Kamis, 21 Maret 2013

Gerak cepat menambah infrastruktur pariwisata di Kota Pekalongan

Lokasi Wisata yang Itu-itu Saja, Bisa Bikin Kapok Wisatawan
Dari Kegiatan Diskusi Pariwisata di Graha Pena Radar Pekalongan (2/habis)
Membangun pariwisata tidak semata-mata hanya memikirkan penambahan lokasi dan destinasi baru saja. Infrastruktur seperti jalan, dan keberadaan transportasi juga perlu diperhatikan. Lantas? M. AINUL ATHO, Graha Pena Radar Pekalongan
PULUHAN gelas teh kemasan kosong terpampang mendominasi di meja diskusi. Tak seperti gelas yang kosong, kondisi peserta diskusi justru sebaliknya, mereka terlihat tetap segar bugar meski perbincangan sudah berlangsung lebih dari dua jam.

Tema yang menarik, membuat mereka enggan beranjak dari kursi masing-masing. Bermacam masukan dan usulan muncul dalam diskusi yang dimoderatori langsung oleh GM Radar Pekalongan, Ade Asep Syarifudin tersebut.
 pantai slamaran

Infrastruktur, menjadi sorotan utama dalam pembahasan. Jalan, trasportasi umum serta fasilitas tempat wisata yang belum memenuhi syarat, dan perlu ditambah.

Ketua FKUB Kota Pekalongan, Ahmad Marzuqi yang juga hadir dalam kegiatan itu berpesan agar Pemkot dapat bergerak cepat menambah fasilitas atau infrastruktur pariwisata di Kota Pekalongan.

Karena, jika tetap pada posisi ini ditakutkan para wisatawan yang datang akan kapok. Karena melihat kondisi pariwisata di Kota Pekalongan yang hanya seperti ini. “Baiknya Pemkot harus bergerak cepat menambah infrastruktur atau fasilitas pariwisata lagi. Agar menambah variasi dan memberikan banyak pilihan bagi wisatawan,” ucapnya.

Masukan tersebut langsung ditimpali owner Eklesia Tour and Travel, Handoko. Dirinya mengaku kebingungan untuk menawarkan paket wisata di Kota Pekalongan. “Hampir semua tujuan wisata disini arahnya membahagiakan ibu-ibu saja. Bayangkan ke Kampoeng Batik, belanjaa, ke Pasar Setono juga belanja. Lalu, anak-anak yang diajak harus lari kemana,” ucapnya.

Menanggapi hal itu, perwakilan dari Hotel Dafam, Fathurozi, mengatakan bahwa demi membagi fokus perkembangan di setiap lokasi pariwisata, perlu dibentuk klaster. Sehingga, masing-masing lokasi atau tipe wisata bisa berkembang secara berkesinambungan, karena ada yang menangani secara terus menerus. “Nanti melalui klaster bisa digenjot penambahan infrastrukturnya. Selain itu, per klaster juga diharuskan membuat event rutin agar dapat menghidupkan klasternya tersebut,” tuturnya.

Sedangkan mengenai trasportasi, Erik, perwakilan dari Kampoeng Batik Pesindon juga mengajukan usul agar transportasi tradisional seperti becak, dapat dimaksimalkan kembali. Contohnya dengan menghias atau memperbarui tampilan becak yang nantinya khusus masuk dalam becak wisata. “Akan sangat menarik jika mengunjungi destinasi wisata di Kota Pekalongan menggunakan becak,” kata Erik.

Doyo sendiri, mengakui apa yang dikeluhkan para peserta tersebut. Dirinya juga mempunyai kekhawatiran yang sama terkait destinasi wisata yang itu-itu saja. Makanya, Doyo mengharapkan adanya peran serta baik dari masyarakat, atau pihak swasta agar pembangunan wisata berjalan cepat. “Namun masukan ini tetap akan saya teruskan kepada Walikota agar menjadi perhatian khusus,” janjinya.

Sementara mengenai transportasi, selain setuju terkait becak wisata, dikatakan Doyo pihaknya juga tengah mensiasati agar kedepan ada satu Kereta Api yang keberangkatannya dari Stasiun Pekalongan. “Tegal sudah ada, Kaligung dan Cirek. Masak tidak bisa digeser sedikit agar bisa berangkat dari Stasiun Pekalongan. Kami masih coba upayakan hal tersebut,” jelasnya lagi.

Memang, diskusi pariwisata yang akan digelar rutin perbulan itu masih berlangsung ngalor ngidul dan belum ada fokus pembahasan yang ditentukan. Namun, setidaknya dari kegiatan tersebut bisa terlihatbahwa semangat dan antusias semua elemen di Kota Pekalongan terhadap pariwisata cukup tinggi. Sehingga, ada harapan kedepan bahwa pariwisata akan berkembang pesat. (*)

 

Tidak ada komentar: