Selasa, 09 April 2013

Wajah baru museum batik Pekalongan setelah revitalisasi

Melihat Kondisi Museum Batik Paska Revitalisasi 

Dilengkapi Ruang Audiovisual, Informasi Bagi Pengunjung Makin Lengkap

Museum Batik Pekalongan, saat ini tampil lebih cantik dan menarik. Perubahan yang dilakukan disana-sini saat revitalisasi, memberikan kesan yang lebih modern terhadap museum kebanggan warga Pekalongan tersebut. Salah satu yang paling menonjol adalah disulapnya ruang kantor Museum Batik menjadi ruang audiovisual. Seperti apa? M. AINUL ATHO, Museum Batik
HUJAN rintik hari itu (Minggu 7/4), turun merata di seluruh sudut Kota Pekalongan, tak terkecuali di kawasan Jetayu. Namun kondisi itu tampak tak menyurutkan semangat sekelompok anak perempuan yang baru turun dari mobil minibus warna putih.

Setengah berlari, tujuh orang anak tersebut kemudian menuju ke pintu Museum Batik Pekalongan. Sekilas dari muka, tak ada yang berubah dari gedung yang dahulu merupakan kantor Balaikota tersebut.

Memasuki pintu museum, barulah perubahan terpampang jelas. Di sisi kiri pintu, terdapat peta ruang pamer lengkap dengan penjelasan koleksi dan motif yang ada di dalamnya.



Dari peta tersebut, pengunjung dapat mengetahui lokasi ruang pamer dan penempatan koleksi batik museum. Melangkah lebih jauh, bejana berukuran raksasa menyambut. Bejana yang dinamai jedi itu, berbahan tembaga dan berfungsi sebagai tempat ‘nglorod’ kain batik dalam jumlah banyak.

“Dulu, jedi ini ditempatkan di ruang workshop batik. Namun setelah revitalisasi, jedi dipindahkan kedepan untuk mempercantik penampilan Museum,” jelas salah satu pemandu, Denny Pujianto.

Diterangkan Denny, ‘nglorod’ merupakan salah satu proses dalam membatik yang berfungsi untuk menghilangkan malam atau lilin pada kain batik.

Lengkap menjelaskan tentang Jedi, Denny kemudian menunjukkan ruangan baru yaitu ruang audiovisual. Dikatakan Denny, pengunjung yang baru datang biasanya akan terlebih dulu disuguhi berbagai informasi di ruang tersebut mulai dari sejarah musesum batik, cara pembuatan batik dan berbagai kegiatan museum yang telah dilakukan.

Ruang audiovisual mempunyai deretan masing-masing empat bangku di kanan kiri dengan kapasitas lima orang per bangku. Artinya, ruang audiovisual bisa menampung hingga 40 orang dalam sekali pertunjukkan.
Menyeberang dari ruang audiovisual, Denny membuka pintu ruang kedai. Dalam ruang tersebut, dijual berbagai sovenir berbau batik mulai dari kain, pakaian, dompet, bahkan helm batik. 

Di ruang kedai, juga dijual paket kit batik yang berisi alat-alat membatik serta beberapa motif canting yang cantik sebagai souvenir. “Disini pengunjung dapat membeli oleh-oleh atau souvenir untuk keluarga dirumah,” tuturnya lagi.

Menuju ruang dalam, terlintas papan peresmian Museum Batik lengkap dengan tanda tangan presiden SBY. Sang presiden meresmikan Museum Batik pada 12 Juli 2006 bertepatan dengan Hari Koperasi Nasional. Gedung Museum Batik sendiri, didirikan pada 1906.

 Awalnya, gedung tersebut digunakan sebagai kantor administrasi keuangan pabrik gula se eks karesidenan Pekalongan. Sempat berubah menjadi kantor Balaikota, akhirnya pada 2006 gedung tersebut diresmikan menjadi Museum Batik.

Saat akan masuk lebih dalam, pemandu mengingatkan agar tas dan beberapa barang bawaan dapat dititipkan di loker. Keberadaan loker dalam Museum Batik juga merupakan penambahan baru dalam revitalisasi yang rampung dilakukan 15 Desember 2012 lalu tersebut. “Loker memang baru ada setelah revitalisasi yang lalu. Dengan adanya loker, pengunjung dapat menitipkan barang bawaannya, sehingga lebih nyaman dan aman mengunjungi museum,” ucapnya.

Berlanjut ke tujuan selanjutnya, Denny mengajak untuk melihat ruang pamer Museum Batik. Paska revitalisasi, tak ada penambahan ruang pamer museum, hanya nama dan display di dalamnya saja yang dirubah sedemikian rupa hingga tampil lebih modern. “Tiga ruang pamer yang sebelumnya bernama ruang pesisiran, nusantara dan pedalaman, kini berubah menjadi ruang pamer I,II dan III. Display di dalamnya ditata lebih menarik dan dilengkapi dengan penjelasan detail masing-masing motif yang ditampilkan,” terang Denny.

Dari tiga ruang tersebut, yang paling menarik adalah ruang pamer III. Tak hanya menampilkan motif-motif batik pedalaman dari Joga dan Solo, di dalamnya juga dipajang beberapa koleksi sumbangan tokoh terkenal, diantaranya batik sumbangan presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono, baju batik sumbangan Ibu Ainun Habibie, baju batik sumbangan mantan Walikota Samsudiat dan juga Chaeron BA. Sementara ruang pamer I, berisi motif batik pesisiran dari Pekalongan, Cirebon dan Lasem dan ruang pamer II diisi motif batik nusantara seperti motif Asmat dari Papua dan motif batik dari Palangkaraya, Madura, Jombang dan Pacitan.
Modernisasi, memang menjadi kesan menonjol pasca dilakukan revitalisasi pada museum yang mendapatkan penghargaan best practice dari UNESCO tersebut. Meskipun modern, atmosfir budaya tetap melekat kental di seluruh bagiannya. (*)

Tidak ada komentar: