Rabu, 03 April 2013

aktivitas pembatikan,tidak hanya memproduksi, tapi juga harus peduli lingkungan

Perajin Batik Wajib Perhatikan Lingkungan 

PEKALONGAN – Pengusaha batik kecil dan menengah di Kota Pekalongan diimbau memperhatikan kondisi lingkungan industri. Terutama menyangkut pembuangan limbah air bekas pencelupan warna dan pencucian batik yang mengandung berbagai zat kimia yang kerap mengakibatkan pencemaran lingkungan. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Disperindagkop dan UMKM) Kota Pekalongan Supriyono, mengatakan, puluhan pengusaha batik berskala kecil dan menengah di Kota Pekalongan belum miliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL), sehingga kerap membuang limbah sisa pencucian batik ke sembarang tempat, antara lain ke sungai.

Sungai di Kota Pekalongan tidak dapat bebas dari limbah batik. Sebab, pertumbuhan ekonomi dan rakyat tidak lepas dari perkembangan industri Meningkatnya perindustrian karena kebutuhan manusia semakin bertambah,” terangnya. Menurut dia, keberadaan IPAL terpadu di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, saat ini sudah overload. Kepastian IPAL terpadu tersebut tidak sebanding dengan jumlah limbah yang dibuang, sehingga para produsen batik membuang sisa limbah batik ke sungai, mengakibatkan sejumlah sungai yang melintas Kota Batik kondisi airnya tidak lagi jernih atau coklat alami, tapi berubah aneka warna coklat tercemar limbah.

Seharusnya para perajin batik membangun instansi limbah di setiap tempat produksi, khususnya industri kecil menengah atau IKM sulit dikontrol,” ujarnya. Untuk meminimalisasi pembuangan limbah ke sungai yang mengalir di wilayah Pekalongan dan sekitarnya, tidak hanya melalui peringatan atau imbauan kepada para penghasil limbah atau pelaku industri batik, tapi seluruh pihak harus terlibat. Pemerintah, masyarakat, serta pengusaha batik harus bersama – sama mengatasi limbah batik yang membahayakan lingkungan. “Berbagai upaya sudah kami lakukan untuk mengurangi dampak pencemaran limbah antara lain dengan pelatihan produksi batik ramaha lingkungan yang rutin digelar setiap tahun, imbauan, serta pelatihan – pelatihan lainnya terkait pengolahan limbah batik kepada pelaku IKM batik,” paparnya.

Industri
Kota Pekalongan sebelumnya dikenal sebagai kota jasa. Namun sejak beberapa tahun terakhir sektor industri berkembang pesat, terutama industri kerajinan batik, hampir di setiap kelurahan terdapat pembuatan batik serta berbagai kerajinan berbahan batik dengan penjualan ke sejumlah daerah di sekitar Pekalongan hingga luar Pulau Jawa. “Batik memang menjadi mata pencarian utama sebagian besar warga Pekalongan. Tapi hendaknya kita juga memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas pembatikan. Kita tidak hanya dapat memproduksi, tapi juga harus peduli terhadap lingkungan,” tandasnya.

Sementara itu, salah seorang perajin batik, Zein (55), mengaku kerap membuang limbah batik ke Sungai Loji yang mengalir tidak jauh dari tempat produksi batiknya di kawasan kampung batik Kecamatan Pekalongan Utara. “Sebenarnya kami ingin punya instalasi pembuangan limbah sendiri. Tapi biaya dan lahan untuk pembuatan tidak tersedia, sehingga para perajin batik di daerah ini terpaksa membuang limbah pewarnaan batik ke sungai Loji,” ungkapnya. (mni/06)

(SUMBER : HARIAN PEKALONGAN, 02-03-2013)

 

Tidak ada komentar: