Rabu, 24 April 2013

Solar langka, Pantura benar-benar paceklik solar

Pantura Paceklik Solar 
PEKALONGAN- Sekitar satu bulan terakhir, antrean panjang puluhan truk, bus, serta kendaraan pribadi di sejumlah SPBU di Pekalongan menjadi pemandangan setiap hari. Kelangkaan bahan bakar jenis solar di sepanjang jalur pantura Jateng memaksa para pengemudi kendaraan, terutama truk barang dan bus adu cepat untuk mendapatkan solar. Pantura benar-benar paceklik solar.

Akibat kelangkaan tersebut, antrean kendaraan yang didominasi truk barang dan bus memanjang hingga jalur pantura. Bahkan tidak jarang barisan kendaraan di sekitar SPBU menyebabkan arus lalulintas dijalur padat kendaraan menjadi tersendat. 

“Saat berada di pantura Jateng dan solar hampir habis, saya harus telepon teman lainnya menanyakan SPBU mana yang masih ada solarnya. Begitu mendapat kabar ada SPBU yang masih menyediakan solar, maka saya bergerak cepat agar tidak kehabisa,”kata Muhadi (40), salah seorang sopir pengangkut minuman mineral saat antre di SPBU Tirto, Kota Pekalongan, minggu.


 sejumlah truck barang antri solar

Selain itu, jika saat melintas ada antrean truk mengular di sebuah SPBU hingga ke jalur pantura, maka dapat dipastikan SPBU tersebut masih menyediakan solar. “Biasanya hanya dalam waktu kurang dari tiga jam, solar di SPBU akan habis. Sehingga para sopir harus cepat mencari informasi dengan sesama sopir untuk mencari solar,”terangnya. 

Dia mengatakan, meskipun harus mengantre lama, bahkan tidak jarang terpaksa menginap di dalam kendaraan yang di parkir di tepi jalan demi mendapatkan solar bersubsidi. Pasalnya, harga solar nonsubsidi jauh lebih mahal dari solar bersubsidi yang masih bertahan Rp 4.500 per liter.

Harga solar nonsubsidi dua kali lipat harga solar subsidi. Sehingga para sopir angkutan umum dan barang jelas memilih solar bersubsidi, meskipun harus antre lama dan pembelian dijatah Rp 50-Rp 100 ribu per kendaraan,”ujarnya. 

Nasib serupa dialami Mulyono (53). Setiap masuk Pantura Jateng dan persediaan solar ditangki kendaraannya telah mneipis, maka sopir bus jurusan Semarang-Jakarta ini harus aktif menelepon teman serta petugas SPBU di wilayah Pantura Brebes-Rembang.

Sejak solar langka saya meminta nomor handphone petugas SPBU untuk menanyakan persediaan solar di SPBU tersebut. Kalau tidak secepatnya merapat ke SPBU yang masih ada solarnya, maka akan kehabisab setiap baru buka, dipastikan kurang enam jam solar sudah habis,” paparnya.

Kurangi Kuota
Sementara itu, Supervisor SPBU Medono Kota Pekalongan Wahyu Hidayat Makmur mengatakan, para pengemudi kendaraan semakin kesulitan memperoleh bahan bakar solar bersubsidi. Pasalnya, sejak lima hari terakhir PT Pertamina mengurangi kuota solar bersubsidi di sejumlah SPBU di Kota Pekalongan.

Sebelumnya sehari mendapat pasokan 8 kiloliter, sekarang lima hari sekali baru mendapat 8 kiloliter solar. Padahal saat sehari dapat 8 kiloliter sudah banyak antrean, apalagi sekarang dipasok lima hari sekali dengan jumlah tetap 8 kiloliter. Para sopir semakin kelabakan mencari solar,”katanya.

Meskipun persediaan soalr semakin menipis, SPBU 44.511.05 tidak memberlakukan batasan pembelian. Setiap kendaraan yang masuk di SPBU tersebut bebas membeli solar berapa pun. “kalau pembelian dijatah dikhawatirkan mereka akan kehabisan ditengah perjalanan dan harus antre solar lagi,”katanya. (mni/06)

(SUMBER : HARIAN PEKALONGAN, 23-04-2013)

 

Tidak ada komentar: