Selasa, 09 April 2013

Yodi:Birokrasi bersih dan ekonomi bangkit

Kepemimpinan Yodi Terus Lakukan Terobosan

Wujudkan Birokrasi Bersih dan Ekonomi Bangkit

Pasangan Bupati Yoyok Riyo Sudibyo-Wabup Soetadi (Yodi) terus berkomitmen melaksanakan agenda perubahan di Kabupaten Batang. Berbagai langkah terobosan dilakukan guna mewujudkan program birokrasi bersih dan ekonomi bangkit. Dalam 15 bulan kepemimpinan mereka, sudah banyak pencapaian yang dihadirkan.

Bisa disebut, Batang saat ini berada pada era transisi menuju kebangkitan. Melalui momen peringatan HUT Kabupaten Batang ke 47 yang jatuh hari ini, 8 April 2013, tekat untuk melakukan perubahan terus dikuatkan. Kreatifitas ide-ide keduanya telah melahirkan berbagai program visioner dan inovatif, dengan sasaran akhir kesejahteraan masyarakat dan terwujudnya birokrasi melayani.

Keduanya juga sadar betul dengan konsep, “pemimpin adalah orang yang telah selesai dengan dirinya”. Karena itu, sejak dilantik mereka membangun prinsip kepemimpinan teladan dan fokus memikirkan pelayanan pada masyarakat. Atau dalam falsafah Jawa, sebagai pemimpin mereka berusaha “nambal sing bolong, ndandani sing rusak, ngluruske sing bengkong”.



Dalam usaha mewujudkan birokrasi bersih misalnya, Bupati Yoyok Riyo Sudibyo mengambil langkah berani. Bupati menggandeng lembaga-lembaga anti korupsi seperti ICW, TII, dan KPK. Jika pemerintah daerah lain seperti enggan untuk berhubungan dengan mereka, Yoyok Riyo Sudibyo justru mengundang mereka masuk guna mendorong terciptanya pemerintah bersih.

Yoyok juga meminta seluruh jajaran birokrasi menandatangani pakta integritas untuk tidak korupsi. Langkah ini menjadikan Batang menjadi daerah pertama di Jateng dalam pencanangan zona Integritas menuju wilayah bebas korupsi. “Ini komitmen untuk memenuhi harapan masyarakat agar Pemkab Batang bersih dari korupsi, maka saya canangkan zona Integritas wilayah bebas korupsi (WBK),” katanya.

Selain itu, Yoyok juga membuat terobosan dengan mendirikan Unit Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (UPKP2) yang diciptakan guna menampung pengaduan pelayanan publik, termasuk jika ada proyek pembangunan bermasalah. Tidak hanya itu, untuk mendorong ketertiban keuangan daerah, Yoyok meminta pejabat di BPKP Jateng sebagai Kepala DPPKAD di Batang.

“Keseriusan juga kami dibuktikan dengan penyelesaian kasus peninggalan dari 2003 hingga sekarang yang mencapai 219 kasus, saat ini tinggal dua tunggakan kasus yang belum selesai,” tegasnya.

Efisiensi dan Peningkatan PAD
Bupati Yoyok Riyo Sudibyo juga berusaha melakukan perubahan mindset pada jajaran birokrasi. Aparat pemerintah diarahkan betul untuk melayani kepentingan masyarakat. Disamping itu, pendapatan daerah berusaha digenjot dan efisiensi penggunaan anggaran diperketat. Pada 2012 misalnya, terjadi lonjakan peningkatan pendapatan daerah sampai Rp 14,4 Milyar dibanding tahun sebelumnya.

Sementara, efisiensi belanja pegawai berhasil dilakukan sampai angka Rp 42,4 Milyar, dan efisiensi pengadaan barang jasa Rp 21,3 Milyar. Bahkan, selama satu tahun lebih pemerintahannya, terjadi peningkatan nilai asset Pemkab sampai Rp 347,2 Milyar. Dana-dana tersebut dikembalikan lagi untuk pembangunan bagi masyarakat.

“Kita juga berhasil meningkatkan jumlah paket lelang elektronik yang signifikan. Dari 87 paket di 2011 menjadi 240 di 2012. Atau terjadi efisiensi sampai Rp 9,66 miliar (9,14 persen) dan itu masuk ke kas daerah,” tutur Yoyok.

Selain langkah yang bersifat struktural, Bupati Yoyok Riyo Sudibyo menghadirkan sikap egaliter dalam kepemimpinannya. Itu dibuktikan dengan meninggalkan kesan protokoler di berbagai acara dan rajin blusukan ke masyarakat, termasuk menggunakan sepeda bersama ajudannya. Gaya kepemimpinan merakyat seperti ini membuat dirinya justru lebih mudah berdekatan dengan rakyat.

Yoyok juga menggelar acara Bapak Bupati Mendengar (BBM) satu bulan sekali di rumah dinas. Melalui forum ini Bupati berdialog mendengarkan keluh kesah masyarakat serta mencari solusi atas permasalahan yang diajukan. Di Indonesia, bisa jadi hanya ada di Batang dimana seorang bupati berdialog dalam forum terbuka dengan masyarakat secara rutin sebulan sekali.

Terkait dengan program ekonomi bangkit, kebijakan fundamental juga dilakukan. Pembenahan infrastruktur difokuskan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Seperti pembangunan dan rehabilitasi jalan kabupaten sepanjang 16.515 km di 7 Kecamatan, rehabilitasi jalan jembatan perdesaan sepanjang 29.772 km di 56 desa, sampai rehabilitasi irigasi, pintu air dan normalisasi saluran sungai sebanyak 113 paket. Selain itu, kebijakan pro investasi terus dikuatkan. Itu dibuktikan dengan di 2012, realisasi perizinan mencapai 2.820 izin.

Selain itu juga berhasil merealisasikan investor 626 perusahaan dengan nilai investasi Rp 132 Milyar dan tenaga kerja terserap sampai 2.520 orang. Untuk menumbuhkan semangat berwirausaha, setiap bulan diadakan kelas bisnis bagi pelajar, umum dan UMKM dengan bupati sebagai motivator. Selain itu juga digelar gema implementasi visi ekonomi bangkit yang dihadiri 564 peserta. Kegiatan ini bertujuan memberi motivasi wirausaha bagi masyarakat kerjasama Pemkab dengan Syariah Bisnis School.

“Pada bidang perdagangan kita juga telah menyelesaikan rehab di tiga pasar sekaligus yakni Pasar Warungasem Rp 1,5 Milyar, Pasar Bawang Rp 300 juta, dan Plelen Rp 900 juta. Kita juga rutin bertemu sebulan sekali dengan Gapoktan untuk mendukung mendorong kemajuan pertanian Batang,” terangnya.

Tak Ambil Gaji
Di bidang pendidikan sendiri, Bupati berhasil meletakkan landasan pendidikan dasar 9 tahun di mana SD dan SMP bebas pungutan. Bupati juga berhasil merehabilitasi ruang kelas dan gedung perpustakaan SD, SMP, SMA, SMK, sebanyak 405 unit dengan anggaran Rp 35,9 Milyar. Yoyok juga tidak mengambil gaji sebagai Bupati, karena gajinya diserahkan untuk beasiswa siswa tidak mampu dan siswa berprestasi.

“Sejak 2006 sampai jadi Bupati sekarang, sudah sekitar 600 siswa yang diberi beasiswa. Sampai akhir masa jabatan, saya bernadzar bisa memberi beasiswa pada 1.000 siswa tidak mampu dan berprestasi di Batang,” papar Yoyok.

Di bidang kesehatan, Bupati Yoyok Riyo Sudibyo berhasil menghadirkan alat cuci darah penderita gagal ginjal (hemodialisa) di RSUD Batang setelah 18 tahun tak memilikinya. Selain itu, RSUD Batang kini juga memiliki alat bedah canggih Laparascopy. Pasien dari warga miskin yang memakai Jamkesmas atau Jamkesda digratiskan ketika dioperasi memakai alat tersebut. (ap12)

 

Tidak ada komentar: