kita berpegang pada akidah yang telah digariskan oleh Kitabullah dan Rasulullah yaitu Al-Quran dan Hadits untuk menjadi pedoman dan pegangan tiap insan di dunia.
“Islam tidak mengatur akidah saja, tetapi juga mengatur pengaplikasian dan pensosialisasian masalah akidah yang dibentuk dan dibuktikan oleh perbuatan dan perilaku. Sebagai contoh bukan yang menyatakan iman itu hanya hatinya saja, tetapi mengajak tangannya, kakinya, kedua matanya, telinganya, mulutnya dan semua anggota tubuhnya untuk membuktikan dia ber-Tuhan yang mempunyai Allah SWT yang wajib kita sembah, bukan pembuktian hati belaka,” ujarnya.
“Islam mengatur pakaian sampai apa yang dimakan. Juga didalam bab tentang bernegara, cinta tanah air. Tidak cukup kita hanya merasa mencintai, dan memiliki, tetapi dituntut perilaku dan tingkah laku dan fisik kita sebagai tanda bukti orang yang mencintai negaranya, orang yang mencintai bangsanya dan orang yang mencintai republik ini. Jadi dibuktikan dengan perilaku, bukan hanya rasa di dalam hati saja,” tegas Habib. (di2k)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar