Kamis, 27 Juni 2013

'Karawitan Ibu Pertiwi' di kawasan pecinan Kota Pekalongan

KomunitasIbu-ibu Multietnis Lestarikan Budaya Jawa 'Karawitan Ibu Pertiwi' 

ALUNAN gending dari alat gamelan mengalun di kawasan pecinan, Jalan Blimbing Kota Pekalongan. Di sebuah rumah bangunan cagar budaya, terlihat ibu-ibu sedang memainkan alat-alat musik tradisional warisan leluhur itu. Mereka bukan seniman, tapi mereka memiliki niat tulus untuk melestarikan kebudayaan Indonesia.

Memasuki sebuah rumah tempat suara geningan itu mengalun, siapa sangka di dalamnya sudah terdapat ibu-ibu yang usianya sudah tidak muda lagi. Bahkan sebagian di antara mereka merupakan orang-ornag golongan lanjut usia (lansia).

Tak hanya itu, sebagian besar mereka juga merupakan golongan etnis Tionghoa, sebagian lagi dari golongan etnis jawa. Itu pun semuanya merupakan orang-orang awam dalam masalah kesenian, terlebih kesenian gending jawa.

Yayang, Ketua Kelompok Karawitan Ibu Pertiwi mengaku, kelompok teresbut terbentuk dari ketidaksengajaan. Berawal dari kumpulan ibu-ibu yang sering melihat latihan gamelan rahayu raras yang mengambil tempat latihan di jalan Blimbing.

Awalnya latihan di Pemkot, tapi kemudian dialihkan ditempat lain. Jadi kami sering melihat mereka dan mereka latihan hanya seminggu sekali. Akhirnya kami menyatakan ingin belajar dan ditnaggapi baik. Akhirnya latihan hanya beberpa orang saja,” bebernya. 

Dengan berjalannya waktu, dari yang latihan tersebut membawa teman untuk bergabung, akhirnya semuanya di isi oleh kalangan ibu-ibu semuanya sepakat membentuk kelompok bernama Ibu Pertiwi dengan pengasuh langsung Hj Balqis Diab yang juga istri Wali Kota Pekalongan.

Yayng mengaku pertama latihan membuat semuanya canggung. Karena sama sekali tidak pernah mengenal alat musik tersebut apalagi memainkannya, sehingga asal memukul saja. Kemudian dari pelatih diberikan angka-angka nada untuk memudahkan lathan.

Bisa karena Biasa
Yayang yang didmpingi Sekretaris Karawitan Glok Me dan Bendahara Lie Fung menyebutkn, setelah beberapa kali latihan akhirnya semuanya mampu menghafal dengan baik dan bisa memainkan beberpa tembang-tembang karawitan.

Bahkan kami juga sudah beberapa kali pentas untuk kegiatan-kegiatan di Pemkot. Sekarang setahun lebih kami sudah menguasai banyak lagi dan lebih siap lagi jika diminta main dihadapan umum,” tandas yayang.

Sementara Giok Me menambahkan, dari keingintahuannya, kemudian semangat tinggi untuk belajar menjadikan tekad kuat melestarikan budaya Jawa. Terlebih sekarang musik gamelan jarnag dimainkan dan kurang dikenal.

Kami juga nantiny menginginkan ada genersi-generasi penerus yang bisa melestarikan kesenian ini. Sebab, kalau memang ada niat, semuanya menjadi mudah. Kami yang sudah tua-tua saja bisa, apalagi yang muda,” tambah Giok Me. (smnetwork/nur khareddin-06)

(SUMBER : HARIAN PEKALONGAN, 26-06-2013)

 

Tidak ada komentar: