Senin, 08 April 2013

Batik sebagai instrumen strategis untuk mengentaskan kemiskinan

UKM Batik Bisa Entaskan Warga Miskin

PEKALONGAN-Industri batik di Indonesa bisa menjadi instrumen strategis untuk mengentaskan warga miskin. Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan, Prof Ir Wiendu Nuryanti M Arch saat membuka Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke 107 Kota Pekalongan di lapangan Jetayu, baru-baru ini.

Menurut Wiendu, omzet penjualan batik di sentra-sentra batik di Indonesia, hingga saat ini telah mencapai Rp 1,5 triliun. Nilai tersebut, kata dia, diciptakn oleh perajin-perajin batik yang berada di desa-desa dan kelurahan-kelurahan di sentra batik, yang didominasi kaum perempuan. “Karena itu batik bisa dijadikan sebagai instrumen strategis untuk mengentaskan kemiskinan,”terang Wiendu.
 
ilustrasi
Kekuatan
Dijelaskan, batik Indonesia yang secara resmi diakui UNESCO dan dimasukkan ke dalam daftar representatif sebagai budaya tak benda warisan manusia(representative list of the intangible cultural heritage of humanity), rohnya ada di kota Pekalongan. Aktivitas membatik yang dilakukan masyarakat di Kota Pekalongan, lanjut dia, membuktikan bahwa batik mempunayai kekuatan untuk mentransformasikan budaya lintas generasi tua. Tapi juga bertransformasi pada generasi muda, bahkan anak-anak. Jadi, rihnya batik yang diakui UNESCo itu ada di Kota Pekalongan,” jelasnya.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menngah (Disperindangkop dan UMKM) Kota Pekalongan, sentra bvatik tersebar di 17 kelurahan. Diantaranya di kelurahan Pasirsari, Kecamatan Pekalongan Barat dan Kelurahan Pekalongan Selatan. Di sentra batik Jengot, terdapat 29 unit usaha batik dengan penyerapan tenaga kerja sebnayak 503 orang. Sedangkan di sentra batik Pasirsari terdapat 79 unit usaha batik dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 1.189 orang.
 
(SUMBER : SUARA MERDEKA ,06-04-2013)

 

Tidak ada komentar: